Don't Go

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Kai melangkah dengan kemalasan tingkat tinggi menuju ruang guru. Tadi dia dapat pesan untuk menemui Ibu Kim Haneul, guru biologi. Tanpa perlu memeras otak, Kai tahu pasti pemanggilannya ini berkaitan dengan klub sains. Oh ya, Kai ini sudah jadi anggota klub sains sejak kelas sepuluh, bahkan kini dia dipercaya sebagai ketuanya.

Begitu sampai di ruang guru, Kai langsung membungkukkan badan kepada beberapa guru yang melihatnya. Tanpa mau basa basi biar cepat bisa ke kantin, Kai langsung menuju tempat Bu Haneul duduk.

"Selamat pagi menjelang siang, Bu," Kai membungkukkan badan dan langsung memamerkan senyum charmingnya.

Bu Haneul langsung tersenyum cerah begitu melihat Kai, murid kesayangannya. Bahkan, dia ikut-ikutan manggil Kai juga, bukan Jongin. "Oh hai Kai."

"Ada perlu apa Ibu manggil saya?"

"Ini Kai, kira-kira menurut kamu bisa tidak kita tambah satu anggota klub sains?"

Kai pura-pura mikir bentar. "Ehmmm gimana ya? Kan Ibu dulu sendiri yang bilang 12 sudah cukup dan kita tidak perlu tambah anggota lagi? Nanti bisa-bisa terlalu ramai dan jadinya kurang efektif. Jadi saya rasa anggota yang sudah ada lebih dari cukup."

"Iya memang, tapi murid baru ini cukup berpotensi. Dia pernah juara olimpiade matematika waktu SMP. Tapi kalau menurut kamu sudah cukup ya oke. Mungkin tahun depan saja dia direkrut," kata Bu Haneul. "Sudah itu saja, Kai. Sana cepat istirahat!"

Bukannya langsung keluar dari ruang guru, Kai malah tetap berdiri di samping meja Bu Haneul. Dia tiba-tiba teringat sesuatu dan menyesal dengan apa yang dibilangnya barusan.

"Lho ada apa, Kai? Kamu tidak istirahat?" Bu Haneul bertanya keheranan.

"Ehm, kalau boleh tahu siapa ya murid baru yang pernah juara olimpiade matematika ini?"

"Oh, dia ada di kelas saya. Namanya Park Borin. Kemarin waktu pelajaran biologi, dia bagus sekali jawab dan sangat aktif mengajukan pertanyaan. Ternyata dia juga pintar pelajaran IPA yang lain."

'Anjir. Bener kan dugaan gue', kata Kai dalam hati. Dia tahu kalau Borin pernah juara olimpiade pas kelas 9 SMP. Soalnya waktu itu olimpiade sains untuk SMP dan SMA diadakan barengan di Universitas Kyunghee. Kai waktu itu ikut fisika dan cuma jadi juara 3.

"Bu, sepertinya dia punya potensi yang bagus buat tim. Saya rasa kalau tambah satu lagi anggota tak ada masalah, soalnya kan dia sudah berpengalaman dalam berkompetisi juga. Kita juga butuh seseorang yang aktif." Kai rasanya seperti menjilat ludah sendiri, tapi who cares lah demi lebih dekat dengan Borin.

Bu Haneul mengerutkan kening. "Kamu yakin?"

"Yakin seyakin-yakinnya! Ini semua demi klub sains sekolah kita," jawab Kai, mantap.

Bu guru pun tersenyum setelah mendengar kepastian dari Kai. "Bagus lah kalau begitu. Nanti saya bilang ke Borin untuk menyerahkan form biodata ke Sunyoung ya."

"Jangan, Bu. Sunyoung sudah terlalu sibuk jadi sekretaris klub sains dan paduan suara, jadi lebih baik murid barunya suruh menyerahkam formnya langsung ke saya saja. Biar nanti saya yang urus," kata Kai sambil tersenyum.

"Oh gitu. Oke, nanti saya suruh dia langsung ke kamu ya."

"Siap, Bu!"

"Terima kasih ya, Kai!"

"Saya yang terima kasih. Permisi dulu."

Kai membungkukkan kepada Bu Haneul lalu keluar dari ruang guru sambil bersiul-siul. Kalau tadi datangnya males-malesan, kini Kai melangkah dengan penuh semangat. Hanya mendengar nama Borin dan membayangkan satu klub dengannya aja udah jadi suntikan vitamin buat Kai. Pengen rasanya Kai lompat menunjukkan kegirangan, apa daya banyak siswi-siswi yang lagi memperhatikannya, jadi kudu tetap jaim walau hati berbunga-bunga.

 

****

 

Keesokan harinya, Kai bareng Baekhyun dan Kyungsoo keluar kelas siap-siap mau ke kantin saat tiba-tiba datanglah Soojung. FYI, dia adalah salah satu dari cewek yang rajin banget pdkt sama Kai selama ini.

"Kai!!!" Soojung hadir dan langsung bergelayut manja di lengan Kai.

Baekhyun pura-pura batuk dan merangkul pundak Kyungsoo sambil sedikit menariknya. "Oke Kai, kita ke kantin duluan ya."

"Hei Baekhyun. Kyungsoo!! Tunggu!"

Tapi sayangnya, pegangan tangan Soojung erat banget, bikin Kai tertahan. Kai langsung melihat Soojung dengan muka datar. Sedangkan yang diliatin senyum-senyum kesenengan.

"Kamu udah janji lho Kai mau ngajarin aku fisika. Aku besok mau ulangan," kata Soojung dengan nada dimanja-manjain.

"Emang gue pernah janji?" Kai pura-pura bego.

"Udah dua kali malah."

Tepat saat itu Kai melihat seseorang yang pengen ditemuinya tapi nggak dalam situasi seperti ini. Yap, Borin yang sedang dilihat Kai. Borin langsung berhenti begitu melihat Kai tengah digandeng mesra sama Soojung. Di tangan Borin ada amplop cokelat besar yang Kai yakin pasti isinya form biodata buat klub sains. Soalnya ngapain, Borin ke deretan kelas dua belas kalau nggak cari dia? Kai kepedean sih, tapi dia yakin benar.

"Borin! Hai! Mau ngasihin form ya?" Kai bicara dengan semangat.

Borin langsung sembunyiin amplop besar itu di belakang punggungnya sambil gantian lihat Kai terus merhatiin Soojung. "Nggak kok."

Borin langsung balik badan dan lari bikin Kai panik. Kai pun langsung melepaskan tangan Soojung di lengannya dengan paksa dan lari juga. Dia nggak mau Borin yang tadi berniat nyamperin dia, kabur begitu saja. Kai juga nggak peduli sama Soojung yang teriak-teriak manggil namanya.

"Borin! Tunggu!"

Borin menoleh waktu dengar namanya dipanggil, tapi begitu tahu Kai ngejar, dia malah lari tambah cepat. Adegan kejar mengejar ala Borin dan Kai pun langsung jadi perhatian siswa-siswa lain yang kebetulan lihat.

Kai tersenyum waktu lihat Borin lari ke ujung gedung yang artinya jalan buntu. Kai pun langsung jalan biar hemat energi waktu lihat Borin panik di depan jendela, nggak mungkin kan dia nekat terjun dari lantai dua? Borin pun terlihat nyerah dan merhatiin Kai yang jalan ke arahnya, karena emang nggak ada pilihan lain. Begitu Kai tepat berdiri di depan Borin, dia langsung ngambil amplop itu.

"Kembaliin Jongin!"

Borin berusaha merebut amplop itu lagi, tapi apa daya Kai mengulurkan tangannya ke atas. Jadi meskipun Borin lompat-lompat juga amplop itu terlalu tinggi untuk dia gapai.

"Jongin, balikin!" Kata Borin masih berusaha merebut.

"Nggak. Ini buat gue kan?"

"Bukan, ini mau gue kasihin ke Bu Haneul kok."

"Ngapain coba? Orang beliau pasti nyuruh lo ngasihin ke gue kan?"

Borin berhenti lompat dan menarik nafas, capek. "Serah lo deh." Dia mau pergi, tapi Kai segera menghalangi.

"Biar gue cek dulu, udah lengkap belum biodatanya, biar lo nggak bolak-balik lagi."

Kai segera membuka amplop. Ada sebuah lembar kertas HVS dan di ujung sebelah kiri ada foto Borin ukuran 3 x 4 yang langsung bikin Kai fanboying dalam hati soalnya cute banget. Setelah itu Kai merhatiin biodata yang ditulis dengan tangan sama Borin. 'Duh tulisannya aja nggak kalah cantik sama orangnya,' batin Kai.

"Nomor hape lo ganti?" tanya Kai, saat matanya lihat deretan nomor di biodata.

"Iya."

"Kok nggak bilang?" tanya Kai dengan muka serius.

"Buat apa coba? Ntar lo suka ngirimin chat chat nggak jelas."

Kai ketawa. "Gue kan cuma bilang met pagi met malam doang. Itu aja nggak tiap hari dan jarang lo bales. By the way biodata lo ada yang kurang."

"Masa? Bu Haneul cuma bilang itu aja."

"Kurang foto close up ukuran postcard."

"Hah?" Borin mengernyitkan kening, bingung. "Buat apa emangnya? Bohong kan?"

"Nggak kok. Oh gini aja deh daripada loe harus cetak foto." Kai mengeluarkan handphone dari saku celananya. Dia segera membuka aplikasi kamera dan langsung motret Borin yang berdiri di hadapannya dan nggak ngerti apa-apa. Kai berdecak bangga lihat hasil foto yang baru diambilnya. "Udah ini fotonya sama aja," kata Kai senyum-senyum.

Borin menatap Kai dengan curiga. "Lo bohong kan? Hapus fotonya nggak?"

"Nggak, ngapain sih gue bohong?"

"Jongin, hapus foto gue!"

"Nggak mau!"

Borin berusaha merebut handphone milik Kai, tapi yang punya lebih sigap. Kai pun buru-buru menghindar dari Borin sambil lari-lari kecil. Nggak terima begitu saja, Borin langsung lari ngejar Kai. Jadi sekarang adegannya kebalik, Borin yang ngejar Kai. Dan lagi-lagi mereka bikin heran siswa lain yang lihat.

"Jongin!!!" teriak Borin sambil lari.

Kai tetap lari sambil sesekali ketawa melihat Borin yang biarpun udah lari sekuat tenaga tetap nggak bisa nyusul Kai. Tapi Kai langsung berhenti lari waktu hampir menabrak Bu Haneul.

"Oh Bu. Maaf!" Kai langsung membungkukkan badan.

"Kamu kenapa lari-lari di dalam gedung sekolah?" tanya Bu Haneul.

Belum sempat jawab, Borin muncul sambil terengah-engah di samping Kai. Tanpa sadar, tangan kanannya memegang lengan Kai sedangkan yang kiri ada di lutut. Kai pun spontan membantu Borin biar bisa berdiri tegak.

"Kamu kenapa lari-lari juga, Borin?" tanya Bu Haneul lagi, makin keheranan.

Borin baru sadar ada Bu Haneul dan langsung membungkukkan badan sama beliau. Tapi masih sibuk cari nafas setelah lari, jadi dia terpaksa nggak bisa jawab pertanyaan gurunya.

"Sepertinya dia kurang olahraga, Bu. Makanya lari-lari di sini, kalau di luar kan sudah panas," kata Kai sambil melirik dan tersenyum nakal ke Borin.

"Ada-ada aja. Sudah menyerahkan form biodata kan?"

"Sudah, Bu. Ini!" kata Kai menunjukkan form di tangannya.

"Baguslah kalau begitu. Selamat bergabung di klub sains ya, Borin. Saya ke ruang guru dulu. Dan kalian jangan lari-lari di dalam ruangan lagi."

"Siap, B....," kata Kai tapi terpotong.

"Bu!" Borin memanggil gurunya.

Bu Haneul berbalik. "Ada apa, Borin?"

"Apa biodata untuk klub sains memang perlu foto close up ukuran postcard?" tanya Borin yang langsung bikin Kai memutar mata.

Bu Haneul ketawa. "Memangnya kamu mau melamar pekerjaan modelling? Aneh-aneh saja!"

Borin menarik nafas panjang. Dia lalu melihat Kai dengan pandang penuh nafsu untuk membunuh.

Kai cuma meringis. "Hape gue ada di saku celana. Kalo mau, silakan ambil sendiri."

"Arghh.." Borin teriak kecil, sedikit frustrasi. "Tau deh. Terserah lo." Borin lalu melangkah meninggalkan Kai, sebel dia lama-lama.

Kai ketawa. Diambilnya handphone dan diperhatikannya foto Borin. Foto itu pun segera dijadikan wallpaper hape.

Setelah itu dipandanginya Borin yang sedang berjalan dengan pelan. Dari belakang aja, Borin udah kelihatan cantik. Tanpa sadar, Kai mengikutinya.

 

Aku kehilangan diriku dan satu-satuhya jiwaku dalam bayangmu
Sepenuhnya mabuk kepayang dalam setiap gerakanmu
Hingga aku lupa untuk bernafas
Aku tak bisa berhenti memandangmu
Mataku secara natural mengikuti di setiap langkahmu

Bawa aku bersamamu
Aku akan mengikutimu bahkan sampai ujung dunia
Jangan kabur dari pandangan mataku
Jangan menghilang saat pagi datang
Mimpi yang ku jalani, kau satu-satunya kupu-kupu ku yang cantik

Bahkan saat aku berkelana di tempat-tempat asing
Bahkan saat aku tersesat
Aku akan mengikutiku hati yang lebih tulus dari lainnya
Gerakan tubuhmu perlahan menarik perhatianku
Matamu tajam tapi lembut
Dan aku tak bisa menolakmu

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment