Ketiga

Amor

Kris dibantu oleh Suho memasuki barang barang mereka di bagian masuk bagasi sebelum masuk ruang tunggu. Ia membuka tas ranselnya lalu memberikan jaket milik Suho yang tadi dititipi oleh Ayah Suho.

Baru saja Suho ingin bertanya Kris sudah menjelaskan, "Ayahmu menitipkannya kepadaku gunakan lah. Ia juga memberiku pakaian gantimu."
"Aku sudah membawanya di tas ku Kris."
"Panggil aku Oppa atau Gege? Bisa?"
Suho menggelengkan kepalanya. Ia mencoba mengambil tas Kris dan Kris memberikannya.
"Semuanya ada, pakaian kaosmu pakaian dalammu. Ah ini untuk di pesawat saja Suho."
"Oh yasudah."

 

Keadaan Bandara Incheon ramai. Banyak anak-anak yang berlarian disana, keluarga bahagia yang Suho bisa lihat pasti mereka ingin berlibur meskipun sekarang ataupun hari-hari terdekat tidak ada tanggal merah.
Suho selalu suka suasana ramai. Ia bahkan tertawa saat melihat anak-anak di sampingnya. Ia ikat jaketnya disekeliling pinggang mungilnya dan ia tarik koper kabinnya dan berjalan ke arah anak-anak yang sedang bermain itu.

"Hai kalian sedang main apa?"
Anak-anak yang memutar itu langsung menatap Suho lalu menjawab dengan bersamaan,
"Kejar-kejaran! Noona mau ikut?"
Suho mengangguk dengan semangat, "Aku taruh koper ku dulu ya?" anak-anak itu langsung memberikan jempol mereka.
Suho meninggalkan anak-anak tersebut dan mendatangi Kris yang sedang sibuk melihat tiket dan paspor mereka.
"Aku tidak mengerti bagaimana kamu mengurus visa kita." Ujar Suho dengan polosnya.
"Ayahku dan Ayahmu orang hebat. Dengan mudah dan sigap pastinya visa kita selesai dalam sehari sweetie."
Suho mendorong kopernya ke Kris tanpa berucap apa-apa lagi lalu meninggalkan Kris dan berjalan ke arah anak-anak lagi.

 

Kris yang sadar Suho meninggalkan kopernya untuk diminta tolong dijagakan mulai mencari sang pemilik dan berhasil menemukan sang pemilik di tengah kerumunan bandara Incheon yang ramai itu.
Ia bisa melihat wajah Suho yang bahagia dengan berlari kecil dengan anak-anak. Sesekali bahkan Suho mengelus rambut mereka dan membuat Kris tersenyum.
Ia tarik koper milik Suho kemudian berjalan ke arah Suho yang sedang mengelilingi anak-anak tersebut.
"Suho ayok kita masuk ruang tunggu saja. Antrian imigrasi lumayan panjang sepertinya."Ajak Kris.
Suho menengok ke Kris lalu mengangguk.

Suho kemudian menatap anak-anak yang menjadi temannya dalam lima menit dan melambaikan tangannya.
"Noona sudah dijemput oleh Ayah NoonaNoona harus pergi adik-adik!"
Kris yang merasa di panggil oleh Suho dengan sebutan 'Ayah' langsung mendorong kepala Suho dan membuat Suho mengeluh kesakitan pelan,
"Yaa aww Kris." Kris tertawa pelan. "Aku bukan Ayahnya dan ya sampai jumpa kembali."

 

Kris menarik lengan Suho dan mulai mengarahkan jalan nya ke arah pintu masuk ruang tunggu.
Suho hanya diam saja. Ia bahkan tidak berkata apapun lagi sampai mereka memasuki tempat pertama dan sudah melewati bagian imigrasi. Ia memberhentikan jalannya di toko tas yang bebas pajak lalu masuk ke dalam meninggalkan Kris di luar.
Ia membawa satu tas lalu menunjukan ke Kris,

"Bagaimana menurutmu?"
Kris menggeleng, "Aku lapar Suho." Ia merengek membuat Suho menaruh lagi tasnya di etalase lalu berjalan ke luar,
"Ah ayok kita masuk pesawat jam delapan dan ini sudah jam .... baru jam empat tapi ayok makan."
Suho dengan semangat berjalan menuju kafe yang memang ada di bandara Incheon yang besar itu. Ia melihat-lihat sebentar lalu mengangkat tangannya menyuruh Kris berjalan ke arahnya,
"Disini enak ayok!" Sahutnya dari jauh.
Kris hanya mengikuti Suho.

Saat di dalam saja, Kris hanya memesan apa yang Suho pesan.
Udon dan minuman teh hijau.
Slurrpp..
Keduanya makan dengan tenang. Suho sesekali melirik Kris dihadapannya yang memakan mi jepang(?) itu dengan sedikit berisik karena Kris memakannya sambil memainkan smartphonenya yang selalu ia pegang ditangan kirinya. Karena gemas dengan Kris, ia ambil smartphonenya itu lalu menyimpannya di kantung celana nya itu.
Kris langsung menatap lurus Suho lalu melepaskan sumpit dari tangannya.
"Suho-ya, kembalikan smartphoneku."Suho tersenyum melirik Kris dihadapannya lalu berbisik,
"Eomma bilang makan tidak boleh sambil main gadget jadi kuambil dulu nanti setelah makan kuberikan."
Kris tidak hentinya menatap Suho dengan wajah herannya lalu seperti berkata aku bukan anak kecil Ho dan tentunya dibales dengan wajah Suho yang berkata tapi kamu harus ditertibkan.

 

Selesai makan kini keduanya berjalan santai menuju ruang tunggu. Suho sesekali tersenyum melihat orang-orang asing yang berlalu lalang didepan mereka, berbeda dengan Kris yang terlalu asyik dengan ponsel yang sedang ia mainkan permainan on-line nya itu.
Sesekali Kris mencoba ingin mengambil tas nya yang berisi rokok elektrik namun Suho selalu melarangnya dengan berkata "Pesawat kita akan berangkat Kris.", ataupun Kris yang mencoba ingin mengambil dompetnya yang ternyata tidak sengaja terbawa oleh Suho selesai makan, ia ingin membeli bir dari Paris yang terjual di Duty Free di Bandara mengingat membelinya disana tidak diperlukan pajak bukan? Namun kembali Suho larang dengan berkata, "Nanti uangmu habis bagaimana? Aku tinggal disana dengan apa?" Dan Kris benar-benar takluk oleh semua permintaan Suho.

Tidak perlu menunggu waktu lama, Kris dan Suho memasuki kabin pesawat dan duduk bersampingan di kursi ekonomi yang tidak jauh dari sayap pesawat. Suho duduk dekat jendela mengingat ia meminta Kris menukar tempat duduk mereka yang tadinya terpisah lumayan jauh. Kris yang duduk disampingnya hanya duduk dengan tenang tidak dengan Suho yang sibuk membuka dan membaca berbagai majalah yang ada di depannya.

Pesawat sudah lepas landas dan Suho mulai tenang.

"Akhirnya kau tenang juga Suho."
"Aku tenang daridulu Kris pabo. Lagipula ini pertama kalinya aku naik pesawat melebihi 5 jam, kau tahu itu?" Suho menunjukan kelima jari tanganya lalu membuat Kris menggeleng tidak tertarik,
"Masa bodo Ho."
Suho tidak peduli dan asyik lagi sendiri.
"Aku senang sekali!" Ia kembali menatap jendela dan melihat ke luar. Di luar sana, pesawat sudah memiringkan badannya, memulai untuk membelokan arah pesawat. Suho bisa melihat di luar sudah hanya terlihat hijau ataupun laut ataupun gedung yang mulai terlihat pendek dan juga kecil.
Kris di sampingnya hanya melihat aneh perempuan norak ini.

Pramugari melewati barisan mereka dan Kris memanggilnya,
"Apa ada teh?"
Pramugari cantik dengan badan tinggi yang Kris pikir dibawahnya sedikit itu mengangguk dengan sedikit genit lalu membalas, "Iya tuan. Mau saya ambilkan?"
Saat Suho mendengar Kris berbicara, ia langsung menengok dan melihat bahwa pramugari sok seksi ini sepertinya mau apa apa lagi dengan Kris nya!
"Ya, Ho apa kau mau?" Kris menghadap Suho yang sedang menatap tajam pramugari ini.
Suho hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata.
"Ya dua tolong. Dan silahkan pergi karena sepertinya istriku tidak suka keberadaanmu yang terlalu lama disini."
Pramugari itu langsung meninggalkan Kris dan juga Suho.

Suho di sampingnya meletakan tangan di bawah dagunya lalu menatap Kris dengan matanya,
"Apa maksudmu istri hah?"
Kris langsung menarik tengkuk Suho, membuat Suho membulatkan matanya kali ini.
"This is not how you tried a friend too, right?"

Kris menarik tenguk Suho lebih dekat lagi dan Suho masih saja sangat terkejut.

Kris mengecup atas mata kanan Suho lalu menatap Suho.

"Apa kita teman?"
Suho tidak menjawab.
Kris tersenyum.
"Aku tidak butuh jawabanmu. Aku tahu, yang kau butuhkan kepastian bukan?"
Kris melepas Suho dari pandangannya dan tidak lama pramugari itu datang dengan dua gelas teh.
Kris buka meja dihadapannya, diterimanya teh tersebut dan ia menghadap Suho kembali.
"Minumlah teh dulu atau kau langsung tidur terserah, aku akan bangunkan kalau ada makanan." Ujar Kris dengan santai lalu ia mengambil headphone Dr. Beats miliknya dan membuatnya tersambung dengan komputer pesawat.
Suho disampingnya langsung mengambil teh yang ada didepan Kris lalu mencolek lengan kanan Kris, mencoba memberi tahu apa yang ia inginkan.
Kris lepas headphonenya lalu menengok ke Suho, "ya?"

Suho menunjuk lengan Kris lalu berbicara pelan, "Aku mau menjadikanmu bantal ya?"
"Disini ada bantal!"
"Adik ku rela menjadi bantalku kok, kau juga harus Kris!"
"Jangan ngeces!"

Suho langsung membuka pembatas diantara mereka berdua lalu menyenderkan kepalanya di lengan Kris. Sebelumnya ia meminum teh dari Kris lalu tertidur.

Kris menengok ke arah Suho.
"Dasar bocah, selamat tidur bocah."
Tidak lama lampu pesawat mati, meninggalkan Kris yang sibuk menonton film gratis di pesawat.

 

 

to be continue

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
yupsyupi
#1
Chapter 3: Tenguk itu tengkuk maksudnya?
dtdtdtdtdt
#2
Chapter 2: I barely read indonesian. But this story so interesting. Even i cant understand completely. But still, i can catch some points that help me to understand. Good job authornim.