Candle

Definition of Love

Tidak ada kata lain yang pantas untukmu malam ini selain kata cantik. Gaun putih panjang yang melekat pas di tubuh, rambut yang disanggul dengan indahnya, dan wajah yang dipoles rias wajah natural membuatmu bak dewi. Seperti magnet, kau menarik perhatianku hingga aku tak menyadari sekeliling.

Matamu menyipit seiring senyummu yang semakin mengembang. Kau melempar senyum ke semua yang datang. Semuanya menatapmu kagum. Aku bahkan yakin kalau kecantikanmu dapat membuat malaikat takjub. Sungguh tiada yang bisa menandingi kecantikanmu malam ini.

Lewat sorot matamu, aku tahu kau bahagia. Kau berjalan dengan anggun saat melewati altar. Tangan kirimu mengganggam buket bunga, sementara tangan kananmu melingkar indah di tangannya. Kau bertukar senyum dengannya, melupakan orang-orang di sekitar kalian untuk sementara. Kau tersenyum malu dan dia tersipu. Kalian serasi.

Aku menatapmu dari tempatku. Niatku untuk menarikmu pergi ketika kalian berjalan di altar lenyap sudah. Ketika melihat senyummu, rencanaku mendadak hilang. Senyummu menyihirku. Senyummu mengatakan padaku kau bahagia. Senyummu membuatku sadar. Dia lebih pantas dibandingkan denganku.

Tak ada yang bisa kulakukan selain bertepuk tangan bersama yang lain. Ingin rasanya kututup telinga ketika mendengarmu mengucap janji. Tetapi sekali lagi. Kau menyihirku. Kau membuatku untuk tetap membuka telinga dan mendengarmu mengucap janji.

 

Bolehkah aku berandai?

Bolehkah aku menggantikan posisinya?

Bolehkah?

 

Dia menciummu lalu menatapmu penuh cinta. Kau membalasnya. Sekali lagi aku harus mengatakan, kalian serasi.

“Kau cantik. Selamat.” Aku mengulurkan tangan. Kau menyambutnya. Beserta senyum manis di wajahmu.

“Terima kasih. Kau juga tampan.” Aku tertawa kecil. Ya, tampan, tapi apa gunanya tampan kalau aku tak bersanding denganmu.

Wajahmu semakin menawan ketika cahaya lilin-lilin itu menerangi. Dia sangat beruntung berhasil mempersuntingmu.

 

Apa salah jika aku masih mengharapkanmu?

Apa aku berdosa jika aku masih berdoa agar kau menjadi pengantinku?

Apa aku jahat?

 

Lilin-lilin itu semakin mengecil. Meleleh seiring waktu berjalan. Hingga akhirnya mati.

Semoga. Ya, semoga. Semoga cintaku padamu sama seperti lilin-lilin itu. Meleleh dan akhirnya mati.

 

 

 

“Aku turut senang. Selamat menempuh hidup baru, kenangan terindahku.”
 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dsytw09 #1
Chapter 7: Mau nangis juga, siapa tau pas nengok ke belakang ada sanghyuk nawarin pelukan. Dalam mimpi hihi :D
Thanks author, ff nya bisa menutupi rasa rinduku pada hyukjoo /?
Chapt selanjutnya bisa tuh hubungan mereka dilarang sama orang tua namjoo, terus hyuk perjuangin namjoo biar disetujuin *abaikan :'D
blue54 #2
Chapter 2:
chocopologie #3
Chapter 6: HYUK SEMANGAT MOVE ON-NYAA:''')
dsytw09 #4
Chapter 3: Rayuan maut nih hihi. Pengalihan topiknya bisa banget sanghyuk kkk.
Namjoo mimpi sang putri dan pelayan? Mimpi buruk ga tuh?
Cute deh ceriyanya. Ditunggu chap selanjutnya :)
dapingda
#5
Chapter 3: Uwo uwoooo bisa banget hyuk nya kkkkk cheesy cheesy~ good joob author-nim
dsytw09 #6
Chapter 2: Serius banget baca yang awal. Eh......
“Mana mungkin aku marah padamu? Ini bukan salahmu, tapi ini adalah salahku karena terlalu mencintaimu hingga tidak mampu menolak permintaanmu.”
Duaarrr ada kembang api nya haha.
dsytw09 #7
Chapter 1: Horor :(((
Hyuk nya bunuh diri :'D
Kim_HaYoung #8
Chapter 1: Oh my god TT