Call Me Baby

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Kai lagi ngobrol nggak jelas, ngemil, sambil sesekali ketawa bareng Baekhyun dan Kyungsoo di kantin. Mereka ngobrolin dari tugas fisika, liga Inggris, pacar baru Taylor Swift, sampai anak kelas sepuluh yang lagi pacaran malu-malu di pojok. 

Percakapan mereka terhenti sejenak, setelah Baekhyun menyikut lengan Kai.

"Cewek lo, Kai!" Kata Baekhyun.

Kai langsung menoleh ke arah pintu masuk kantin. Dan emang bener, Borin ada di sana, celingak-celinguk kayak cari sesuatu. Dia tumben sendirian, biasanya nggak pernah pisah sama Yuju. Kai jadi penasaran, Borin lagi cari apa di kantin.

Kai terus merhatiin Borin, sampai pandangan mereka bertemu. Borin keliatan lega dan langsung senyum. Borin langsung lanjut jalan. Awalnya, Kai mengkhayal kalo Borin lagi jalan ke arahnya. Dan Kai mendadak grogi waktu dia akhirnya yakin kalo Borin emang menuju ke arahnya.

"Ehemm!" Baekhyun beraksi, waktu Borin berhenti di meja mereka.

"Jongin. Ehm hai sunbae." Borin senyum awkward ke Baekhyun dan Kyungsoo.

"Hai juga, Borin." Baekhyun dan Kyungsoo, tumben kompak.

Borin langsung beralih ke Kai. "Jongin, gue ada perlu. Bisa ngomong bentar?" Katanya dengan nada sedikit ragu.

Kai tanpa menunggu komando, langsung berdiri dengan semangat. "Bisa!"

Kyungsoo dan Baekhyun berpandangan sejenak, langsung ngikik bareng liat Kai yang overreacting banget kalo lagi sama Borin. Kai ngelirik dua temannya dan memberi pandangan mengancam biar mereka berhenti ngetawain dia. Sementara Borin keliatan awkward.

Kai memegang lengan Borin. "Ngomong di luar kantin aja, di sini banyak nyamuk nakal," kata Kai melirik 2 temannya yang masih senyum-senyum menggoda.

Kai lalu menarik Borin buat jalan keluar kantin. Baru setelah mereka di luar, Kai melepas pegangan tangannya. "Ada apa?"

"Uhm sebelumnya maaf kalo ngerepotin. Gue bisa pinjem uang lo nggak?" Tanya Borin, pelan dan hati-hati.

Kai memiringkan kepalanya buat mandang Borin sejenak, lalu senyum. "Bisa. Tapi gue nggak bawa uang cash, cuma ATM sama kartu kredit. Butuh sekarang banget ya?"

"Oh? Hmmm kalo gitu, nanti sepulang sekolah lo sibuk atau ada acara nggak?"

Kai mendadak grogi, dia mikir jangan-jangan Borin mau ngajak dia kencan. Sebenarnya nanti siang dia janji mau ngegame sama Baekhyun, Kyungsoo, Suho, dan Jongdae, tapi kalo dapat kemungkinan tawaran ngedate dari Borin, masa ditolak? "Nggak ada acara kok gue nanti."

"Hmm kalo gitu bisa nganterin gue, sekalian mau minjem uang." Borin memandang Kai dengan puppy eyes, bikin hati si cowok makin luluh.

"Bisa. Nganterin ke mana emang?" Kai langsung jawab bisa.

"Jadi gini ceritanya. Hari ini kelanjutan novel favorit gue terbit, gue udah nggak sabar baca. Begonya dompet gue ketinggalan. Yuju sama temen sekelas gue pada nggak ada yang bawa uang. Jadi nanti gue mau lo nganter gue ke toko buku, biar gue bisa minjam uang. Pake kartu kredit dapat diskon kok, nanti kalo udah di rumah, langsung gue transfer. Gimana? Masih mau nganterin gue kan ke toko buku di Apgujeong?"

Kai senyum dengar penjelasan Borin. Cute banget nih cewek kalo lagi kumat berceloteh. "Jangankan ke toko buku, lo minta anter ke Afrika juga gue siap."

Borin ternyata ketawa. "Tapi gue juga mau minjem duit lo. Emang nggak apa-apa?"

"Lo minta beliin juga gue beliin kok." Kata Kai dengan meyakinkan.

"Nggak lah, nanti gue bayar. Ehm jadi nanti ya sepulang sekolah, tunggu gue di gerbang..."

Kai memotong ucapan Borin. "Gue jemput di kelas lo nanti."

"Eh? Nggak perlu sih..."

"Gue jemput pokoknya." Kai menatap Borin.

"Oh...oke deh, makasih ya, Jongin."

"Belum juga dianterin kok udah makasih?" Kai senyum menggoda.

"Ya nanti gue makasih lagi."

Kai ketawa. "Kalo gue mau yang lain bukan makasih gimana?"

"Hah? Emang lo mau apa?"

"Becanda kok."

"Uhmm....ya udah gue balik ke kelas dulu ya. Sampai nanti."

Borin melambai lalu jalan ke arah kelasnya. Kai tersenyum memandang Borin sampai ia hilang di koridor. Kai masih senyum-senyum bahagia balik masuk ke kantin. Karena terlalu bahagia, dia oke-oke aja walaupun diledekin terus sama Baekhyun. The power of love emang beda ya?


***

 

Seperti janjinya, setelah bel pulang berdenting, Kai langsung beranjak ke kelas Borin. Sebelumnya dia udah pamit nggak ikut ngegame. Untung sih teman-temannya pengertian sama Kai yang lagi kasmaran, jadi mereka ngasih ijin Kai buat gak ikut kompetisi mereka kali ini.

Kai bersandar di dinding samping kelas 10-B. Beberapa anak kelas 10 memandang Kai, terutama yang cewek-cewek pada bisik-bisik waktu liat senior ganteng mereka. Kai pun menunggu Borin dengan hati berdebar.

Borin keluar kelasnya bareng Yuju. Begitu liat Kai, dia membalas senyum cowok yang lagi nunggu dia itu. Yuju pun dengan pengertian lalu pamit dan meninggalkan mereka. Kai dan Borin berpandangan malu-malu sejenak, gaya mereka mendadak kayak dua ABG yang baru kenal.

Kai batuk-batuk. Lalu mengajak Borin beranjak dari depan kelas dengan anggukan kepala. Borin mengangguk kecil setelah mengerti isyarat dari Kai dan mereka pun berjalan beriringan, tanpa suara. Sampai akhirnya, Kai pun memecahkan keheningan di antara mereka.

"Emang novel apa yang mau lo beli?" Tanya Kai, waktu mereka sampai di halaman sekolah dan berjalan menuju gerbang.

"Lanjutannya To All The Boys I love Before dan PS: I Still Love You."

Kai mengernyitkan kening. "Novel apaan tuh?"

"Novel teenlit yang sebenarnya receh banget ceritanya, tapi nggak tau kenapa gue suka. Dan bikin penasaran," kata Borin.

Kai ketawa waktu Borin bilang receh. "Kadang yang receh-receh itu memang bisa jadi semacam guilty pleasure kok."

Borin menunjuk Kai tanda setuju. "Nah bener banget tuh!"

"Emang ceritanya gimana?"

"Ada seorang cewek. Tiap kali dia suka sama seorang cowok dan berniat mengakhiri perasaannya, dia bakal nulis surat buat cowok itu. Tapi suratnya nggak dikirim dan disimpan buat dia sendiri. Sampe akhirnya surat itu terkirim ke semua cowok yang pernah dia sukai tadi. Dan dari situlah dia akhirnya tahu siapa yang sebenarnya dia suka."

Kai seneng banget kalo Borin ngomong panjang lebar kayak gini. Dan waktu Borin cerita dari inti novel tadi, Kai nggak sadar merhatiin sambil senyum-senyum sendiri. Buat Kai, Borin keliatan cute banget kalo bakat story telling-nya muncul.

"Cukup menarik juga sih. Dan keliatannya cewek banget, pantes kalo lo suka," kata Kai sambil manggut-manggut.

Tanpa sadar mereka sampai di halte. Pembicaraan mereka berhenti. Berhubung halte ramai, mereka pun berdiri berdampingan sembari menunggu bis yang akan mengantar mereka ke Apgujeong.

Bis pun tiba, bukan cuma Kai dan Borin aja yang berniat masuk, siswa-siswa lain juga rebutan. Ketika sudah di dalam, Kai langsung menggunakan T-money nya dua kali buat ongkos bisnya dan Borin. Kai langsung menarik Borin buat duduk di satu-satunya kursi yang tersisa. Setelah memastikan Borin duduk dengan nyaman, Kai pun berdiri di sampingnya sambil pegangan.

Sambil berdiri, Kai nggak bisa berhenti tersenyum. Kadang dia lihat keluar jendela, kadang nggak sengaja berpandangan sama Borin dan saling melempar senyum.

Lima menit kemudian, bus berhenti di halte Apgujeong. Jarak sekolah mereka dengan Apgujeong memang dekat. Kai, Borin, dan dua penumpang lainnya turun. Secara otomatis kaki mereka pun melangkah ke toko terbesar di sana.

"Sebenarnya tadi jalan lebih asyik sih," gumam Kai.

"Gue capek, abis lari pas jam olahraga tadi," sahut Borin lalu manyun.

"Bener ya kata Chanyeol, lo males banget ya kalo olahraga."

Borin memukul lengan Kai, refleks. "Eh ngedance juga gerak kali."

Kai ketawa. "Sabar dong nona. Emang lo masih rajin ya ngedance?"

"Lumayan sih. Lo yang mendadak berhenti langsung."

"Hmm sok tau, gue masih sering kok ikutan ngedance di komunitas underground."

"Masa? Sumpah lo?"

Kai mengangguk meyakinkan. Borin memandangnya dengan takjub dan keliatan nggak percaya. Tepat saat itu mereka udah sampai di toko buku dan masuk ke sana, tapi pembicaraan mereka masih lanjut.

"Serius Jongin? Lo masih sering sama mereka? Gue kira loe udah nggak ngedance lagi." Kata Borin masih penasaran.

"Gue udah nggak ngedance. Cuma kalo kangen, ya gabung sama mereka."

"Padahal lo bakat banget jadi dancer profesional atau koreografer lho." 

"Gue pikirin deh saran lo ya."

Borin berhenti mendadak. Ia memandang standing banner yang ada di dekat pintu masuk. Di banner itu ada foto Gong Yoo dan Kim Go Eun dari drama Goblin. Sepertinya banner itu untuk promosi buku lama yang puisinya muncul di drama.

"Eh gue suka banget puisi ini," kata Borin sambil senyum, tapi setelah itu dia segera berjalan menuju tempat buku-buku baru dipajang.

Kai masih terpaku menatap banner itu. Dia jadi tertarik membaca puisi yang ada di banner tersebut. Dan setelah membacanya berulang-ulang Kai merasa, puisi itu ditulis untuknya. Kai lalu mengalihkan pandangan. Matanya langsung tertuju kepada Borin yang sedang berjalan ke arahnya. Borin berjalan pelan dengan memeluk buku, sepertinya dia sudah dapat buku yang dipengen. Wajahnya penuh senyum dan berbinar. Lagi-lagi Kai merasa tersihir dan tanpa sadar puisi yang tadi dibacanya, semacam bicara di otaknya.

Ukuran massa tidak sebanding dengan volume
gadis kecil yang sekecil violet itu
gadis kecil yang berkibar seperti kelopak bunga itu
menarikku dengan massa lebih besar dari Bumi
Dalam beberapa saat,
aku seperti apel Newton
tanpa ampun berguling dan jatuh pada dirinya
dengan bunyi, dengan bunyi berdebar
hatiku, dari langit ke tanah
terus berayun seperti pendulum
Itu adalah cinta pertama

Borin berhenti dan melambai-lambaikan novel, membuat Kai tersadar dari lamunan sesaatnya. Kai pun tak bisa menahan senyum melihat Borin yang wajahnya berbinar bahagia karena dapat novel favoritnya.

"Gue udah dapet," kata Borin lalu tertawa kecil.

"Cuma ini aja?"

"Yap. Lo gak mau beli buku juga?"

Kai menggeleng. "Masih banyak buku yang belum gue baca. Yuk langsung dibayar."

Kai meletakkan tangannya di punggung Borin, lalu mendorongnya pelan menuju kasir. Kai segera mengambil dompet dan menyerahkan kartu kreditnya. Dan Kai pun rasanya senang banget bisa melihat senyum yang nggak berhenti menghiasi wajah cantik Borin. Paling nggak dia merasa ikut andil bikin Borin happy. Bahkan saat mereka sudah di luar toko buku, Borin masih kelihatan seneng banget.

"Hmm Borin." Kai memulai pembicaraan dengan sedikit ragu-ragu, sesaat setelah mereka di luar toko buku.

"Ada apa?"

"Sekarang gue boleh minta lo nemenin gue nggak?"

"Lo mau ke mana?"

Kai menunjuk di seberang jalan. Dan Borin melihat ke arah yang ditunjuk sama Kai. Burger King.

"Gue mendadak laper setelah liat Burger King. Temenin gue ke sana ya?"

Borin melihat Kai sejenak dan ketawa. "Boleh boleh."

"Lo suka ke Burger King?"

"Suka banget. Gue sering ke sana sama unnie, oppa, atau Yuju. Lagian siapa yang nggak suka burger king sih?"

"Nah kalo gitu lo harus makan juga!"

"Nggak usah duh. Kan gue nggak bawa uang,"

"Gue traktir."

"Jangan ah. Kan tadi lo udah minjemin gue uang buat beli nih novel."

"Hei, gue tulus dan ikhlas dari dasar hati buat nraktir lo. Jangan bikin kecewa gue dan kebaikan gue ini dong."

Borin ketawa lagi, "Drama banget deh lo. Sumpah."

Kai ikutan ketawa tapi lalu merangkul pundak Borin. "Udah yuk langsung ke sana."

Kai dan Borin lalu jalan mau menyeberang. Kai merasa banyak orang yang melihat mereka. Maklum sih, karena sebenarnya mereka memang sejatinya bakal jadi pasangan yang serasi kalau jadian. Dan pemikiran itu sukses bikin Kai senyum-senyum sendiri.

Perhatian Kai dan Borin kemudian sama-sama tertuju di banner depan Burger King. Menu baru. Burger With Beef dan Mozarella yang meleleh. Makanan sukses bikin Kai dan Borin mengalihkan perhatian dari segalanya.

"Kok kayaknya enak sih ini?" Kai nggak sadar bergumam.

"Bener." Borin respon, dengan pandangan masih tertuju di menu baru.

"Mau pesen ini aja nggak?"

Kini Borin ganti melihat Kai dan mengangguk. "Iya pesen ini aja, Jongin."

Kai cuma senyum sambil membuka pintu dan menyuruh Borin masuk duluan dengan gaya gentleman, bikin Borin ketawa lagi. Suasana Burger King agak rame sore itu. Ada keluarga, anak sekolah, dan lain-lain.

"Gue yang pesen. Lo cari tempat duduk buat kita ya."

Borin menunjuk meja kosong di pojok. "Mau di sana nggak?"

"Hmm? Boleh. Lo tunggu di sana ya?"

Borin mengangguk. Kai pun menuju counter buat pesan. Ada tiga orang di depannya. Sambil nunggu giliran, Kai diam-diam memperhatikan Borin yang udah duduk anteng di pojok. Borin lagi baca novel yang baru dibeli. Dia keliatan peaceful dan as always cantik kalau lagi baca. Dan bagi Kai, di antara banyak orang cuma Borin yang stunning dan bersinar, meskipun dia nggak melakukan apapun yang menarik perhatian.

Setelah pesanan udah di nampan, Kai menuju tempat Borin nunggu. Borin langsung senyum makin cerah ketika Kai meletakkan makanan mereka di atas meja. Kai duduk di depan Borin.

"Makasih Jongin buat lo dan kebaikan lo," kata Borin dengan senyum menggoda.

Kai nggak bisa menahan tawa. "Sama-sama. Selamat makan!"

"Selamat makan!"

Tapi ternyata Borin nggak langsung makan. Sambil gigit burgernya, Kai memperhatikan Borin yang lagi ngambil foto makanan di hadapannya. Kemudian Borin senyum-senyum sendiri sambil ngetik sesuatu di hapenya.

"Dikirim ke siapa fotonya?" Tanya Kai kepo.

"Unnie, oppa, Yuju. Biar mereka pengen menu baru ini!" Kata Borin masih sambil senyum-senyum.

"Nggak dipost di IG juga? Lo kan suka posting foto makanan!"

Borin liat ke arah Kai yang masih makan burgernya, "Eh lo follow IG gue ya?"

"Heehmm dan lo gak follow balik." Kai manyun.

Borin meringis. "Uname lo apa deh. Sini gue folback!"

"@kim.kai114. Kan gue sering ngelike foto lo. Kadang komen juga."

Borin diem sejenak dan fokus dengan kegiatannya di hape. "Udah gue folback yaaa. Eh, ngomong-ngomong, lo kenapa tiba-tiba dipanggil Kai sih?" Tanya Borin, sambil mulai gigit burgernya.

Kai minum coca colanya dulu dan mulai cerita. "Waktu SMP di tim bola udah ada senior yang namanya Jongin juga. Jadi gue pengen cari nama yang lain buat jersey gue. Terus inget kalo nenek manggil gue Kai, katanya gara-gara pas belum bisa ngomong gue suka ngomong 'kai kai kai'."

Borin nggak sadar ketawa, tapi ditahan soalnya lagi ngunyah. "Jadi gara-gara itu?"

"Terus gue googling kan Kai itu apa artinya. Ternyata banyak. Tapi yang paling gue suka, dalam bahasa Jepang dan Hawaii artinya lautan. Gue kan suka pantai. Terus Kai juga artinya kemenangan dalam bahasa Mandarin dan di bahasa apa gitu gue lupa kalau Kai artinya kuat. So gue pilih nama Kai, biar pas pertandingan bola gue kuat dan bisa selalu menang."

Borin dengerin Kai ngomong sambil senyum. "Gue suka deh filosofi lo. Jadi sejak itu ya lo jadi dipanggil Kai?"

"Awalnya tim bola doang. Tapi lama-lama jadi satu sekolah ikutan dan keterusan sampai sekarang. Tapi keren juga kan kedengarannya?"

"Hmm lumayan. Lo mau gue pengen panggil Kai juga?"

"Nggak." Jawab Kai, cepat dan tegas.

"Lah kenapa?"

"Gue udah biasa denger lo manggil gue Jongin dari kecil dan sekarang nggak banyak yang manggil gue dengan nama asli. Lagian kayak ada yang spesial kalo denger lo nyebut nama asli gue."

Borin speechless dan akhirnya memilih menyibukkan diri dengan burgernya. Kai tahu kalo Borin jadi salting gara-gara ucapannya tadi. Makanya Kai jadi senyum-senyum sendiri waktu lanjut makan. 

Beberapa saat mereka diam sambil menikmati burger masing-masing. Pandangan mata Kai tertuju pada novel baru Borin di meja. Kai ambil novel itu. Merhatiin covernya dan baca sinopsis di belakangnya.

"Ini buku ketiganya? Kok gue jadi pengen baca sih? Padahal ini kan novelnya cewek banget ya?" Kata Kai.

"Ya nggak masalah kan? Emang cowok nggak boleh baca gitu?" Kata Borin dengan nada protes.

"Biasanya kan gue baca novel yang nggak terlalu girly gini."

"Mau baca dua buku awalnya nggak? Besok gue bawain deh."

Kai melirik Borin dan melihat matanya yang berbinar. "Boleh deh."

Borin tersenyum cerah. "Oke sip. Oh ya, apa novel terahir yang loe baca?"

"Gue lagi suka novelnya Bernard Werber. Tapi yang terakhir gue baca, Me Before You."

"Me Before You? Banyak yang suka itu ya? Dan gue belum baca."

"Mau gue bawain besok juga nggak?"

"Boleh, kalo lo nggak keberatan."

"Ya nggak lah!"

"Oke kalo begitu." Kata Borin semangat dan makan burgernya lagi.

"Yang Bernard Werber-nya mau juga?"

"Mau sih, tapi satu-satu lah. Ntar kalo udah baca ini dan Me Before You, baru deh boleh lo pinjemin yang Bernard Werber. Nanti gue pinjemin novel-novel gue lainnya yang belum lo baca."

Kai suka idenya Borin, soalnya dia pengen tau buku-buku apa aja yang disuka sama cewek ini, sekalian biar makin deket. "Deal. Gue suka ide lo."

"Lo suka buku-buku yang serius gitu ya?"

Kai sedikit mikir. "Nggak juga sih. Gue juga masih suka baca komik. Jadi inget waktu baca komik buat Taeoh. Eh, kabar Taeoh gimana?"

"Noona-nya udah sembuh, jadi dia udah nggak di rumah gue lagi. Eh kapan gitu dia nanyain lo waktu gue telepon."

"Jadi kangen main sama dia nih."

"Ya kalo dia maen ke rumah, ntar gue kasih tau deh biar lo bisa maen sama dia lagi."

"Boleh. Atau gue ajak dia ke rumah biar bisa main sama anjing-anjing. Taeoh suka anjing kan?"

"Suka sih kayaknya. Eh iya, kabar Monggu Janggu Jangah gimana?" Borin terlihat excited lagi.

"Sehat dan makin gemesin."

"Aaahh jadi pengen maen sama mereka kan jadinya."

"Ke rumah dong!"

"Hmmmm. Iya deh lain kali, nunggu Chanyeol oppa dulu."

Kai suka lihat Borin yang lucu banget kalo udah excited gini, jauh lebih gemesin dari anjing-anjingnya. Pengen rasanya Kai cubit pipi Borin yang biarpun nggak chubby tapi cute banget. Dan tak terasa setelah ngobrol sana-sini, burger dan minuman mereka habis.

"Gimana menurut lo? Enak nggak menu barunya?" Tanya Kai, memandang Borin sambil menopang dagu.

"Lebih enak dari menu baru bulan lalu." Kata Borin sambil ngambil tisu.

"Bulan lalu yang berbeque?"

"Iya, lo cobain juga?"

"Sama enaknya sih menurut gue."

"Yey kayaknya apapun buat lo enak deh."

Kai ketawa. "Lo sok tau banget deh. Pulang sekarang?"

Borin mengangguk. Keduanya lalu berdiri dan berjalan keluar. Like a gentleman lagi, Kai pun membukakan pintu buat Borin lagi. Berdua, mereka berjalan beriringan menuju halte bus. Kai berusaha menyembunyikan senyumnya yang terus merekah karena ia jalan bareng dengan Borin. Kai merasa semua orang iri melihatnya berjalan dengan cewek cantik.

"Udah nggak mau ke mana-mana lagi, Nona?" Tanya Kai saat mereka sampai di halte.

Borin menggeleng. "Nggak. Lo?"

"Nggak juga."

Suasana halte sore itu penuh, sampai Kai dan Borin nggak dapat tempat duduk. Ada ibu dan dua anaknya. Orang-orang kantoran. Pasangan yang sepertinya baru menikah soalnya mesra banget. Dan tiga anak kuliahan yang dari tadi ngeliatin Borin terus, bikin Kai bete. Kai tahu banget dari gerak-geriknya kalo mereka lagi mau flirting sama Borin. Nggak tahu apa kalo Borin lagi sama dia?

Kai merapatkan badan ke Borin, sampai tak ada lagi jarak di antara mereka. Saat lengan mereka bersentuhan, Borin menatap Kai dengan heran. Dan Kai memanfaatkan kesempatan ini buat bisik-bisik sesuatu.

"Lo diliatin terus tuh sama anak kuliahan." Kata Kai dengan nada rada jengkel.

Borin melihat sekilas ke 3 cowok yang dimaksud Kai, terus ngomong super pelan juga. "Ya biarin aja. Masa bodo."

'So fierce', batin Kai. Borin tetep ya mati rasa sama cowok manapun kayaknya.

Kai bisik-bisik lagi. "Cewek-cewek di kelas gue, seneng banget kalo diajak kenalan sama anak kuliahan."

"Gue sih males. Emang cowok-cowok SMA juga suka kalo kenalan sama cewek kuliahan?" Borin balik nanya.

"Nggak tau ya yang lain, kalo gue sih suka adek kelas." Jawab Kai, kode terus. Berharap adik kelas yang dimaksud ngerti kalo dikodein.

Borin terdiam dan keliatan tersipu lalu memalingkan wajah, bikin Kai menahan tawa karena merasa sukses bikin Borin salting lagi. Tak berapa lama bis yang ditunggu pun datang. Borin jalan menuju bis dan diikuti Kai yang bergaya ala bodyguard. Setelah bayar untuk dua orang, Borin langsung menuju tempat duduk yang kosong dan milih duduk deket jendela. Kai tanpa mikir dua kali langsung ngambil tempat duduk di samping Borin.

"Boleh kan gue duduk sini?" Tanya Kai dengan senyum menggoda.

"Kalo lo nggak boleh?" Borin kayak menantang, tapi Kai tau dia cuma becanda.

"Ini bukan bis lo, Nona!" Kata Kai sambil memukul jidat Borin dengan pelan.

Borin memegang jidatnya yang habis dipegang Kai. "Nah kalo udah tau gitu ngapain lo nanya boleh apa nggak. Huh!"

Borin lalu memperhatikan keluar jendela. Kai mengambil iPhone dan earphone-nya. Ia memasang satu earphone di telinga kiri. Setelah itu earphone satunya dia pasangkan di telinga Borin. Borin yang kaget langsung liat Kai.

"Naik bis paling enak dengerin musik." Kai lalu membuka playlist dan akhirnya memilih lagu Little Star-nya Standing Egg. "Suka lagu ini?" Tanya Kai ke Borin yang masih ngeliatin dia dari tadi. Borin cuma mengangguk sambil senyum. Keduanya lalu mendengarkan lagu itu dengan tenang. 

'Ketika aku melihatmu tertidur di pelukanku, aku tak bisa mengalihkan pandanganku darimu sedetik pun...'

Waktu sampai lirik itu, Kai tiba-tiba ngomong, "Kalo lo ngantuk, tidur aja di bahu gue."

"Apaan sih?" Kata Borin, ketawa sambil menabrakkan lengannya ke lengan Kai

Borin lalu liat keluar jendela lagi. Tapi Kai yakin pasti dia lagi senyum. 

Borin masih liat pemandangan di luar bis dan Kai diam-diam memandang gadis di sampingnya.

 

***

 

Setelah tiga lagu mellow terputar, bis berhenti di halte dekat rumah Borin. Kai pun dengan siap siaga berdiri memberi ruang buat Borin keluar. Setelah itu Kai mengikuti Borin di belakangnya. Ketika udah turun, Borin lagi-lagi dibikin heran sama Borin.

"Lho kok lo turun sini? Bukannya lebih dekat turun di halte sana?" Tanya Borin.

Kai membalikkan badan Borin biar dia lanjut jalan lagi. "Nggak apa-apa. Pengen memastikan lo selamat sampe rumah."

"Halah rumah gue deket ini."

"Kan jarang-jarang lo dianter pulang cowok cakep." Kai meringis.

Borin memukul lengan Kai pelan. "Narsisnya kumat yaaa."

"Ya udah ganti. Jarang-jarang kan gue nganter pulang cewek cantik."

"Udah deh, Jongin. Nggak usah ngerayu terus."

Kai cuma ketawa, pengen lanjut ngomong, tapi mereka udah sampai di depan rumah Borin. Kai mau say goodbye, tapi diduluin Borin.

"Jongin, gimana kalo sekarang aja gue ambilin novel yang mau lo pinjem? Yuk masuk dulu!"

Undangan masuk rumah dari cewek cantik haram ditolak. Kai tanpa mikir sedetik pun langsung ngangguk setuju. Dia berjalan mengikuti Borin menuju rumah sang pujaan hati.

"Eomma, aku pulang!" Borin teriak setelah membuka pintu rumah sambil melepas sepatunya. Terdengar teriakan ibunya dari lantai atas, menjawab sapaan Borin. Kai juga melepas sepatunya. "Tunggu sini ya Jongin, gue ambilin dulu bukunya. Mau minum apa?"

Kai duduk di sofa ruang tamu. "Duh nggak usah, masih ada sisa Coca Cola di tenggorokan nih."

"Beneran nih?"

"Iyaaaa beneran."

"Hmm oke, tunggu bentar ya!"

Ketika Borin menuju lantai atas, Kai pun lagi-lagi tersenyum. Pandangannya menyapu ruang tamu rumah Borin yang rapi dan wingi, sepertinya sih baru disemprot pengharum ruangan. Ada foto keluarga terpasang di dinding. Borin dan Yoora noona duduk sambil merangkul tangan ibu mereka yang ada di tengah. Chanyeol dan ayah mereka berdiri di belakang. Senyumnya Borin manis banget. As expected, dia memang terlihat paling cantik kalo lagi happy.

"Jongin!"

Panggilan Borin sukses bikin Kai kembali ke dunia nyata, setelah tadi sempat mengkhayal gimana ya foto keluarganya bareng Borin di masa depan. Kai memang selalu selangkah lebih maju dalam bermimpi soal hubungannya dengan Borin. Padahal Borin-nya masih belum ngasih lampu hijau.

Kai lalu berdiri dan menerima dua buku yang diserahkan Borin. Di atas bukunya ada uang.

"Uang apa ini?" 

"Duh ya uang buat novel tadi. Segini kan harganya? Yang Burger King jadi ditraktir kan?" Kata Borin dengan nada menggoda.

"Novelnya ditraktir juga deh."

"Nggak mau. Gue bukan cewek matre ya." Borin cemberut.

"Yang bilang lo matre juga siapa? Lagian kan bisa ditransfer atau bayar kapan aja terserah, nggak harus sekarang."

"Udah masukin aja uangnya. Gue nggak suka punya hutang."

Kai nurut. Uang dan novel pun segera masuk ke dalam tasnya. Aslinya sih masih pengen sama Borin, tapi dia kehabisan alasan buat nggak pulang. Coba ada Chanyeol, pasti dia ada alasan buat maen game atau apalah.

"Gue pulang dulu ya. Makasih buat hari ini." Kata Kai sambil pakai sepatu.

Borin mengernyitkan kening. "Lho harusnya gue yang makasih."

"Nggak, gue aja yang makasih."

"Hey ya gue dong. Udah dipinjemin uang, dibeliin makan. Gimana sih?"

"Ya gue makasih juga udah.....ditemenin makan."

Borin lalu membukakan pintu buat Kai. Pengen deh Kai meluk Borin, tapi bisa-bisa ditendang sama nih cewek. Akhirnya sebelum melangkah keluar, Kai membelai rambut dan menepuk kepala Borin.

"Gue pulang dulu. Kalau ada perlu lagi, panggil gue aja. Sampai jumpa di sekolah ya."

Borin mengangguk. "Iyaaa. Hati-hati, Jongin."

Kai berjalan pulang ke rumah dengan kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Slow but sure. Kalo terus-terusan gini, Borin pasti bisa jadi miliknya kan? Dan segala hal yang terjadi hari ini, mulai dari toko buku, novel-novel, burger king, halte bus, dan lagunya Standing Egg akan selalu mengingatkan Kai pada Borin.

 

jalanan ini benar-benar gila
orang tak dikenal di antara orang lainnya
setiap waktu ketika kita bersama itu seperti boom boom boom boom boom boom 

hey girl, sebuah momen itu serasa keabadian (momen seperti takdir)
bila kamu menusukku sesaat (seperti petir, di dunia ini)
kamu memanggil namaku dan datang padaku

itu menakjubkan, seperti kilatan cahaya, kamu menjatuhkanku disaat aku melihatmu, oh my
duduklah dengan nyaman di sini dan dengar ceritaku sekarang
oh aku tidak peduli, walau aku harus pergi jauh
aku akan jadi lelaki yang ada di sisimu

kamu meresap ke dalam bibir keringku dan membangunkanku
waktu terbuang, girl
jadi jangan menunggu, jangan menunggu terlalu lama

di sana banyak yang bersinar, tapi lihatlah kenyataan mereka
call me baby, call me baby, call me baby, call me baby
(kamu tahu namaku, girl)

hatiku membesar untukmu dan pintu itu tertutup untuk siapapun kecuali kamu
(kamu tahu aku di sini girl)
call me baby, call me baby, call me baby, call me baby
walau itu berkali-kali, call me girl

kamu membuatku menjadi diri sendiri, kamu satu-satunya di duniaku
kamu satu-satunya. kamu satu-satunya
girl, kamu satu-satunya yang aku mau

baby girl, bahkan di antara semua keserakahan dan semua kata
kamu memperlihatkan kalau kamu percaya padaku
walau semua orang berubah dan meninggalkanku, kamu adalah wanitaku
yang aku butuhkan adalah kamu memegang tanganku

aku sekali terjebak dalam jalan yang simpang siur (dalam kegelapan)
tapi aku mendengar suaramu yang membangunkanku
kamu membuatku terlahir kembali, yeah

sebut namaku (lebih keras)
jika kamu menjadi cahayaku dan menarikku dari tempat kacau ini (what up)
aku akan memegangmu dan tak akan berubah, aku akan memegangmu dan menghadapi orang-orang yang meninggalkanku
jangan pernah pikirkan tentang apapun
kamu datang ke dalam kekosongan hatiku yang besar

dalam goncangan dunia ini
kamu adalah satu-satunya yang menjadi cahayaku
girl, kamu satu-satunya yang aku mau

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment