Q&A

Definition of Love

Hari senin adalah hari yang paling dibenci Sanghyuk. Itu karena ia harus pergi sekolah setelah asyiknya liburan selama dua hari, Sabtu dan Minggu. Untuk bangun saja ia membutuhkan waktu selama lima belas menit. Alarm yang sudah dipasang pukul enam ia matikan kemudian ia pasang ulang pukul enam lebih lima belas menit. Masa bodoh dengan sarapan, yang penting matanya bisa terbuka lebih lama di kelas nanti.

Dengan setengah terpejam, ia masuk ke dalam kelasnya. Entah sudah yang ke berapa kali mulutnya menguap, ia tidak peduli. Sanghyuk mengutuk dirinya sendiri karena terlalu asyik bermain permainan baru di ponselnya kemarin. Ia hampir kembali tidur di kelas kalau saja tidak melihat Sungjae yang terlihat sedang sibuk dengan selembar kertas ditangannya.

“Apa itu? Bukan tugas, kan?” Tanya Sanghyuk ketika melihat wajah serius Sungjae saat membaca kertas itu.

“Oh, bukan.” Mata Sanghyuk langsung terbuka lebar ketika mendengar jawaban singkat Sungjae. Tidak biasanya Sungjae terlihat sangat serius seperti ini.

“Apa sih itu? Serius sekali kelihatannya.” Sungjae menaruh telunjuk di bibirnya, menyuruh Sanghyuk untuk diam. Kemudian matanya kembali terfokus pada kertas di tangannya.

Sanghyuk yang penasaran langsung saja melihat apa isi kertas tersebut. Mulutnya langsung terbuka dan matanya membulat tidak percaya ketika membaca headline kertas itu.

 

Pertanyaan yang sering ditanyakan perempuan kepada pacarnya

 

“Hah? Untuk apa kau membaca ini? Hahaha.” Sanghyuk tertawa keras. Ia sama sekali tidak menyangka Sungjae peduli dengan hal seperti ini.

“Seolhyun memberiku kertas ini tadi pagi. Aku harus menjawab semua pertanyaan ini dan mengumpulkan padanya setelah pulang sekolah. Dan dia akan menilainya. Hah aku bisa gila. Memangnya ini penting apa. Aku masih bingung kenapa Seolhyun harus menyuruhku menjawab pertanyaan yang baru saja didapatnya dari internet ini. Yang penting kan aku mencintainya,” jelas Sungjae panjang lebar lalu mengusap wajahnya kasar. Ia tidak habis pikir dengan Seolhyun yang memberinya berbagai macam pertanyaan seperti itu.

“Ya sudah jawab saja. Begitu saja bingung.” Sanghyuk menguap lagi dan menaruh kepalanya di atas meja. Matanya berair karena baru saja menguap.

Sungjae menatap Sanghyuk malas. Ia yakin Sanghyuk juga akan kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Sederhana tapi sulit.

“Kau lihat saja isi pertanyaannya! Aku berani bertaruh kau akan mati kutu di depan Namjoo ketika dia bertanya tentang ini kepadamu.”

Sanghyuk tersenyum sombong kemudian ia mencoba membaca pertanyaan-pertanyaan itu. Mulai dari pertanyaan apa aku terlihat gemuk, apa aku cantik hari ini, lebih cantik aku atau aktris kesukaanmu, sampai pertanyaan bagaimana penampilanku hari ini ada dalam selembar kertas itu.

“Ya Tuhan ini mudah sekali Sungjae. Kau hanya tinggal menjawab dengan jawaban yang bagus-bagus. Perempuan itu tidak sesulit yang kau bayangkan. Beri saja dia jawaban yang dia mau,” jelas Sanghyuk sambil menatap Sungjae santai.

Sungjae mendengus melihat wajah Sanghyuk. Kalau sampai Namjoo menanyakan hal ini dan temannya itu kebingungan, ia bersumpah akan melempar Sanghyuk dengan tempat pensil kayu miliknya.

“Awas saja kalau kau mati kutu ketika Namjoo menanyakan pertanyaan semacam ini.”

Dengan ekspresi yang masih sama, Sanghyuk menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tidak lama bel masuk berbunyi dan kelas pun dimulai. Sungjae menyimpan kertas itu dalam tasnya, baru setengah pertanyaan yang bisa ia jawab. Itupun masih tidak yakin. Sementara Sanghyuk kembali menguap dengan matanya yang setengah terpejam.

 

***

 

Ternyata hari senin berlalu dengan cepat. Itu menurut Sanghyuk karena sekarang bel pulang sudah berbunyi. Ia merentangkan tangannya, mencoba meregangkan otot-ototnya yang kaku. Matanya melirik Sungjae yang masih sibuk dengan kertas pemberian Seolhyun. Kemudian ia tertawa pelan.

“Bagaimana? Sudah selesai? Hahaha.” Tawa Sanghyuk sangat terdengar menyebalkan. Kalau saja Sanghyuk bukan sahabatnya mungkin ia sudah menendang Sanghyuk sekarang.

“Aku duluan ya, Sungjae. Ada janji dengan Namjoo nih. Ingat perkataanku tadi, jawab saja dengan jawaban yang bagus-bagus. Yang penting dia senang. Aku duluan, oke.” Sanghyuk menepuk pundak Sungjae lalu meninggalkannya sendiri. Sungjae hanya megumpat dalam hati. Ia berharap semoga Sanghyuk mengalami hal yang sama.

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Dengan langkah cepat Sanghyuk menghampiri Namjoo di kelasnya. Ternyata kelas Namjoo masih ramai. Walaupun begitu, ia masih dapat melihat Namjoo sedang duduk di meja dekat jendela.

“Namjoo,” panggilnya. Ia melambaikan tangan yang lalu dibalas Namjoo.

Tanpa menunggu lama, Namjoo segera mengambil tasnya dan menghampiri Sanghyuk di pintu kelasnya. Senyum menghiasi wajah cantiknya.

“Ayo.” Namjoo langsung mengaitkan tangannya dengan tangan Sanghyuk. Mereka berdua kemudian berjalan beriringan keluar sekolah.

Keduanya kemudian mengobrol ringan sepanjang perjalanan sampai tiba-tiba Sanghyuk dibuat pusing oleh Namjoo.

“Sanghyuk.” Suara Namjoo terkesan malu-malu.

“Hm?”

“Menurutmu aku tambah gemuk tidak? Masa kata teman-temanku, aku tambah gemuk. Memang benar ya?”

Sanghyuk melihat Namjoo dari ujung kepala sampai ujung kaki. Jujur, Sanghyuk memang merasa kalau Namjoo lebih gemuk dari sebelumnya. Tapi mana mungkin ia mengatakan yang sebenarnya.

“Ah masa sih. Malah menurutku kau lebih kurus dari sebelumnya.” Tentu saja Sanghyuk berbohong.

“Kau bohong. Mana mungkin aku lebih kurus. Tadi saja aku menimbang berat badanku naik tiga kilo!” Wajah Namjoo kini terlihat kesal.

Sanghyuk menatap Namjoo tidak percaya. Ia ketahuan berbohong.

“Timbangannya rusak mungkin.” Sanghyuk mencoba meyakinkan Namjoo.

“Tidak! Beratku memang naik tiga kilo! Kau bohong.” Namjoo memalingkan wajahnya membelakangi Sanghyuk.

Ia tidak percaya dirinya akan menghadapi pertanyaan yang sama seperti Sungjae. Dan yang lebih ia tidak percaya adalah ternyata menjawab pertanyaan ini tidak segampang yang ia bayangkan.

“Sudah lah, Namjoo, Lagipula aku tidak peduli kau gemuk atau kurus. Aku tetap mencintaimu, kok.” Sanghyuk mulai menggandeng tangan Namjoo.

“Tuh kan berarti benar tadi kau berbohong!”

Oh ya Tuhan, Sanghyuk bisa gila sekarang.

Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan dengan tenang. Masih butuh waktu setengah jam lagi sampai ke tempat tujuan mereka. Waktu yang lumayan lama.

Ketika melewati sebuah toko busana yang ada di sana. Namjoo dan Sanghyuk melihat foto seorang aktris kesukaan Sanghyuk yang menjadi model salah satu busana. Sanghyuk kemudian melihat Namjoo. Takut tiba-tiba bertanya Aku dan Kim So Hyun lebih cantik siapa?

Tapi ternyata tidak. Sanghyuk bernapas lega. Namun kelegaan itu hanya berlangsung sesaat karena sesudah mereka melewati toko itu, Namjoo bertanya

“Aku dan Kim So Hyun lebih cantik siapa?” Mata Namjoo menatap Sanghyuk penuh harap namun juga penuh penekanan.

Sungguh. Pertanyaan ini lebih sulit daripada soal matematika yang baru saja dikerjakannya di kelas. Mulut Sanghyuk terbuka, namun tidak segera bersuara.

“Sanghyuk, jawab!” Namjoo mulai memaksa. Oh ini buruk.

“Tentu saja kau lebih cantik.” Sanghyuk pikir Namjoo akan puas dengan jawabannya, ternyata ia salah.

“Kau bohong lagi. Mana mungkin aku lebih cantik, beratku baru naik tiga kilo!”

Sanghyuk menatap Namjoo bingung. Ia mengusap wajahnya kasar. Mengapa semua perempuan jadi suka bertanya pertanyaan seperti ini. Ini sungguh membuatnya pusing.

“Sudah ku bilang bukan, aku tidak peduli dengan berat badanmu. Aku mencintaimu apa adanya Namjoo.”

“Jadi maksudmu aku tidak cantik? Lebih cantik Kim Sohyun kan benar?” Tatapan Namjoo kini seperti menusuk mata Sanghyuk. Begitu tajam sampai Sanghyuk tidak berani menatapnya.

“Oke, Kim Sohyun memang lebih cantik. Tapi yang aku cintai adalah Kim Namjoo. Aku hanya akan mencintai Kim Namjoo sekalipun Kim Sohyun mencintaiku,” jelas Sanghyuk yang tidak dibalas apa-apa dengan Namjoo. Gadis itu masih diam menatap Sanghyuk.

“Percaya padaku, Namjoo.” Sanghyuk menatap dalam mata Namjoo. Mereka berdua diam sampai akhirnya senyum tipis terbentuk di wajah Namjoo.

“Oke aku percaya. Tapi awas kalau berani bohong lagi,” kata Namjoo sambil mengacungkan telunjuknya ke arah Sanghyuk. Gadis itu lalu berjalan lebih dulu.

Helaan napas keluar dari bibir Sanghyuk. Ia menaruh tangannya di dada. Hampir saja aku mati, pikirnya. Ia kini percaya jika pertanyaan yang tadi Sungjae jawab di kertas itu adalah pertanyaan tersulit di dunia. Pikirannya mengenai mudahnya menghadapi perempuan sekarang hilang sudah.  Ternyata menghadapi perempuan itu tidak mudah!

 

 

 

 

 

 

 

 

*Cerita ini terinspirasi dari Seventeen&Ailee - Q&A

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dsytw09 #1
Chapter 7: Mau nangis juga, siapa tau pas nengok ke belakang ada sanghyuk nawarin pelukan. Dalam mimpi hihi :D
Thanks author, ff nya bisa menutupi rasa rinduku pada hyukjoo /?
Chapt selanjutnya bisa tuh hubungan mereka dilarang sama orang tua namjoo, terus hyuk perjuangin namjoo biar disetujuin *abaikan :'D
blue54 #2
Chapter 2:
chocopologie #3
Chapter 6: HYUK SEMANGAT MOVE ON-NYAA:''')
dsytw09 #4
Chapter 3: Rayuan maut nih hihi. Pengalihan topiknya bisa banget sanghyuk kkk.
Namjoo mimpi sang putri dan pelayan? Mimpi buruk ga tuh?
Cute deh ceriyanya. Ditunggu chap selanjutnya :)
dapingda
#5
Chapter 3: Uwo uwoooo bisa banget hyuk nya kkkkk cheesy cheesy~ good joob author-nim
dsytw09 #6
Chapter 2: Serius banget baca yang awal. Eh......
“Mana mungkin aku marah padamu? Ini bukan salahmu, tapi ini adalah salahku karena terlalu mencintaimu hingga tidak mampu menolak permintaanmu.”
Duaarrr ada kembang api nya haha.
dsytw09 #7
Chapter 1: Horor :(((
Hyuk nya bunuh diri :'D
Kim_HaYoung #8
Chapter 1: Oh my god TT