Pertama

Amor


Suho Kim membawa pakaian kotornya di dalam keranjang dan kemudian ia tenteng keranjang tersebut ke luar kamar dan berjalan menuruni tangga untuk memberikannya kepada pegawai binatu yang bekerja saat ini.
Jam memang masih menunjukan pukul 5 sore, suasana masih belum terlalu gelap, apartemen yang ditempatinya juga masih ramai.

 

Kadang ia merasakan suasana tempat bermain yang tidak jauh dari gedung apartemennya. 
Suara anak-anak, ia memang menyukai anak-anak yang bahagia. Tertawa dan tidak jarang ia mendengar tangisan. Keduanya ia sukai namun ia lebih suka mendengar mereka tertawa.

 

Tidak jarang pula Suho bertemu anak-anak SMA yang baru pulang dan ingin beristirahat. Ia mengenal mereka-mereka. Banyak dari anak-anak SMA itu berteman dengan Suho untuk bertanya-tanya pasal kuliah. Kebanyakan dari mereka adalah pendatang dari luar kota dan baru merasakan keramaian kota Seoul yang sebetulnya Suho sendiri tidak nyaman. Suho juga terkadang bercerita tentang kuliahnya. Dan puncak kekesalannya kali ini.

 

Suho ditantang oleh dosennya untuk melakukan interviu dengan pembalap liar kota Seoul. Ia tahu sendiri kalau pembalap liar masih berkeliaran di Seoul, tapi untuk melakukan interviu? oh hell no, ia memilih untuk melakukannya dengan para koruptor.
Kemarin ia nekad untuk mendatangi perlombaan balapan yang tidak jauh dari kampusnya saat ia bertanya kepada Jongdae, salah satu adik kembarnya sendiri yang sebetulnya menjadi salahsatu penontonnya.
Ia berhasil menemui banyak pembalap amatir. Namun yang berhasil mengajak mengobrol Suho ialah Kris.

 

Kris. Suho mengingat terus nama bule itu. Sulit mengingat nama tersebut. Laki-laki muda yang Suho tangkap dari wajahnya yang sekitar umur 20 sampai 25 tahun itu memiliki rambut dengan warna kuning namun berbeda dengan alis dan akar rambutnya yang berwarna coklat. Mata nya ikut berwarna coklat. Tingginya melebihi tinggi Ayah Suho, sekitar 180 sampai 190 dan Suho masih mengira-ngira dan ini bisa saja lebih tinggi. Kemarin Suho menemuinya hanya menggunakan kaos putih dengan celana pendek jeans tentunya tidak lupa sneakers hitam yang Suho juga mengira ini sepatunya sejak lama. Uh terlihat dari betapa kotornya sepatu itu.

 

Kris. Suho ingat kalau Kris yang pertama kali menyapanya. Tiba-tiba saat ia sedang menghela nafas, Kris datang memberikan minum dengan basa-basi lalu bertanya,
"Cantik, mau kemana?"

Suho yang sebetulnya polos menjawab dengan santai, "Entahlah aku hanya ingin melihat-lihat tempat ini. Dan ya terima kasih aku tidak haus." 
Diingat baik oleh Suho bahwa laki-laki itu tertawa pelan dan kembali menggodanya,
"Sweetie kamu tahu ini tempat membalap mobil dan sepertinya dari wajahmu kamu polisi ya sweetie?" Kris bahkan mencoba menyentuh dagu Suho setelah membuka air minum yang sebetulnya untuk Suho namun Suho langsung mendorong menjauh tangan Kris sambil menjawab,
"Aku bukan polisi. Lagipula aku ingin mengobrol dengan salahsatu pembalap disini."

Kris ini tertawa lagi dan kali ini mengejek Suho.
"Kamu tidak mengenalku, sayang? Aku Kris Wu, pembalap nomor satu disini."

Suho yang sebetulnya daritadi mencoba tidak menatap wajah Kris langsung melihat wajah Kris dan tersenyum lebar. Ia mengulurkan tangannya.
"Suho Kim, senang bertemu denganmu."

Kris tidak membalas jabatan tangan Suho namun ia menatap Suho dari atas ke bawah secara intens. 
"Kamu tahu kalau kamu salah kostum bukan?"
Suho menatap pakaiannya. 
Kaos yang menurutnya sangat sopan. Ia bahkan menggunakan bra. Tidak lupa dengan kemeja kotak-kotak yang ia letakan dengan simpel di atas pundaknya lalu mengikatnya di atas dadanya. Celana panjang menutupi paha dan betis putihnya, sneakers yang mirip dengan milik Kris namun lebih bersih, dan tidak lupa kacamata baca yang ia gunakan.
"Aku rasa aku tidak salah kostum tuan Kris."
Kris menggelengkan kepalanya lalu ia menunjuk beberapa perempuan di sekeliling keduanya.
Menunjukan bahwa perempuan itu bahkan ada yang hanya menggunakan sport bra, kaos sleeveless, celana pendek ketat, dan apa itu? bikini? Matanya yang salah atau memang kenyataannya seperti itu?
"Ya terserah kamu tetap terlihat y dengan pakaian itu hmmm siapa namamu sweety  hmm Suho is it?"
Suho yang merasa dimalukan langsung menginjak kaki Kris dengan kekuatan yang sudah ia tampung lalu pergi meninggalkan Kris yang ia dengar kesakitan dan sepertinya menyumpahi dirinya tidak henti.

 

Uh, Suho sangat geli mengingat itu.
Ia bahkan sudah berkata kepada dosennya bahwa ia menolak dan meminta dosennya untuk mengganti tugas lain.
Buruknya sang dosen ini belum menjawab pesan Suho dan mau tidak mau Suho harus menjadwalkan dirinya menemui gurunya ini.

 

Suho meletakan keranjang tersebut sesampainya ia di tempat laundry.
"Ini saja nona Kim?"
"Ya." Suho meletakan beberapa lembar uang won diatas pakaian-pakaiannya lalu langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.
Beberapa langkah sebelum ia memencet tanda panah ke atas di lift, ia merasa terpanggil.
"Suho-ssi,"
Suho menengok ke belakang. Tidak ada orang. Ia lihat ke samping kanannya juga ia tidak berhasil menemukan siapapun. Dan saat ia ke sebelah kiri ia menatap mata itu kembali.

 

Kris Wu.

 

Namun dengan wajah sedikit berdarah.

"Hai." Kris menyapanya tanpa dosa, Suho hanya bisa menanggapinya dengan anggukan.
"Apa kamu tidak akan bertanya aku akan kemana?"
Pertanyaan tersebut berhasil membuat Suho sadar lalu ia kembali mengulangi pertanyaan Kris, "Mau kemana?"
"Apartemenmu dan aku membutuhkanmu untuk menjagaku."

 

-///-

 

"Jongdae dan Jongin, adikmu yang kembar itu bukan? yaa aw pelan-pelan," Kris dengan wajah kesakitannya memegang tangan Suho yang sedang membersihkan luka di wajahnya itu. Ia menuntun Suho untuk membersihkan lukanya dengan perlahan.

Suho membuang nafasnya dengan sedikit kesal.
Jadi adik kembarnya itu yang membuat ia harus membersihkan luka seorang Kris Wu? Lagian ada apa sih adik kembarnya bisa memperkenalkan dia seperti ini.
Suho membawa ember kecilnya itu kembali ke dapur lalu kembali datang ke Kris dengan membawa beberapa lembar plester untuk menutupi luka-luka yang ada di wajah Kris.

 

Kris tidak henti-hentinya menatap karya Tuhan yang menurutnya paling indah.
Mungkin memang iya cara berpakaian Suho paling sopan diantara semua wanita yang pernah ia tatap namun hanya Suho yang berhasil menarik perhatiannya semenjak pertemuan dua hari yang lalu.
Kali ini Suho hanya menggunakan legging dan kaos lengan pendek. Wajahnya natural tanpa make up.

Kris dikenalkan tentang si 'Suho' ini dari kembar Kim.
Setelah Suho meninggalkannya kemarin, Jongin langsung menghampirinya lalu meminta maaf bahwa itu kakaknya dan berkata bahwa ia akan memarahi kakaknya itu. Namun Kris justru menggeleng dan ia meminta nomor telefon Suho.
Kebetulan Jongin bercerita sebentar mengenai sang kakak.
Suho yang telaten menjaga adiknya, Suho yang manis, Suho yang rajin, dan yang jelas Suho sang Malaikat.

 

"Sudah membayangkan apapun yang ada di otakmu itu, Kris-ssi?"
Suho datang dan duduk di samping Kris dengan sedikit bernada kesal, Kris tertawa lalu langsung memeluk Suho dari samping,
"Ya aku merasa terlindungi." Suho mendorong Kris menjauh darinya lalu berdecak tambah kesal.
"Darimana kamu tahu apartemenku?"
Kris tersenyum menyebalkan lalu mencoba mengeluarkan sesuatu dari kantong celanannya.
"Aku mengaku ke penjaga depan kalau aku suamimu tadi Nyonya Wu."Suho kembali tambah kesal.
"Bagaimana dengan adikku? Kamu tidak mengapa-apakan mereka kan?"
Kris menggelengkan kepalanya lalu menatap Suho yang lebih tepatnya menatap badan Suho.
"Kamu punya badan yang lebih bagus kenapa aku harus memilih adik-adikmu manis?"

Suho hanya menatapnya biasa lalu kembali bertanya, "Apa yang terjadi?"
Sebelum menjawabnya, Kris menggeser pantatnya agar tidak ada jarak diantaranya dan Suho, Suho tidak sadar, maka dari itu ia mulai melingkarkan tangannya di pinggang Suho lalu menyenderkan kepalanya di pundak Suho, "Seseorang menghajarku."
Suho menatapnya lagi lalu menjawab dengan seronoh, "Kupikir kamu menabrak tiang."
"Hey ini bukan karate kid, ok? Lagipula aku serius." Kris mengelus-eluskan pipinya menggunakan tangan Suho yang berhasil dia ambil.
"Taruhan. Waktu itu aku taruhan dan aku membayarnya. Kupikir masalah kami selesai dan kemudian tadi sore mereka menemukanku saat aku sedang membantu kakek-kakek Jepang untuk mencarikannya makanan, aku tidak mengerti tiba-tiba mereka menghajarku dan membahas masalah taruhan dan perlombaan jadi beginilah aku. Mengingat Jongin yang menyebutkan bahwa apartemenmu ada disekitar sini, makanya aku langsung ke sini dan berhasil menemukanmu manis."

 

Suho menarik tangannya lalu mendorong menjauh Kris dari badannya. Ia mengambil remot tv dan mulai menyalakannya agar suasana tidak terlalu hening ataupun canggung.

 

Kris yang sadar Suho sepertinya tidak peduli langsung memeluk Suho dari samping lalu berbisik, "Aku akan membantumu menjawab semua pertanyaan tentang kuliahmu kalau kamu mau membantuku."

 

Suho tertarik.

 

 

"Tapi apa yang harus aku lakukan?"

 

 

Kris tanpa berfikir langsung membisik Suho,

 

 

"Kiss me and be my partner for the international car race in New York. Bagaimana?"

 

 

PLAK.

 

Kris hanya menahana sakitnya ditampar dengan agak kencang oleh Suho dengan mengigit bibirnya.

"Aku tidak mau menciummu kalau begitu. Aku bisa bertanya kepada siapapun!"

 

 

Kris tersenyum lebar lalu mengambil ponsel Suho yang tidak jauh dari situ.
Ia buka pesan dari dosen Suho (terbaca dari siapa yang mengirimnya) lalu membacakan pesannya keras.

 

 

"Aku memberimu waktu sampai satu bulan. Harus pembalap atau nilaimu D-."

 

 

Suho mulai mengeluarkan wajah paniknya namun ia mencoba menjadi tenang di hadapan Kris.

 

"Kapan pertandingan di New York itu?"
"Dua hari lagi. Aku yang akan meminta ijin kepada kedua orang tuamu lalu kita berangkat dengan uangku, kita tinggal di hotel dengan uangku, kita makan di New York dengan uangku, dan kita pulang ke Korea dengan uangku, jangan lupakan ciuman itu."
Suho menggelengkan kepalanya.
"Yang lain aku oke. Namun untuk ciuman aku tidak bisa memberikan first kissku kepada dirimu."
"Semua wanita memujaku dan kamu menolakku."
"Aku akan membayar makan kita disana. Bagaimana deal?"

 

 

Kris ikut tertarik dengan perjanjian yang tidak tertulis ini.

 

 

"Oke sweetie deal."

 

 

 

 

to be continue

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
yupsyupi
#1
Chapter 3: Tenguk itu tengkuk maksudnya?
dtdtdtdtdt
#2
Chapter 2: I barely read indonesian. But this story so interesting. Even i cant understand completely. But still, i can catch some points that help me to understand. Good job authornim.