CHAPTER 2

ADORE YOU
Please Subscribe to read the full chapter

"Biar aku antar, Chaeng"

 

 

Chaeyoung tidak membuang waktu, sehari setelah perpisahan kami dia langsung mengemas semua barang-barangnya dan langsung berencana kembali ke rumah ibunya. Sebenarnya aku tidak mengharapkan dia akan pergi secepat itu. Aku membayangkan kami akan menghabiskan beberapa minggu beradaptasi dengan status kami yang baru di rumah ini bersama-sama. Tapi sepertinya Chaeyoung tidak mau berlama-lama tinggal serumah dengan seseorang yang tidak punya hubungan dengannya. Dia benar-benar wanita bermartabat. Wanita dengan kehormatan yang dijaganya baik. Dan aku adalah si bodoh yang membuang wanita itu. Akulah si bodoh yang tanpa perasaan membuang wanita paling indah yang pernah ada di hidupku.

 

 

“Terima kasih Lisa, tapi sepertinya aku lebih baik pergi sendiri. Aku tahu kau pasti tidak ingin bertemu ibuku saat ini kan?”

 

 

Bahkan setelah perpisahan kami pun Chaeyoung masih menempatkan diriku dalam daftar pertimbangannya. Dia benar, aku tidak siap bertemu ibunya saat ini. Aku tidak siap jika harus menjelaskan pada ibunya alasan mengapa aku mengantar kembali anak perempuannya yang empat tahun lalu aku jemput untuk tinggal bersamaku. Mengapa jadi sangat pengecut, Lisa?. Dulu kau terlihat begitu berani ketika meminta izin dari ibu nya, tapi sekarang?.

 

 

Aku merasa jadi pengecut yang tidak bertanggungjawab. Tapi sisi lain diriku merasa senang, akhirnya aku bisa hidup bebas, aku tidak akan melihat wajahnya dan senyumnya lagi setiap hari.

 

 

Aku tidak menjawab pertanyaan Chaeyoung, hanya menghela nafas panjang sambil menaikkan alisku. Kuanggap itu ekspresi untuk mengatakan aku setuju dengannya. Barang Chaeyoung tidak terlalu banyak, bajunya sudah terlipat rapi di dalam koper berwarna hitam, sepatu dan sandalnya sudah siap di dalam kotak berukuran sedang. Gitar kesayangannya sudah siap di pundaknya. Dia menyewa jasa angkut barang untuk membawa semua barangnya, jadi dia hanya akan pulang membawa gitarnya. Dan aku membantunya mengemas semua barangnya seperti seorang pemilik rumah yang mengusir seorang penyewa.

 

 

Satu pelukan terakhir mengantar kepergian Chaeyoung dari rumahku. Aku tidak bisa mendeskripsikan perasaanku saat itu. Dan mungkin karena aku tahu itu akan jadi pelukan terakhir kami, aku merasa sedikit gugup. Pelukan itu terasa begitu hangat, aku jadi memperhatikan setiap detail pelukan itu. Tiba-tiba aku jadi sangat sensitif. Aku menghirup aroma tubuh Chaeyoung dalam-dalam, karena ini mungkin jadi terakhir kalinya aku mencium aroma itu. Aku menempatkan kedua tanganku di pinggangnya, merasakan lekukan tubuhnya untuk terakhir kali. Lalu memandang rambut coklat itu, kemudian turun ke sepasang mata indah itu. Dan ah… bibir itu tidak bisa diabaikan. Aku memandang bibir itu cukup lama.

 

 

Tidak, aku tidak ingin menciumnya. Tapi aku bisa mengingat dengan jelas bagaimana bibir itu selalu memanjakanku selama empat tahun. Mungkinkah seseorang akan merasakan bibir itu? tanpa sadar selama ini aku menganggap bibir itu adalah milikku. Hahaha lucu sekali. Begitu lama waktu yang aku habiskan bersamanya membuat aku berpikir semua yang ada di dirinya adalah milikku.

 

 

Okay, cukup Lisa. Buang semua pikiran itu, sekarang kau adalah manusia merdeka. Buang semua ikatan itu, dan jalani hidumu yang baru.

 

 

“Jaga dirimu baik-baik ya, jangan sampai jatuh sakit. Aku pergi dulu”

 

 

Dan Chaeyoung berlalu dengan senyum yang terkembang di bibirnya. Dia tidak terlihat terpukul dengan perpisahan kami, meskipun aku bisa melihat kesedihan di matanya. Setidaknya itu bisa membuatku terhindar dari rasa bersalah. Bukankah ini resiko yang harus dihadapi setiap pasangan? Setiap orang yang berani berkomitmen pasti berani untuk menghadapi perpisahan. Dan aku dan Chaeyoung sudah cukup dewasa untuk menyadari itu. Chaeyoung tidak seperti gadis lainnya yang menangis dengan perpisahan, dia kuat dan dia menghadapinya dengan dewasa. Setidaknya begitu menurutku.

 

 

Apakah aku akan merindukannya? Entahlah

 

 

Malam itu untuk pertama kalinya dalam empat tahun aku tidur sendirian. Malam sebelumnya aku masih melewatkannya bersama Chaeyoung, itu mungkin terakhir kalinya aku tidur bersamanya. Meskipun kami tidak melakukan apapun, tapi tidur sendirian seperti ini ternyata rasanya jauh berbeda dengan tidur bersama. Aku terus-terusan memandang ke kiri, tempat Chaeyoung biasa tidur. Aku pun melewatkan malam itu dengan sedikit gelisah yang tidak bisa aku jelaskan darimana asalnya. Mungkin itu bagian dari proses adaptasi.

 

 

Aku tidak tahu jam berapa aku tertidur, tapi aku bangun saat bunyi alarm masuk dalam mimpiku. Saat membuka mata kepalaku terasa sangat sakit, tapi aku memaksa tubuhku untuk bangkit. Aku duduk di tepi tempat tidur sambil memijat kepalaku. Beberapa saat kemudian aku bangkit dan berjalan menuju dapur.

 

 

Ah benar juga, Chaeyoung sudah tidak di sini, tidak ada yang akan memasak sarapan untukku.

 

 

Aku merasa bodoh ketika sadar kalau aku tanpa sadar menuju dapur karena menginginkan sarapan buatan Chaeyoung. Akupun pergi ke kantor dengan perut kosong, aku terlalu malas memasak sarapan.

 

 

“Hey, kenapa lemas begitu? Kau sakit? Kenapa kelihatannya berantakan sekali?”

 

 

Aku memandang diriku sendiri dan mencari dimana letak ‘berantakan’ yang dimaksud Jennie. Aku ingat aku sudah mandi, sudah menyisir rambut, aku juga sudah menyemprotkan parfum. Lalu di mana letak berantakannya?

 

 

“Jennie, tolong jangan bermain-main denganku, ini masih pagi dan aku belum sarapan. Kau tahu kan kalau manusia cenderung emosian saat lapar? Jangan sampai aku menggendongmu ke kantin saat ini juga dan memaksamu membelikanku makanan”

 

 

Tapi Jennie kelihatannya tidak sedang bercanda. Dia malah menatapku dengan lebih miris dari sebelumnya.

 

 

“Mungkin kau mau katakan sesuatu tentang baju dan celana kusutmu itu? Kau benar-benar kelihatan seperti gembel. Tidak biasanya kau seperti ini”

 

 

Ah sialan! Aku langsung menyesali kostumku hari ini. Aku terlalu terburu-buru pergi ke kantor dan langsung mengambil baju dari tempat yang salah. Aku harusnya mengambil pakaian dari kumpulan pakaian yang sudah rapi dan siap dipakai, bukannya dari kumpulan pakaian kusut. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya karena Chaeyoung yang selalu menyiapkan pakaianku setiap pagi. Dia selalu memastikan aku memakai pakaian yang sesuai dengan cuaca hari itu dan memastikan aku terlihat bagus memakainya.

 

 

“Lihat ini, kemeja merah kotak-kotak, celana abu-abu motif polkadot. Kau mau kerja atau mau jadi badut hah??? Hahahaha lagipula sekarang musim panas, Lalisa. Tidak perlu memakai kemeja wol tebal seperti itu”

 

 

Aku berlari ke toilet tanpa memperdulikan semua orang yang menatapku aneh juga geli sepanjang jalan. Sesampainya di toilet aku langsung menatap cermin dengan seksama, mencoba membuktikan perkataan Jennie barusan.

 

 

Jennie benar, aku terlihat sangat norak hari ini.

 

 

“Hey, tidak perlu sampai berlari begitu. Aku sampai kepayahan mengejarmu”

 

 

Suara Jennie bergema sesaat setelah terdengar bunyi pintu terbuka. Aku menatapnya dengan tatapan tanpa harapan. Aku benar-benar malu menunjukkan diriku dengan pakaian ini. Ini benar-benar bukan aku. Lalisa Manoban tidak pernah terlihat begitu bodoh sebelumnya seperti hari ini.

 

 

“Sudahlah, anggap saja hari ini tema pakaianmu adalah ‘Kembali ke Jaman Batu’. Jangan terlalu dipikirkan, sekarang ayo kita ke kantin, aku traktir”

 

 

“Sialan kau”

 

 

Jennie hanya tertawa mendengar jawabanku lalu merangkulku dan menyeretku keluar dari toilet menuju kantin. Aku benar-benar seperti badut hari ini.

 

 

“Setidaknya kau bisa memberikan sedikit hiburan untuk semua orang di kantor. Lihat mereka, wajah kusut mereka langsung cerah seketika saat melihatmu. Hari senin yang menakutkan langsung terasa jadi menyenangkan saat kau tiba hahaha”

 

 

Aku memukul kepala Jennie. Memang benar, tidak ada teman sejati yang benar-benar bersedih ketika kau bersedih, karena mereka akan menertawakanmu lebih dulu lalu mencoba ikut bersedih. Dan jika mereka gagal merasakan kesedihanmu, maka mereka akan terus tertawa. Tapi begitulah yang namanya teman, meskipun mereka tidak mengerti tapi mereka tetap mendengarkan.

 

 

“Menyenangkan bagimu! Menyakitkan bagiku!”

 

 

Dan Jennie terus tertawa sampai kami duduk di kantin. Kami lantas memesan makanan. Jennie terus memandangiku dengan tatapan mengejek, aku tahu dia ingin terus menggodaku hari ini. Huh, aku menyesali ketidakhati-hatianku dalam berpakaian pagi tadi. Aku terlalu lemas karena bangun dengan sakit kepala dan harus memulai hari tanpa sarapan. Aku mungkin perlu berterima kasih pada Chaeyoung untuk memperkenalkanku pada hidup sehat dan teratur, karena sekarang aku baru sadar jika hidup tanpa pola akan sampai berakibat hilangnya harga diri.

 

 

“Aku masih tidak habis pikir kau akan sejelek ini hari ini. Memangnya kemana Chaeyoung? apa dia terlalu sibuk menciptakan lagu sampai-sampai dia tidak punya waktu lagi untuk menyiapkan pakaian dan sarapanmu?”

 

 

Aku melahap makananku dengan rasa lapar yang memenuhi kepalaku. Tapi mendengar nama Chaeyoung disebut, aku jadi merasa perlu menjelaskan kepada Jennie tentang situasi kami. Aku meletakkan sumpitku dan mengunyah makananku dengan cepat.

 

 

“Jennie, aku punya berita untukmu. Aku dan Chaeyoung sudah putus”

 

 

Aku pikir Jennie akan terkejut dengan kabar ini, tapi kelihatannya tidak. Apa dia memang sudah mengira bahwa hubungan kami tidak akan bertahan lama? Apa ini artinya dia akan kembali mendekati Chaeyoung?

 

 

“Kau itu tidak pandai berbohong, jangan harap bualan murahan seperti itu akan berhasil padaku”

 

<
Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
PastaChaeng
#1
Chapter 10: Just found this story and this is so good!! Sampe begadang lmao, berasa gak bisa tidur kalau belum baca sampai tuntas. Penasaran xD
Btw i can relate with Lisa, i was a bastard too. But I can't back to my ex, he's already married someone else and now i'm trapped in a relationship which i even not sure if i really love my current bf :(
Laboli #2
Not in English can't understand language
Leynsha_9567 #3
Its not english :'(
JennieKim_96 #4
Chapter 10: Tiba" jadi rated M... Wowww :v :v
Fazaa5 #5
Can’t wait for the next chapter
Blinke #6
Please update chapter 10...its so good...
bpmaknae
#7
Chapter 9: Yaampun shock bacanya aaa lisa :( semoga lisa ketiduran lol
nrmrh3112
#8
Chapter 8: melihat blackpink house sama senang nya melihat author update :D
xZeiki #9
I'm relying with you Google Translate xD
Fighting authornim
mononct23 #10
Wow