Two Stars

Second Third [Discontinued]
Please Subscribe to read the full chapter

Rasanya baru kemarin saat terakhir kali aku dan Luhan menghabiskan waktu bersama begitu dekat, tanpa jarak yang cukup berarti untuk membuat kami khawatir akan masa depan. Gambaran itu masih terlukis jelas di pikiranku seperti film pendek favorit yang kuputar berulang kali, meskipun efek yang ditimbulkan sesudahnya sangat tidak membantu. Misalnya aku akan meringkuk di bawah selimut dengan mata basah dan napas yang pendek-pendek karena sesenggukan, atau lebih parah lagi aku akan mengirim pesan kosong padanya sebagai tanda bahwa aku sedang rindu atau semacamnya.

Aku teringat dengan pesan serupa yang pernah Luhan kirimkan padaku beberapa waktu lalu. Usut punya usut, saat tidak sengaja kutanya padanya, dia menjawab kalau saat itu ia sedang teringat padaku dan rindu. Mungkin dia menciptakan itu sebagai kode yang hanya kami berdua ketahui. Dan berhasil.

Meskipun demikian, pesan semacam itu menjadi suatu larangan yang sangat kuhindari. Hanya saat-saat seperti ini saja aku melakukannya, kala aku tak bisa menahan lagi rasa rindu akan kehadiran dan suaranya yang menenangkan hati. Sejauh ini, aku baru melakukannya dua kali. Terakhir kali aku melakukannya, aku menderita penyesalan hebat karena Luhan tidak merespon sebagaimana mestinya−menghiburku dengan pesan singkat yang berlanjut sampai pagi dan melontarkan lelucon jorok−seperti pertama kali aku melakukannya.

Sementara itu, Luhan sejauh ini sudah melakukan kode itu sebanyak enam kali, yang kurespon sangat baik dengan batasan-batasan yang telah kubuat.

Malam ini aku bimbang untuk melakukannya lagi pada Luhan karena aku takut dengan pengabaiannya. Aku tidak ingin terlihat bodoh karena masih menaruh hati padanya, tapi aku sudah cukup bodoh dengan memikirkannya setiap waktu.

Aku hanya tak bisa menyingkirkannya dari kepalaku. Itu parahnya. Mungkin di hatiku memang tidak hanya ada Luhan, karena aku masih menyukai Taehyun sedikit banyak. Tapi Luhan selalu di kepalaku dan itu membuatku gelisah setiap saat.

Terlalu banyak hal yang membuatku teringat padanya.

Tapi, obrolanku bersama Habin beberapa waktu lalu tak luput menyita perhatianku juga. Aku masih tidak tahu harus bagaimana menyikapinya. Aku tahu betul hubunganku dengan Luhan tak akan berhasil sama sekali. Terlalu banyak halangan, dan aku tak yakin aku bisa mengatasinya.

Hal yang cukup besar berpengaruh yaitu restu dari orang tuaku sendiri, terutama ibu. Ugh, membayangkannya saja aku tak mampu. Mengingat ibu sangat anti dengan orang Tiongkok. Anggap saja itu hal rasis, karena memang rasis. Tetapi ibu merasa demikian bukan karena rasis semata. Konon katanya, ibu sebenarnya sudah hampir menikah dengan orang Tiongkok, tetapi gagal tepat setelah tak lama mereka bertunangan. Aku sudah mendengar cerita itu dari kecil, juga Habin. Maka dari itu Habin mengingatkanku tentang hal tersebut.

Yang pastinya membuatku semakin gelisah. Tanpa Habin mengingatkanku, aku pasti sangat ingat hal itu. Ibu selalu menegaskannya ketika aku terlihat sedang dekat dengan laki-laki.

“Siapa namanya?” “Orang mana?” “Oh.” Ibu akan mengakhirinya dengan raut wajah yang begitu lega ketika jawabannya tidak seperti yang ia pikirkan, dan pertanyaan itu akan selalu terlontar setiap aku membawa pacarku dulu, selain Taehyun tentu saja.

Yah, lumayan rumit. Cukup berperan penting juga dalam tak-menyatukan-hubungan aku dan Luhan. Bukan hanya Jia dan rentetan lainnya.

Akhirnya pagi tiba, membuatku merasa lega karena pada akhirnya aku tak mengirim pesan kosong pada Luhan dan tidak memalukan diriku sendiri.

Kugendong ranselku, sesuatu terjatuh saat aku mengambil ransel di atas meja.

Gantungan kunci boneka pemberian Luhan. Kusambar gantungan itu dan langsung saja kupasang di risleting tas bagian depan. Aku suka semua tentang nightmare. Luhan menyadari hal itu. Tapi mengapa dia memberiku ini? Kupikir ada maksud spesial kenapa Luhan memilih memberiku gantungan kunci nightmare, bukan lainnya. Apa maksudnya aku adalah nightmare untuknya, mimpi buruk? Bisa jadi.

Aku tersenyum sinis. Mungkin dia memang berpikir demikian.

-

“Hey.” Kusapa Luhan sesampainya di kelas.

“Hey.” Balasnya dengan senyum singkat. Aku mengernyit bingung. Kenapa dia jadi judes begitu?

Aku meletakkan ranselku di samping meja sambil komat-kamit ke Yubin, menanyakan Luhan sedang kenapa. Dia hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.

“Aneh.” Gumamku, dan Yubin mengangguk setuju.

“Luhan memang jadi aneh sekarang.” Bisiknya mendekat ke bahuku. “Tidak terjadi apapun di antara kalian?”

Aku diam merenung, sambil mengingat-ingat apakah ada kejadian yang cukup berarti untuk membuat Luhan menjadi diam. Kejadian semalam sepertinya bukan masalah besar, ketika aku salah memanggilnya Taehyun. “Mm.. Mungkin ada. Tapi menurutku itu bukan apa-apa.”

Yubin memanyunkan bibir sambil mengangguk-angguk mengerti. Lalu Mr. Jung masuk ke dalam kelas dan pelajaran matematika dimulai. Saat aku bertemu mata dengannya, langsung saja aku merinding dan tersadar sebentar lagi aku akan mendapat masalah.

“Selamat pagi semuanya. Seperti biasa, ayo kumpulkan buku PR kalian di meja depan.” Ucapnya, sambil menatap tajam ke arahku.

Ugh, menyebalkan. Yubin menjitak kepalaku saat ia melihatku diam saja. Kelas riuh dan hanya aku yang tidak perlu repot-repot menyeret bokong ke depan kelas.

Mr. Jung melihat ke arahku dengan seringaian memuakkan yang membuatku gelisah. “Yong Haru.” Panggilnya.

“Buku saya ketinggalan, Sir.” Kataku secara gamblang.

Mr. Jung mengacung-acungkan jari telunjuknya ke arahku sambil berkata, “Baiklah. Seperti biasa kalau begitu. Koridor lantai dua.” Tutupnya. Aku mendesah pasrah dan menggerutu sebal. Aku melirik kearah Luhan yang sama sekali bergeming. Untuk apa dia peduli?

Pelajaran di mulai dan rasanya hari ini cepat sekali berlalu. Saat istirahat aku berpapasan dengan Kyungsoo dan teringat dengan proyek yang belum kukerjakan. Aku hanya tersenyum kepadanya. Sementara Luhan masih saja diam. Saat istirahat kedua, Luhan menghilang entah kemana. Aku, Yubin dan Yixing seperti biasa menghabiskan waktu di taman sebelah lapangan sepak bola.

Saat sekolah berakhir, aku langsung saja ke lantai dua dan membersihkan koridor. Tapi kupikir percuma saja, karena toh setelah aku membersihkan lantai itu tak lama kemudian anak-anak tingkat akhir akan mengotorinya lagi. Mengingat lantai dua dihuni oleh kelas tingkat akhir yang sedang les tambaham. Persetan saja lah, yang penting aku sudah mengerjakan hukumanku. Aku bertemu dengan Mr. Shin, cleaning service yang sedang bekerja saat itu. Dia memberiku semangat saat melewatiku untuk turun ke lantai bawah. Mungkin untuk laporan kepada Mr. Jung bahwa aku melakukan tugasku dengan baik.

Kukira Mr. Shin kembali lagi untuk mengambil barang yang ketinggalan atau apalah, ternyata yang muncul malah Luhan. Dengan raut wajah muram. Ia melihatku di seberang koridor dan langsung berhenti di tempat terakhir yang kubersihkan. Ia bermaksud untuk tidak mengotori jerih payahku, alhasil dia berdiri saja di sana. Kami saling pandang dalam diam dan aku seperti membaca kalau dia sedang tidak baik-baik saja. Aku langsung berjalan ke arahnya dan menyeret pelku perlahan.

“Kau baik-baik saja, Luhan?” tanyaku, mencoba untuk tidak terlihat khawatir, meskipun sebenarnya begitu.

“Kenapa tidak?” tanyanya balik. Masih saja judes.

“Entahlah. Kupikir mungkin sesuatu terjadi.”

Kami berjalan ke arah gudang penyimpanan, aku bermaksud untuk mengakhiri hukuman hari ini. “Semuanya oke, Haru. Tak perlu khawatir.”

“Yeah.” Ketahuan juga akhirnya.

“Kau sudah selesai?” Matanya menuding pel yang kutenteng dan menuju ke arah gudang. Aku mengangguk mengiyakan.

“Kau sedang menunggu Jia?” Luhan melirikku sekilas, agak terganggu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
marumero
After more than a year, new chapter is up! Please check it out :)

Comments

You must be logged in to comment
shima3588 #1
Chapter 6: maaf kak baru komen padahal udah baca dari part awal :((
next kak ceritanya keren ^^
aku sampe baper banget sama luhan xD
AinunJariyaaah #2
Chapter 5: Udh nyium bau2 konflik deh kkkkk
Luhan ih kok imut banget sih!?!?! Tapi mesum juga sialan,tapi sukaaaa ;A;
Haru sm jia ada hubungan apa dimasa lalu? Dan nanti gimana hubungan kedepannya luhanxharu? Mereka bakal jadi ciuman kah? im curious tbh wkwk anyway happy new year ka! Lol telat udh lama lewat haha
Keep writing jangan sampe wb menyerang mu kaa ditunggu chapter selanjutnyaaa :))))
Fighting author-nim!
AinunJariyaaah #3
Chapter 4: Ditunggu kelanjutan ceritanya kaaaa ><
AinunJariyaaah #4
Chapter 3: Bakalan terjebak cinta segitiga kah? wkwk lol
AinunJariyaaah #5
Chapter 2: Luhan ert asdfghjkl ><
AinunJariyaaah #6
Chapter 1: Ijin baca ya kak :)))
choco_honey #7
Chapter 4: aaahhh.....koq kya pendek ya chapter nya, apa karena saya terlalu menikmati?? hahaaa
unni_fanna #8
kak..cepetan dilanjutnya hehehe... gue yakin bakal keren
jijipark16 #9
Chapter 2: Chap 2 udah mulai kerasa deg degan
jijipark16 #10
Chapter 1: aku fans nya author marumero. Semangar thor. chap 1 masih manis2 dan belum ada yg menegangkan. Jangan lama2 diupdate ya