Chapter 6

Of Americano, Fanfictions and Reality

OMO OMO OMO!! APA INI MIMPI?!! CANDLE LIGHT DINNER KAH?!! Ini pasti saran gadis bodoh itu!! Omooooo aku harus berterimakasih padanyaaa!!

“Maaf ya, lampunya mati jadi aku harus menyalakan lilin.” Ujar Kyungsoo tiba-tiba.

Seonkyung menoleh. WTF?

“E-eh?”

“Iya, tadi lampu ruangan ini mati, aku belum sempat menggantinya jadi.. pakai lilin tidak apa-apakan? T-tapi tidak segelap itu kok, ruang makanku menghadap jendela dan kita bisa membukanya kalau kau mau.” Kyungsoo tampak gugup, sepertinya memang karena mati lampu.

Seonkyung speechless, lagi-lagi imajinasinya terlalu liar. Dia menghela nafas dan tersenyum. “Tidak apa-apa, tenang saja.” Seonkyung menelan semua kekecewaannya dalam hati. Kyungsoo tersenyum dan menuntunnya menuju ruang makan tersebut.

Untuk seorang pria lajang, apartemen Kyungsoo cukup luas. Ruang makan itu berhadapan dengan dapur berdesain modern (dan sangat bersih). Seonkyung tanpa sadar menghela nafas lagi saat melihat mejanya, lilin itu ditempatkan di tempat lilin tinggi yang tampak mewah. Kalau Kyungsoo tidak bilang ini bukan candle-light dinner, tidak akan ada yang menyangkanya. Semuanya sangat tertata rapih ditambah cahaya dari luar jendela yang terbuka itu semakin menambah kesan romantis. Seonkyung harap sekali saja Kyungsoo berbohong kalau ini memang candle-light dinner.

Kyungsoo menarikkan kursi untuk Seonkyung yang tambah speechless. Dia tersenyum lembut dan jantungnya langsung berdetak 3 kali kebih cepat. Biarkan saja mulai detik ini, aku anggap semuanya memang candle-light dinner, batinnya sambil membalas senyuman Kyungsoo. Yang tidak Seonkyung sangka adalah, ketika Kyungsoo menepukkan tangannya sekali, Haeri dan Howon tiba-tiba datang. Howon memegang sebuah nampan dengan dua piring yang ditutupi sementara Haeri berjalan didepannya dan berlagak seperti kepala pelayan.

Melihat Seonkyung tertawa karena kedatangan pasangan tonkatsu itu, Kyungsoo ikut tertawa kecil. Dia senang karena rencananya berhasil, lupakan soal insiden cincin. Haeri berdeham saat Howon menaruh piring itu dan membuka kedua tutupnya bersamaan.

“Ya! Apa ini, kenapa kalian ada disini?!” protes Seonkyung tak terima. Haeri menoleh dan mendelik. “Nona Bang, saya yakin anda harusnya mengucapkan ‘terimakasih’ pada kami!” Haeri kehilangan wibawanya seketika. Howon tersenyum kecil sementara Kyungsoo tertawa. Seonkyung membuat wajah aneh dan dibalas lebih aneh lagi oleh Haeri.

“Eh sudah ah, kau ini merusak saja! Ehm, malam ini kami, Howon dan Haeri akan menjadi pelayan kalian, dan menu utama malam ini yang sudah tersedia di depan kalian adalah signature dish dari koki Do, spageti kimchi. Selamat menikmati.” Haeri tersenyum dan membungkuk bersama Howon (yang mengenakan setelan tuxedo hitam, dan Haeri menggunakan setelan formal berwarna hitam) lalu pergi.

Seonkyung geleng-geleng kepala sedangkan Kyungsoo tertawa kecil.

“Sudah cukup terkejut?”

“Mereka memaksa ya?” tanya Seonkyung membuat Kyungsoo tertawa lebih keras.

“Tidak, aku yang meminta bantuan mereka.” Jawabnya santai. Seonkyung tertawa kecil sambil melihat makanan di depannya itu. Benar-benar menggugah selera. Soal rasa dia tidak akan meragukannya, karena Kyungsoo memang sering membuatkannya spageti kimchi.

“Tadinya aku sudah akan membuat three-course meals, tapi Haeri bilang kau tidak suka cara penyajian makanan seperti itu. Jadi, aku memotong bagian appetizer-nya, dan tetap menyediakan dessert, karena aku tahu kau suka coklat dan hal manis lainnya.”

Seonkyung tersenyum, meleleh karena perhatian itu. Dia juga membatin dalam hati apakah album Park Hyo Shin saja cukup untuk hadiah ulang tahun gadis yang sudah banyak membantu Kyungsoo menyiapkan kejutan ini.

“Terimakasih banyak, aku tidak tahu harus bilang apa lagi..”

“Hmm, bagaimana kalau kita mulai makan dan komentari saja masakanku.” Kyungsoo tersenyum lembut untuk kesekian kalinya hari ini. “Ah, aku yakin ini pasti enak.” Seonkyung mengambil garpunya dan mulai makan.

Kakak dari Junhong itu memang tidak suka dengan penyajian three-course meals. Apalagi appetizer-nya, tidak peduli makanan apapun itu. Baginya, kalau mau makan ya makan saja, tidak usah dipisah-pisah. Dia hanya mengenal menu utama dan pencuci mulut saja, the end. Kembali lagi ke masakan Kyungsoo, sesuai perkiraan, makanan itu memang enak seperti biasanya. Seonkyung jadi penasaran soal dessert-nya, karena Kyungsoo setahunya belum pernah membuat dessert.

Kalau biasanya Kyungsoo tidak berbicara saat makan, kali ini dia mengajak Seonkyung mengobrol. Atmosfirnya santai dan menyenangkan. Seonkyung larut dalam suasana. Makanan utama selesai dan dessert datang. Chocolate mousse and brownie trifle tersaji dan Seonkyung tidak bisa menahan diri untuk berseru “Wah! Kau membuat ini sendiri?”

“Tidak. Howon yang membuatnya.” Balas Haeri tiba-tiba. Seonkyung melirik tajam kearahnya. “Ini dessert dari Koki Do, Chocolate Mousse and Brownie Trifle. Selamat menikmati malam ini.” ujar Haeri berhasil mempertahankan wibawanya. Howon tersenyum dan membungkuk, lalu mengikuti Haeri keluar.

“Kami pulang dulu ya! Kyungsoo ingat bawa Seonkyung pulang dalam keadaan utuh! Besok siang pukul 1 di Mouse Rabbit, aku yang traktir!” seru Haeri dari ruang tamu. Kyungsoo hanya tertawa sementara Seonkyung balas berteriak.

“Apa maksudnya keadaan utuh?! Terimakasih ya untuk semuanya!”

Terdengar suara Howon tertawa lalu kemudian keheningan. Seonkyung mengerutkan kening.

“Mungkin mereka sedang mengganti baju, sudah, cepat dimakan dan katakan pendapatmu.” Kyungsoo mengalihkan perhatian Seonkyung.

“Ganti baju berdua?!” Seonkyung langsung bangkit sambil menggebrak meja.

“Haeri!! Jangan lakukan itu sebelum kalian menikah!!” teriaknya panik, hampir berlari menuju ruang tamu kalau Howon tidak tiba-tiba muncul, dengan wajah paniknya sendiri.

“Kau ini bicara apa sih?!”

Ups.

Seonkyung terdiam.

Kyungsoo refleks berdiri.

Howon bingung melihat ekspresi Seonkyung dan Kyungsoo.

“Kenapa kalian malah- ASTAGA KAU INI!” Haeri yang baru masuk ruang makan kaget melihat Howon, yang kancing kemejanya sudah terbuka semua. Howon melirik ke bawah dan ikut berteriak, lalu berlari keluar darisana. Kyungsoo masih dengan O.O facenya, melepaskan tangannya yang menutupi mata Seonkyung barusan.

“Ya Tuhan itu memalukan sekali. Aku minta maaf! Yah Seonkyung! Kau bukan pertama kalinya melihat badannya kan?! Sudah cepat sadar!” Haeri menepuk pipi Seonkyung.

Kyungsoo menjadi kaku mendengar ‘bukan pertama kali melihat’ barusan. Sementara itu Seonkyung tertawa dan Haeri geleng-geleng kepala. “Hahaha, aku kaget, dia sudah kehilangan semua abs-nya ternyata, hahahaha,”

Gadis itu tertawa puas sekali tidak menyadari Haeri yang memutarkan matanya. “Selamat Sherlock! Kau berhasil memecahkan misterinya!” serunya tak tertarik. Kyungsoo ikut tertawa sedikit, tak lama kemudian Howon masuk, sudah memakai kaos biasa dan jeans.

“Kau ini lain kali hati-hati! Kalau kau begitu di depan si perempuan jalang bagaimana?! Ah benar-benar. Seonkyung berhentilah tertawa!” omel Haeri panjang lebar, tapi Seonkyung tak mendengarnya dan masih terus tertawa.

Kyungsoo hanya bisa tersenyum lebar. Mereka kan sudah berteman sejak Sekolah Menengah. Rasanya dia out of place. Dia refleks ikut tertawa saat Seonkyung menunjuk perut Howon dan bertanya dimana abs-nya sekarang.

“Aku sibuk jadi tidak sempat memikirkannya tahu!” seru Howon membela diri, tapi Seonkyung malah makin keras tertawa. Airmata bahkan terlihat di sudut matanya. Haeri menghela nafas, kalau duo AB ini berargumen, pasti lama sekali karena tidak ada yang mau mengalah.

“Yah! Berhenti tertawa! Lebih baik dulu punya daripada tidak punya sama sekali!” Howon kesal. Seonkyung mulai berhenti tertawa. “Haeri-yah, kalian itu harus pergi ke gym berdua! Kau juga sekarang menimbun lemak tahu?!”

“Kenapa aku dibawa-bawa?! Ah sudahlah. Besok di MoBit ya! Jangan lupa hadiahnya! Haha, dadaaahh!!”

Haeri menarik Howon dari sana dan mereka berdua pun pergi. Suara pintu terbuka dan tertutup terdengar jelas dan Seonkyung langsung tertawa lagi. Kyungsoo geleng-geleng kepala dan duduk kembali.

“Kau senang sekali, menertawakan Howon.” Ujar Kyungsoo. Seonkyung berusaha menghentikan tawanya. “Habis, dulu itu Howon selalu membanggakan abs-nya. Iya sih, keren, tapi sekarang kemana hilangnya itu semua, hahaha, aku puas sekali!”

Kyungsoo ikut tertawa kecil. “Jadi kapan kau akan mengomentari dessertnya? Aku tidak terbiasa membuatnya, jadi maaf kalau rasanya aneh.” Ujarnya agak takut. Seonkyung berhenti tertawa.

“Kau itu suka merendah, aku yakin masakanmu enak!” Seonkyung menyuapkan potongan kecil chocolate mousse itu ke mulutnya. Kyungsoo dengan cemas ikut mencoba chocolate mousse itu juga dan matanya langsung terbelalak. Seonkyung mengerutkan kening. Dia menyendok kue itu lagi dan melihat Kyungsoo yang sudah panas dingin menunggu reaksinya.

“Ini.. kurang manis.”

“A-ah.. aku s-sepertinya lupa memasukkan gulanya..”

ASDFGHJKL

Seonkyung berusaha keras menahan diri agar tidak bangkit dan mencubit dua pipi Kyungsoo dengan gemas. Lelaki itu menunduk, terlihat sangat merasa bersalah, tapi disisi lain dia juga terlihat sangat menggemaskan. Semacam melakukan aegyo padahal tidak.

“Maaf ya Seonkyung.. dessertnya gagal,”

Kyungsoo mengangkat kepalanya dan melihat Seonkyung malah bengong. Saat mata mereka bertemu, Seonkyung tersadar dari lamunannya dan tersenyum. “Tidak apa-apa, ini kan percobaan pertamamu!”

“Tapi aku tidak enak sudah mengecewakanmu.”

Gadis yang baru saja berumur 25 tahun itu terdiam. Mengecewakan. Kata itu berputar di kepalanya. Apakah dia kecewa? Tidak sama sekali. Meskipun Kyungsoo menghancurkan harapannya pada candle-light dinner, membohonginya untuk mencarikannya hadiah, Seonkyung tahu, dia tidak kecewa. Mata Kyungsoo yang tulus membuatnya merasa bersalah sudah menuntut banyak hal (secara diam-diam).

Seonkyung menggeleng, “Tidak Kyungsoo, ini sempurna. Kau tidak harus meminta maaf untuk apapun.”

Kyungsoo ikut tersenyum melihat pacarnya tersenyum. “Aku berjanji lain kali, tidak akan ada lagi dessert gagal seperti ini!”

“Baiklah.. aku akan menunggu janjimu!” seru Seonkyung, membuat keduanya tersenyum lebar.

Selesai acara makan malam, Kyungsoo menariknya ke ruang tengah. Seonkyung tidak tahu mengapa lelaki itu tampak malu dan ragu. Telapak tangannya berkeringat. Seonkyung memanggil namanya pelan.

“Kyungsoo?”

Mereka benar-benar hanya diam berpegangan tangan di depan televisi yang tidak menyala. Kyungsoo menoleh kearahnya. “Y-ya?” jawabnya gugup.

Sial, benar-benar sial! Batin Kyungsoo merutuki kepergian Haeri. Dia belum siap untuk ini. Belum sama sekali. Tapi gadis itu entah dengan cara apa berhasil membujuknya (lebih ke memaksa) untuk melakukan hal ini. Adrenalin berpacu cepat dalam darahnya membuat dadanya sesak. Dengan debaran seperti ini, Kyungsoo hampir yakin dia terkena penyakit jantung. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Seonkyung yang terlihat khawatir. Manager baru itu yakin Seonkyung mengatakan sesuatu tadi, tapi dia tidak bisa mendengarnya.

Kyungsoo mengutuk dirinya sendiri kali ini. Tapi dia melirik remote di atas meja dan berpikir kalau hal ini tidak akan membuatnya image-nya hancur. Ini demi Seonkyung.

Persetan dengan image! Kyungsoo mengambil remote dan menekan tombol play. Suara musik mengalun pelan dan dengan berat hati dia melepaskan genggaman tangannya.

“Kyungsoo, ap-“

Machi amugeotdo moreuneun airo geureoke dasi taeeonan sungan gachi,

Seonkyung terkejut saat menyadari kalau Kyungsoo bernyanyi.

Untuknya.

SIAPAPUN TOLONG KATAKAN AKU BERMIMPI.

Suara Kyungsoo secara mengejutkan sangat bagus. Seperti yang dilakukannya adalah menyanyi seumur hidupnya. Tangannya yang tadi dilepaskan, sekarang digenggam lagi. Seonkyung rasa dia ingin pingsan saking senangnya. Lagu dari EXO itu terus mengalun memenuhi pendengaranya.

Kyungsoo agak ragu. Kalau Seonkyung memang senang, dia tidak menunjukkannya. Wajahnya hanya datar seperti air yang tenang. Tapi binar di matanya membuat Kyungsoo mendapatkan kepercayaan dirinya. Dia terus menyanyi. Hobinya sejak kecil itu tidak pernah dia tunjukkan selain kepada keluarganya. Tapi kali ini, dia menyanyi di depan orang lain dan rasa bangga memenuhi dirinya. Senyumnya berkembang dan makin lebar saat Seonkyung, akhirnya ikut tersenyum juga.

Saat lagu itu selesai, Seonkyung bertepuk tangan. “Woah, daebak. Aku belum pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya!” wajahnya benar-benar menunjukkan kekaguman dan itu membuat Kyungsoo malu.

“I-ini bukan apa-apa..” jawab Kyungsoo lagi-lagi gugup. Dia kaget saat tiba-tiba Seonkyung mencubit pipinya gemas.

“Kau lucu sekaliii!! Kau harus berhenti tergagap seperti itu!! Aigoo..”

Mata Kyungsoo seperti mau keluar dari tempatnya dan Seonkyung yang baru menyadari kalau dia baru saja mengeluarkan pendapatnya yang disimpannya sejak lama itu langsung menarik tangannya.

“Eh?! Maaf maaf! Aku benar-benar minta maaf!” Seonkyung menjauh sedikit agar bisa membungkukkan badannya dengan benar.

“Tidak apa-apa Kyungie..” Kyungsoo mengangkat badan Seonkyung tak enak. Dia melihat wajah gadis itu memerah, tapi anehnya Seonkyung malah tertawa.

“Kau tahu, aku juga memanggilmu Kyungie, hahaha, kalau ada yang tidak tahu, kita pasti sudah disangka kakak adik.” Seonkyung makin kencang tertawa, sementara itu Kyungsoo terdiam, lalu sedetik kemudian, mereka menertawakan nama mereka sendiri.

Seonkyung dan Kyungsoo.

Well, kebetulan yang lucu. Mereka terus tertawa sampai kemudian Kyungsoo melihat jam tangannya, dan teringat sesuatu yang sangat penting. Dia berdeham. Ah, dasar fanfiction bodoh!! Kenapa aku harus melakukan ini dan kenapa aku menuruti saran Haeri?! Ahh benar-benar.. bisakah aku langsung memberikannya saja? Tapi semua kerja keras Haeri akan sia-sia lagipula ini juga akan menyenangkan kan?

Seonkyung mengerutkan kening melihat Kyungsoo terdiam melamun. Apakah tugas sebagai Manajer sulit? Tapi semua presentasi untuk Senin sudah selesai.. pikiran Seonkyung juga jadi terbebani. Rasanya tidak enak membebani Kyungsoo dengan semua acara ulangtahunnya ini.

“Kyungsoo..”

“Hm?” General Manager itu tersadar dari lamunannya dan memutar tubuhnya menghadap Seonkyung.

“Aku minta maaf..”

“Untuk?” keningnya berkerut, jelas jelas tidak mengerti.

“Untuk membuatmu repot-repot menyiapkan semua ini..?” Seonkyung agak ragu. Dia menatap Kyungsoo yang entah kapan sangat dekat dengannya. Lutut mereka bahkan bersentuhan.

“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?” lelaki itu jelas masih belum mendapatkan maksud Seonkyung. Gadis itu berdecak, bertanya dalam hatinya apakah sebenarnya Kyungsoo pura-pura tidak tahu atau benar-benar tidak tahu.

“Kau tampak banyak pikiran. Aku pasti sudah merepotkanmu dengan acara ulangtahun ini.” Jawab Seonkyung akhirnya. Jujur saja dia memperkirakan jawaban seperti ‘bagaimana kau bisa tahu? aku minta maaf’, atau ‘itu hanya perasaanmu saja’. Tapi Kyungsoo hari ini benar-benar mengejutkannya.

“Bukan begitu Kyungie,” sergah Kyungsoo secepatnya. Ugh, ini karena dia terlalu banyak berpikir apakah dia benar-benar harus mengikuti fanfiction itu atau tidak. Dia lagi-lagi tergagap, mencari kata yang tepat untuk dikatakan. Saat semua ini berakhir, dia harus memberitahunya. Harus. Jadi sekarang hanya satu fokus Kyungsoo: stick to the plan.

Kyungsoo menarik nafas dalam. Seonkyung harus merasa kalau impiannya untuk mempunyai ulangtahun sempurna seperti di fanfiction terwujud.

“Ah Kyungie! Kau lihat jam tanganku?”

Seonkyung bingung dengan perubahan topik tiba-tiba ini. Tapi dia menggeleng, seingatnya tadi Kyungsoo memang memakai jam tangan, tapi sekarang tak ada.

“Tidak, kapan kau melepasnya?”

Kyungsoo menggeleng dan bangkit untuk merogoh saku celana belakangnya. Tidak ada apa-apa. Dia mulai melihat ke sekeliling ruangan. Seonkyung juga jadi ikut mencarinya.

“Aku akan mencarinya dikamar, tolong bantu aku cari di sekitar sini ya?”

Seonkyung mengangguk singkat dan Kyungsoo berjalan hampir terlalu terburu-buru menuju kamarnya. Dia masuk kesana dan mulai mencari jamnya.. atau tidak.

Sementara itu gadis bermarga Bang tersebut menghela nafas. Dia heran, benar-benar tidak mengerti Kyungsoo. Tadi saja terlihat banyak pikiran, sekalinya fokus, malah mencari jamnya. Seonkyung bangkit dan melihat meja di depannya. Bersih tanpa noda. Dia lalu berbalik dan mengangkat bantal-bantal yang menghiasi sofa tersebut. Sebelah kiri, tidak apa-apa. Dia mengangkat bantal besar yang menutupi ujung sebelah kanan sofa tersebut dan terkesiap saat menemukan sesuatu.

Itu bukan jam Kyungsoo. Tapi sebuah kotak hitam, yang saat dia buka karena penasaran adalah jam tangan indah dengan pita bertuliskan namanya melilitnya.

OMO

JADI DIA BERPURA-PURA KEHILANGAN JAM PADAHAL INGIN MEMBERIKAN INI UNTUKKU?!

INI SUDAH SEPERTI FANFICTION.

DO KYUNGSOO KAU SEMPURNA!

Asdfghjkl

Biarkan aku spazzing sebentar saja, batin Seonkyung berteriak. Dia mengeluarkan jam itu dengan pelan, seperti takut kalau jam itu akan tergores jika dia mengeluarkannya dengan kasar. Pita bertuliskan namanya itu membuatnya sadar kalau Kyungsoo berusaha membuatkannya kejutan seperti di fanfiction yang terlalu banyak dibacanya.

Eh. Tunggu sebentar. Mengingat ini adalah seorang Do Kyungsoo, kejutan seperti ini hanya akan terjadi dalam mimpi. Seonkyung menaruh kembali jam itu. Bisa saja kan kalau Kyungsoo salah menyimpan ini? Bisa saja kan jam itu tidak dimaksudkan untuk kejutan seperti itu? Seonkyung menghela nafas dan menutup kembali kotaknya. Dia lalu kembali mencari jam tangan Kyungsoo.

“Kyung- Astaga kau mengejutkanku!” Seonkyung memegangi dadanya serasa jantungnya mau copot. Kyungsoo entah sejak kapan berada di belakangnya, wajahnya penuh emosi, seperti.. sedih?

“Kau tidak suka kejutanku?” tanyanya dengan nada kesedihan yang hampir tersembunyi.

Seonkyung membelalakkan matanya. JADI INI BENAR?! Gadis itu bersumpah kalau dia refleks memeluk Kyungsoo (hampir melompat dan memeluknya lebih tepatnya).

“Tidak!! Aku suka!” ujarnya cepat. Kyungsoo sedikit banyak bersyukur dengan posisi seperti ini, Seonkyung tidak bisa melihat pipinya yang dia rasa memerah. Gadis itu lalu melepaskan pelukannya tapi dia tidak diberi jarak jauh karena Kyungsoo memegangi kedua lengannya dekat.

Tapi Seonkyung terlalu sibuk berbicara untuk menyadari posisi mereka sekarang.

“Kau tahu, kukira ini memang kejutan seperti itu. Tapi kupikir karena ini dirimu, mungkin saja ini hanya kebetulan dan kau lupa menyimpan kotak ini dengan benar. Aku tidak mau banyak berharap Kyungsoo, tapi aku senang sek-“

Mata Seonkyung membesar saat menyadari apa yang membuatnya berhenti bicara.

Bibir hati Kyungsoo.

Gadis itu otomatis menutup matanya juga ketika melihat Kyungsoo memejamkan matanya.

OH!

OOOOHH!! Tuhan tolong selamatkan jantungku yang berdebar terlalu kencang ini! aku takut kalau aku terkena serangan jantung lalu mati! Andwae! Aku ingin bersama Kyungsoo lebih lama!

Seonkyung bisa merasakan tangan Kyungsoo pindah ke pinggangnya.

DAN BUNUH SAJA JAEHWAN DUA KALI DI RAWA-RAWA! EH, MAKSUDKU HAERI! TAPI TIDAK KARENA GADIS ITU TEMANKU DAN DIALAH YANG SUDAH MEMBANTU KYUNGSOO MELAKUKAN SEMUA INI!!

Seonkyung yang terus-terusan fangirling itu benar-benar diam, tidak membatin lagi, saat Kyungsoo mengeratkan pelukannya. Membuat jarak mereka lebih dekat dari yang bisa dibayangkan. Tidak ada apapun lagi dipikirannya selain Kyungsoo.

Karena kebutuhan oksigen sudah tidak bisa ditahan lagi, keduanya melepaskan ciuman innocent itu. Mata keduanya terbuka perlahan dan langsung bertemu satu sama lain. Warna merah dengan indah menghiasi wajah Seonkyung, saat melihat Kyungsoo tersenyum lembut padanya.

ASDFGHJKL AKU TIDAK BISA MEMILIH KYUNGSOO YANG POLOS ATAU YANG INI!!! batinnya berteriak lagi. Jujur saja Seonkyung masih sering terkejut dengan sisi Kyungsoo yang satu ini. Kyungsoo yang tidak malu-malu dan mengambil inisiatif sebagaimana mestinya laki-laki.

“Aku tahu kau cemburu karena aku membelikan Haeri jam waktu itu sebagai rasa terimakasihku sudah membantuku mendekatimu,” Seonkyung terkesiap lalu menunduk malu.

Kyungsoo tertawa kecil sebelum melanjutkan, “Karena kalung itu sudah ketahuan, jadi aku membelikanmu jam. Kuharap kau tidak mencemburui jam itu lagi sekarang..”

Seonkyung malu. Malu sekali. Tapi dia juga sangat senang sampai tidak bisa berkata apa apa. Gadis itu hanya bisa menyembunyikan wajahnya di dada Kyungsoo sambil menggumamkan ‘terimakasih’ yang Kyungsoo balas dengan ‘sama-sama’, tawa kecil dan elusan di kepalanya.

Tidak akan ada yang bisa membayangkan bagaimana perasaan Seonkyung malam itu. Dia sangaaaatt bahagia. Ini lebih dari yang bisa dia bayangkan di fanfiction. Well, cerita-cerita itu memang menarik, tapi mengalaminya sendiri tentu pengalaman yang jauh berbeda.

Seonkyung tidak berpikir bagaimana malam itu bisa lebih menarik lagi. Tapi Kyungsoo sudah menyiapkannya. Kalung yang kemarin membuat mereka salah paham itu tergantung indah di jari Kyungsoo.

“Sudah kubilang kalung ini akan tetap menjadi milikmu akhirnya.”

Senyuman lembutnya membuat Seonkyung makin speechless. Kyungsoo memakaikan kalung itu dari depan, membuat gadis itu bisa mencium parfum yang dikenakannya. Refleks, Seonkyung mengangkat rambutnya tanpa menyadari senyum tipis di wajah Kyungsoo.

“Selamat ulang tahun, Seonkyung.” Ujar Kyungsoo saat dia selesai memakaikan kalung itu. Wajah Seonkyung tambah memerah, dia yakin itu. Tangannya terangkat untuk menutupi wajahnya, malu. Dia bahkan kehabisan kata-kata untuk berimajinasi di dalam pikirannya.

Kyungsoo tertawa kecil melihat tingkah Seonkyung di depannya. Refleks, tangannya mengusak rambut gadis itu.

Bagi keduanya, malam itu sempurna.

Seonkyung pulang ke rumahnya dan menduga bahwa keluarganya akan menunggunya menceritakan makan malamnya dengan Kyungsoo. Tapi yang didapatinya hanya suara televisi yang dikecilkan, dan semua anggota keluarganya duduk melingkari Minseok.

“Appa, Kyungsoo di depan mau pamit.” Suara Seonkyung yang tadinya tinggi, mengecil menyesuaikan diri dengan situasi sekarang.

Tuan Bang menoleh pada Seonkyung begitu juga semua keluarganya yang lain. Baru setelah itu mereka tersenyum-senyum penuh arti sementara Tuan dan Nyonya Bang menghampiri Kyungsoo di pintu depan. Seonkyung mendelik pada mereka, terutama Junhong yang sekarang berdiri di depannya. Putra bungsu keluarga Bang itu tersenyum lebar saat memperhatikan Seonkyung, lalu berlari menghampiri Kyungsoo sambil berteriak.

“Kyungsoo hyung!!! Aku menyetujuimu jadi kakak iparku!”

Seonkyung facepalm. Minseok dan Jongup tertawa keras. Entah kenapa dua kakaknya itu juga tiba-tiba berdiri, ingin menyalami Kyungsoo mungkin? Tapi Seonkyung tidak sadar sama sekali. Begitu dia membuka tangannya, semua anggota keluarganya hilang. Dari suara-suara yang berasal dari ruang tamu, Seonkyung yakin mereka semua menghilang kesana. Uh, semoga berhasil menghadapi keluargaku, Kyungsoo! Batinnya sambil menaiki tangga, menuju kamarnya.

2 jam kemudian, Seonkyung terpaksa mengikuti diskusi keluarganya. Setengah tak fokus karena sibuk membalas pesan Kyungsoo, Seonkyung kaget saat Appanya bertanya kapan dia akan menikah.

“Aku bahkan belum memikirkannya!” serunya tak percaya.

“Baguslah, berarti aku masih punya waktu untuk menyusul Minseok hyung, baru kau menyusulku.” Ujar Jongup santai.

“Sebenarnya kita membicarakan apa..?” tanya Seonkyung kemudian. Dia baru sadar kalau dia tidak mengerti satupun yang mereka bicarakan.

Keluarga Bang facepalm. Seonkyung cengengesan. Junhong menarik pipi Seonkyung gemas. “Noonaaaaa! Minseok hyung akan menikaahh!!”

“Oh?! Kapan?!” serunya excited. Semuanya menghela nafas.

“Justru itu yang dari tadi kita bahas, adikku tersayang.” Suara Minseok penuh sarkasme. Seonkyung cengengesan lagi. Ternyata Minseok baru menanyakan pendapat keluarganya soal melamar kekasihnya, Daehee, yang sudah dia pacari selama 4 tahun. Semuanya setuju, tentu saja. Jadi besok, Minseok akan melamar gadis itu sesuai dengan apa yang mereka bicarakan malam ini.

“Oh iya, Noona! Kalungnya bagus, cocok untukmu!” seruan Junhong yang bergelayut manja di lengan Seonkyung cukup untuk membuat semuanya memperhatikan kalung dengan bandul berlian itu.

“Berlian asli kah?” Jongup bergeser mendekati Seonkyung. Adiknya itu menggeleng.

“Aku tidak tahu. Tapi mungkin sertifikat itu benar, ini berlian.” Seonkyung agak ragu, benar-benar tidak menyadari tatapan horror dari semua anggota keluarganya.

“Berapa lama kau berpacaran dengannya?” Minseok dengan wajah tak percayanya bertanya.

“Satu.. bulan? Memangnya kenapa?”

Semuanya berdecak tak percaya. Jongup tiba-tiba setuju untuk didahului menikah oleh adiknya itu. Seonkyung terdiam.

“Anak itu penuh dengan komitmen.. Jangan pernah mempermainkannya Kyungie, dia bukan tipe yang seperti itu.”

Seonkyung mengangguk mendengar kata Eommanya, dia tersenyum sambil memegangi batu intan kecil itu. Tuan Bang mengelus kepalanya. Dia kemudian melihat jam dan menepukkan tangannya.

“Baik anak-anak, waktunya tidur!! Ini sudah malam! Besok hari baik, harus dimulai dengan baik. Maka dari itu, tanpa protes, semuanya harus tidur sekarang juga!” seruan Tuan Bang mengundang tawa dan protesan kecil dari keempat anaknya. Minseok sudah hampir 30 tahun, tapi dia tidak membantah kata Appanya itu. Meski jam baru menunjukkan pukul 11 malam, mereka semua akhirnya memutuskan untuk tidur.

Keesokan harinya.

“Apa aku boleh membuka kadoku?” tanya Haeri. Mereka ada di Mouse Rabbit sekarang. Lilin sudah ditiup dan kue tart sudah dipotong. Mereka cuma berempat, tapi mereka menggunakan 3 meja yang seharusnya untuk 6 orang. Well, barang-barang mereka yang menempati sisanya.

“Hmm.” gumam Seonkyung dengan mulut penuh kue. Haeri tersenyum senang dan mulai membuka kotak hadiah dari Seonkyung dan Kyungsoo itu.

“Wah! Daebak!!” ujar Haeri melihat album kedua Park Hyo Shin - Second Story, novel The Last Symbol-nya Dan Brown dan sebuah sweater hitam.

“Terimakasih banyak!! Oh iya Seonkyung, ini kadomu. Aku dan Howon patungan membelinya.” Howon dan Haeri nyengir sambil memberikan sebuah plastik.

“Kalian bahkan tidak repot repot membungkusnya, baik sekali.” Ujar Seonkyung penuh sarkasme. Pasangan tonkatsu itu hanya tertawa, sementara Kyungsoo tersenyum lebar.

Sepasang Adidas Superstar edisi Pharrel Williams berwarna ungu terpampang setelah Seonkyung membuka kotak sepatunya. Matanya berbinar senang. Dia tersenyum lebar sambil menatap Haeri, Kyungsoo lalu Howon. Seketika senyumnya hilang. Seonkyung mendorong mundur kursinya dan melongok ke bawah meja.

Ah, untung saja tidak. Dia menghela nafas lega.

“Ada apa Seonkyung?” tanya Kyungsoo heran. Haeri hanya menjilati es krimnya dan Howon menyedot minumannya.

“Howon tidak membelinya. Dia tidak suka modelnya. Kau tenang saja.” Ujar Haeri memotong Seonkyung yang baru mau protes.

Kyungsoo masih tak mengerti dan menepuk lengan Seonkyung pelan, meminta penjelasan.

“Begini, aku dan tuan kehilangan-abs itu sama-sama menyukai warna ungu.”

“Hei!” seru Howon tak terima masalah abs-nya diungkit-ungkit lagi. Kyungsoo dan Haeri tertawa kecil.

“Jadi, kami tidak sengaja suka membeli barang yang sama. Dan sering disangka couple karena warnanya sama! Bisa kau bayangkan itu? Sekarang setiap aku melihat sepatu atau jam tangan aku harus memastikan kalau Howon tidak menyukainya atau tidak membelinya.” Omel Seonkyung panjang lebar. Kyungsoo tertawa. Howon tidak peduli dan malah mengganggu Haeri dengan meminta es krimnya.

“Eh, Minseok oppa akan melamar Daehee eonnie?” tanya Haeri tiba-tiba.

“Bagaimana kau tahu?”

“Howon melihatnya berlatih mengucapkan kata-kata itu di toilet, di depan cermin.”

Oh iya, Minseok memang satu kantor dengan Haeri dan Howon.

“Kenapa bisa begitu?”

“Minseok hyung kira tidak ada siapa-siapa disana. Kau harus melihat wajahnya saat kaget, lucu sekali, hahaha, tapi aku hampir kena tinjunya. Aku dikira hantu penghuni toilet. Yang benar saja!” gerutu Howon mengundang tawa dari tiga orang pendengarnya.

“Kau kan memang seperti hantu. Rencananya hari ini. Tapi aku tidak tahu, semoga saja berhasil.”

Howon menatap Seonkyung tajam dibilang hantu. Kyungsoo hanya mengiyakan dan Haeri tampak senang.

“Kalau kalian kapan menyusul?” tanya Kyungsoo. Howon tersedak. Haeri menatapnya aneh.

“Menyusul apa?”

“Menikah.”

“2 tahun lagi?” tanya Haeri sambil melirik Howon. Tapi itu lebih terdengar seperti ancaman. Howon hanya balas menatapnya.

“2 tahun lagi.” Howon mengkonfirmasi. Haeri mengangguk puas.

“Kalian yakin bisa bertahan? Siapa tahu kalian putus.” Ujar Seonkyung bermuka datar. Kyungsoo tersedak, dia melirik Seonkyung yang tampaknya santai saja mengatakan hal seperti itu.

“Well, 2 tahun atau tidak sama sekali. Kau tahu kan kita tidak jarang putus, jadi apa bedanya? Paling paling si bodoh ini kembali padaku.” Ujar Howon santai. Haeri mengangguk. Tak ada suasana tegang sama sekali. Seonkyung hanya memutarkan matanya.

Sementara itu Kyungsoo dalam diam menyedot minumannya yang sudah hampir habis. Dia belum terbiasa dengan keadaan-hampir-perang-tapi-sebenarnya-tidak ini. Kyungsoo belum tahu bagaimana Seonkyung seringkali berbicara jujur tanpa filter, semuanya keluar begitu saja. Mungkin dia belum biasa, sedangkan Haeri dan Howon tampak tidak terganggu olehnya.

Hari itu berlalu begitu cepat tanpa terasa. Dua pasangan itu berpisah menuju mobil masing-masing, setelah merencanakan untuk lebih sering mengadakan hang out berempat.

Senin pagi saat Seonkyung datang bersama Kyungsoo ke departemen mereka, dia tidak akan menyangka teman-teman barunya itu memberinya surprise.

Jaehwan, bernyanyi untuknya dengan suara yang sangat indah. Well, Seonkyung mungkin agak bias disini, tapi dia menganggap suara Kyungsoo lebih indah dari suara Jaehwan. Hakyeon langsung memeluknya, sambil mengucapkan harapan dan perhatiannya. Memang bakat alaminya mungkin adalah menjadi seperti seorang ibu, cerewet dan perhatian. Seonkyung membalas pelukannya sambil tersenyum.

Sanghyuk, (atau menurut Hakyeon, bocah jelmaan setan) tertawa sambil menepukkan tangannya. Semacam mengiringi Jaehwan bernyanyi. Wonshik juga melakukan hal itu, tapi dia lalu memeluk Seonkyung setelah Hakyeon selesai. Seonkyung tidak tahu harus bagaimana, jadi dia membalas pelukan lelaki bermarga Kim itu dengan canggung. Saat itu dia bisa melihat Hongbin, dengan kilatan kejailan khas di matanya, dia menyemprotkan confetti ke kepalanya, tepat setelah Wonshik melepaskan pelukannya.

Seonkyung bisa mendengar Kyungsoo tertawa melihat Hongbin masih saja menyemprotkan confetti itu padanya. Sanghyuk kemudian berusaha merebut kaleng itu, karena dia pikir itu sangat menyenangkan. Dia ikut tertawa dan melihat Taekwoon, yang dari tadi diam saja, tersenyum sedikit sambil membawakan kue yang sudah disiapkan tim itu untuknya. Senyum tipis itu Seonkyung balas super lebar. Oh, dia sangat bersyukur memiliki teman-teman seperti ini.

Setelah merayakan sedikit ulangtahun Seonkyung, (ditambah kedatangan Sehun yang langsung berteriak ‘Noona! Selamat ulangtahun’ dan memeluknya) mereka membereskan semuanya, dan kembali bekerja. Well, yang membereskannya hanya Hongbin dan Sanghyuk. Karena mereka berdua yang sudah membuat kekacauan dengan berebutan kaleng penyemprot confetti.

Seonkyung sangat senang, apalagi Baekhyun yang sudah berbaikan dengannya dan Kyungsoo, juga membawa kado kecil (dan sebuah bungkusan kado yang lebih besar untuk Minhwa) untuknya. Ulangtahunnya yang ke 25 ini sangat tidak disangka. Dan sangat menyenangkan.

.

1 Bulan kemudian

Lamaran Minseok pada kekasihnya satu bulan lalu adalah sebuah sukses besar. Daehee tanpa ragu-ragu mengiyakan. Setelah membicarakan tanggal dan persetujuan kedua keluarga, pernikahan mereka akan diselenggarakan dalam 2 bulan dari sekarang.

Lucunya, yang sibuk mempersiapkan semuanya bukan Minseok atapun Daehee. Tapi semua keluarga Bang termasuk Seonkyung dan Kyungsoo, tak ketinggalan Haeri dan Howon. Mereka hanya mengurus soal cincin, gaun dan setelan tuxedo. Selebihnya, keluarga Bang membagi-bagi tugasnya. Dan Seonkyung, kebagian mengurusi dekorasi altar dan tempat acara. Daehee mempercayakan hal itu kepadanya setelah memberi tahu kalau dia suka warna biru.

Seonkyung sangat merasa bertanggung jawab akan hal itu. Karena dia sudah diberi mandat langsung dari sang pemilik acara. Kebetulan, Minseok juga suka warna biru. Sebuah kebetulan yang tidak akan menyusahkannya dalam mencari dekorasi. Namun, tanpa bantuan Kyungsoo, dia tidak akan bisa melakukannya. Lelaki itu sangat banyak membantu, meskipun dia belum resmi menjadi bagian dari keluarga Bang.

Setelah 1 bulan menunggu, mereka baru saja mendapatkan tempat di sebuah ballroom hotel.

INI INDAH SEKALI!!! Pernikahanku akan sangat indah disini!

Seonkyung berteriak dalam hati saat masuk ke ballroom itu. Ruangan itu tepat seperti yang diinginkannya. Besar, dan mewah. Dia akan sangat senang mengadakan pernikahan disini.

“Kyung! Ini benar-benar cocok untuk pernikahan kita!” serunya tanpa sadar, menarik lengan Kyungsoo yang dia gandeng.

“Tapi ini bukan untuk pernikahan kita, Seonkyung-ah.” Balas Kyungsoo agak tak enak. Seonkyung tampak kaget. Dia terdiam di tempat, lalu nyengir lebar.

“Oh iya, aku lupa.” Katanya mengundang tawa kecil dari Kyungsoo dan pekerja hotel yang mengantar mereka melihat ballroom itu.

“Apa kau pikir Minseok hyung akan suka disini?” tanya Kyungsoo. Seonkyung menoleh padanya dari ponselnya.

“Aku pikir iya, aku baru saja mengirim fotonya, kita tunggu dulu saja balasannya.”

Wanita yang mendampingi mereka mengajak mereka mengelilingi tempat itu sambil menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pemesanan tempat itu. Tak lama mereka berkeliling, Minseok membalas pesan itu dengan kata ya. Seonkyung tersenyum lebar lalu menginformasikan hal tersebut pada pekerja itu.

“Kami setuju. Apa kami bisa memesan tempat ini secepatnya?”

“Mari ikut saya, pemesanan didiskusikan di sebelah sini.”

Kyungsoo ikut tersenyum dan menuntun Seonkyung yang tampak sangat bahagia itu mengikuti wanita tadi.

Minseok pasti diberkati, pikir Seonkyung. Karena saat mereka membicarakan deal nya, tempat itu sudah dipesan di tanggal yang diinginkan Minseok dan Daehee. Namun secara aneh, sang pemesan tiba-tiba menelpon dan membatalkan reservasinya pada tanggal tersebut.

Sekarang, Seonkyung tinggal mendekorasinya.

Matanya berkilat dengan kesenangan saat satu bulan kemudian, Kyungsoo dan Seonkyung  kembali ke hotel itu untuk membicarakan soal dekorasi. Bukannya mendekorasi untuk Minseok dan Daehee, Seonkyung malah melakukannya sesuai keinginannya.

“Jadi, warna apa yang akan jadi warna utama?” tanya seorang pendekor professional pada mereka.

“Ungu.” Ujar Seonkyung sungguh yakin. Kyungsoo mengerutkan kening.

“Biru, Seonkyung. Ungu itu kesukaanmu.”

Seonkyung menoleh pada kekasihnya itu dengan pandangan aneh. Seakan-akan Kyungsoo berkepala dua.

“Lalu memangnya kenapa?”

Kyungsoo facepalm. Dekorator itu menoleh pada mereka berdua bergantian, bingung. Sementara itu Seonkyung mengalihkan pandangannya dari Kyungsoo saat ponselnya berbunyi tanda telepon masuk.

“Ah, ada apa Oppa?”

“Biru, warnanya biru.” Ujar Kyungsoo pada sang dekorator yang tampak bingung. Ekspresi Seonkyung tiba-tiba berubah jadi malu. Tangannya menutupi wajahnya sambil masih mendengarkan Minseok berbicara di telepon. Kyungsoo tertawa kecil.

“Iya Oppa, aku mengerti. Sampai jumpa.” Seonkyung mengalihkan pandangannya ke Kyungsoo yang tersenyum jahil dan langsung memukul bahunya cukup keras.

“Jangan melihatku seperti itu! Aku lupa kalau ini pernikahan Minseok oppa!”

Sang dekorator tampak baru mengerti dan tertawa kecil.

“Ah, jadi ini pernikahan kakak anda?” tanyanya terlihat terhibur. Seonkyung mengangguk malu.

“Warnanya biru. Tapi aku ingin warna lain, mungkin.. silver? Atau kuning?”

“Silver bagus. Tapi kuning akan terlihat sangat mewah. Dua-duanya bagus.” Dekorator itu menarik kain berwarna biru, kuning, dan siver bersebelahan dari sebuah buku tebal yang dibawanya sebagai perbandingan warna.

“Oh, ini sangat bagus. Menurutmu yang mana?”

Kyungsoo mendekat dan memperhatikan kain-kain itu dengan seksama.

“Aku suka biru dengan kuning. Nanti taplak mejanya akan berwarna biru, dengan bunga-bunga krisan berwarna kuning terang didalam vas sebagai hiasan.”

Seonkyung tampak membayangkannya. Dia lalu menggeleng. “Tapi aku lebih suka biru dengan silver. Gaun Daehee eonnie kan berwarna silver. Aku bisa membayangkan Daehee eonnie membawa bunga lily biru.”

Kyungsoo mengangguk setelah berpikir sebentar.

“Kita juga bisa menghias kuenya dengan warna itu.” Saran sang dekorator. Wajah Kyungsoo dan Seonkyung tampak begitu bersemangat sampai Seonkyung teringat sesuatu.

“Ah, makanan termasuk kuenya bukan bagian kami.”

“Kita beritahu saja Jongup hyung soal temanya. Jadi dia akan menyesuaikan.” Usul Kyungsoo. Seonkyung tersenyum lagi.

“Baiklah, biru navy dan silver akan jadi warna utamanya.”

Jadi, setelah 3 bulan mempersiapkan pernikahan itu, besok, adalah hari pernikahan Minseok dan Daehee.

Seonkyung dan Kyungsoo, dibantu Haeri dan Howon berada di tempat acara sekarang. Malam belum begitu larut, dan mereka sedang mengerjakan dekorasi. Tidak disangka, Minseok dan Daehee sangat senang dengan ide dekorasi mereka. Bunga-bunga hydrangea segar baru datang 1 jam dari yang dijanjikan, karena keterlambatan itu, mereka terpaksa bekerja sedikit terlambat dari jadwal.

Dinding dibelakang altar dipasang layer berwarna royal blue. Jalan menuju altar dihiasi bunga-bunga hydrangea biru dalam tempat seperti pilar tinggi yang diikat pita biru. Howon dan Kyungsoo membantu memindahkan barang-barang yang berat seperti pilar-pilar itu atau kursi dan meja. Sementara Seonkyung dan Haeri mengawasi pekerja dan mengatur tata letak meja-kursi. Mereka juga menaruh bunga-bunga di vas di atas meja.

“Kau yakin ini tidak akan layu besok pagi?” tanya Haeri sambil melipat serbet di atas meja. Seonkyung melirik bunga itu dari ujung matanya.

“Aku akan menuntut supplier bunga itu kalau besok layu. Mereka sudah menjaminnya. Lagipula semuanya diberi atau disemprot air.”

Haeri hanya merespon dengan gumaman. “Melihat semua ini, aku jadi menyesal.”

“Menyesal apa?” Seonkyung menaikkan sebelah alisnya, dia membantu Haeri melipat serbet terakhir.

“Meminta dilamar 2 tahun lagi.”

Seonkyung langsung tertawa kencang. Haeri ikut duduk disebelah Seonkyung yang masih tertawa dan menepuk lengannya pelan.

“Tsk. Jangan bilang Howon soal itu.”

Wajah Haeri tampak sangat serius sampai Seonkyung ingin tertawa lagi melihatnya. Dia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal, lalu bersandar di kursi berwarna putih yang berhiaskan pita besar berwarna biru itu. Semuanya sudah selesai, dia melihat sekeliling, para pekerja sudah keluar. Kyungsoo dan Howon terlihat mengamati salah satu hiasan di sudut ruangan, sebelum menghampiri mereka berdua.

“Sudah kubilang kau menikah saja. Uang itu bisa kalian cari, daripada kau hamil duluan?”

Haeri membuat wajah aneh sebelum merespon. “Aku punya prinsip yang kuat, terimakasih.”

“Kalian sudah selesai disini?” tanya Howon yang sudah berada di dekat meja. Dia dan Kyungsoo kemudian duduk di sebelah kekasih masing-masing.

“Apa menurutmu aku akan duduk santai kalau belum selesai?” balas Seonkyung sinis. Howon memutarkan matanya sementara Kyungsoo tertawa kecil.

“Kau sudah menghubungi Yixing oppa? Jangan sampai besok dia lupa datang.” Tanya Seonkyung khawatir pada Kyungsoo.Yixing, teman Minseok yang akan memainkan lagu pengiring pernikahan nanti itu memang sangat pelupa. Lelaki itu tersenyum dan menyentuh pundaknya.

“Rileks, Seonkyung-ah, semuanya sudah siap. Aku dan Howon bahkan mendatangi rumahnya tadi sore.”

Seonkyung menghela nafas lega. Dia lelah, mengurusi sebuah pernikahan ternyata tidak semudah yang dia kira. Namun Kyungsoo selalu siap membantunya, mengingatkannya makan, membuatnya rileks, dan mengingatkannya hal-hal penting yang kadang dia lupakan. Seonkyung balas tersenyum pada Kyungsoo, dia sangat berterimakasih.

“Terimakasih ya, kalian semua sudah repot-repot membantuku. Minseok oppa dan Daehee eonnie juga mengucpakan terimakasih pada kalian.”

“Kita memang seharusnya membantu. Tenang saja Seonkyung, kau sudah bekerja keras untuk ini, Minseok oppa akan sangat senang.” Haeri menepuk bahu Seonkyung pelan.

Seonkyung tersenyum lalu menguap. Jam berapa sekarang? Seonkyung melihat arlojinya, ternyata sudah pukul 1 dini hari. Acara besok dimulai pukul 4 sore. Akan ada waktu istirahat yang cukup. Mungkin.

“Hei Hodong,” panggil Seonkyung pada Howon. Yang dipanggil itu mendelik, jelas-jelas tidak terima dipanggil dengan nama kecilnya.

“Aku sudah menggantinya bertahun-tahun yang lalu.” Balasnya penuh penekanan. Haeri cekikikan sementara Kyungsoo tertawa. Tapi Seonkyung tampak tidak peduli.

“Ada yang menyesal menyuruhmu melamarnya 2 tahun lagi.”

“Yah! Kenapa kau memberitahunya?” Haeri langsung memukul lengan Seonkyung cukup keras. Howon tampak kaget, sementara Kyungsoo memperhatikan semua itu dengan wajah terhibur, kedua tangannya diatas meja memangku dagunya. Seonkyung berteriak begitu Haeri memukulnya, dan dia balas mencubit Haeri.

“Jadi kau mau menikah secepatnya?” tanya Howon tak yakin. Wajah Haeri tampak terkejut, ia tidak bisa menjawab.

“A-aku pikir ini semua sangat menyenangkan, jadi aku agak menyesal.. tapi mungkin kita bisa memajukannya satu tahun lebih awal.”

“Bagus! Pernikahan lain tahun depan!” seru Kyungsoo excited, Seonkyung tersenyum sambil menatap Kyungsoo. Pasangan tonkatsu itu hanya saling berpandangan sampai terdengar sesuatu jatuh dekat altar.

“Apa itu?” Seonkyung refleks berdiri, dia hampir mengerang kesal kalau Kyungsoo tidak menyentuh bahunya, memberinya sedikit ketenangan. Howon dan Haeri juga berdiri dan mereka berjalan duluan menghampiri sesuatu yang jatuh itu.

“Ah, sudah kubilang harusnya itu tidak diletakkan disitu.” Howon berdecak sambil mengangkat sebuah karangan bunga yang tidak diletakkan dengan benar. Bunga dalam karangan itu rontok sedikit karena jatuh, dan Seonkyung ikut berdecak sebelum memunguti kelopak bunga-bunga itu dibantu Haeri.

Setelah membuangnya ketempat sampah, Seonkyung kembali ke depan altar dimana kekasih dan sahabatnya berdiri. Mereka tampak mengamati altar itu dengan kekaguman. Untuk melangkah ke pernikahan, mereka masih memiliki banyak hal yang harus dipikirkan. Perjalanan mereka masih panjang, tapi semuanya punya senyum dan mimpi yang sama.

Kyungsoo menoleh pada Seonkyung yang tersenyum puas atas hasil kerjanya. Entah apa yang ada dipikirannya ketika tangannya refleks menarik tangan Seonkyung, berjalan di jalan kecil menuju altar itu. Seonkyung yang kaget, hanya bisa menuruti Kyungsoo.

Mereka berjalan pelan, bergandengan tangan. Jantung Seonkyung tiba-tiba bekerja lebih cepat dari biasanya. Rasanya seperti mimpi. Sementara itu Howon dan Haeri berpandangan dan tersenyum mengetahui, mereka harus memberikan privasi bagi Seonkyung dan Kyungsoo.

Saat sampai di depan altar, Kyungsoo melepaskan tangan Seonkyung darinya lalu menggenggamnya erat. Dua tangan mereka berpegangan sekarang, dan Kyungsoo tersenyum saat melihat Seonkyung menatap kearah tangan mereka yang bertautan. Wajahnya mulai memerah, tidak tahu harus bagaimana.

APA YANG KYUNGSOO LAKUKAN?! ASDFGHJKL

Batin Seonkyung berteriak kencang saat melihat tangan mereka. Jarak mereka tidak terlalu dekat, tapi Seonkyung takut bertemu pandang langsung dengan Kyungsoo yang ada di hadapannya. Sampai tangan Kyungsoo kemudian menaikkan dagunya membuatnya menatap langsung ke arah lelaki itu.

Omo. Jangan bilang aku akan dilamar disini! Aku makhluk lemah, jantungku tidak bisa menerima ini. Bisa-bisa aku mati karena jantungku bekerja terlalu cepat. Mata itu. Ugh, jangan tatap mata itu Seonkyung!

“Seonkyung-ah,” suara Kyungsoo membuatnya otomatis menatap lelaki itu lagi. Sial.

“Aku tahu jalan kita masih panjang. Dan aku pikir kita belum siap masuk ke jenjang ini,” Kyungsoo tampak sedikit gugup dan itu membuat Seonkyung lega sedikit, setidaknya tidak hanya dia yang gugup.

“Tapi aku hanya ingin mengucapkan terimakasih banyak, karena sudah memberiku kesempatan.” Senyum menghiasi bibir hati Kyungsoo sekarang, seperti dia sedang mengingat sesuatu. Hati Seonkyung meleleh melihatnya.

Kyungsoo menatap tangan mereka yang bertautan dan mengeratkannya lagi, menekannya sedikit. Hatinya ikut meleleh menyadari Seonkyung balas menekan tangannya.

“Aku jauh dari kata sempurna,” Kyungsoo tertawa sedikit, “Aku sangat jauh dari kata pacar ideal. Karena semua fanfiction yang kau baca itu, aku tahu kau punya ekspektasi tinggi pada calon pacarmu. Dan itu semua kau dapat dari, ehm, Baekhyun.”

Mendengar nama lelaki penggemar eyeliner itu disebut, Seonkyung mengeratkan lagi genggaman tangan mereka. Entah kenapa matanya rasanya panas.

“Dia suka Americano, dia perhatian, dia mengerti dirimu, dia semuanya yang aku tidak mampu. Aku seorang pengecut, Seonkyung. Kau tidak tahu bagaimana marahnya aku pada diriku sendiri karena tidak mencoba terlebih dahulu. Aku sudah menyukaimu bahkan sejak kita berada di tim yang sama, dan meja kita bersebelahan. Tapi karena aku, tidak seperti apapun yang kau baca di fanfiction, Baekhyun mengisi hatimu.”

Airmata mengancam akan turun sebentar lagi. Kyungsoo begitu serius, keningnya berkerut, sambil terus memperhatikan tangan mereka, sesekali dia menatap Seonkyung.

“Aku sangat gugup, saat mulai berpacaran denganmu. Aku takut mengecewakanmu. Karena aku tidak akan pernah bisa menjadi seperti Baekhyun, well, minimalnya. Aku tidak suka Americano, aku tidak perhatian, dan aku sering tidak mengerti keinginanmu dan mengecewakanmu. Jangan menyangkalnya, aku tahu itu.”

Seonkyung tertawa kecil diantara isakan tangisnya. Dia sangat terharu.

“Jadi aku sangat berterimakasih atas semua kesempatan yang kau berikan padaku. Terimakasih sudah membuka hatimu untukku. Percayalah Seonkyung, aku selalu mencoba. Meskipun aku tidak suka Americano, tidak bisa memenuhi semua ekspektasimu, dan aku hanya tidak bisa menjadi seperti pacar ideal di fanfiction yang kau baca, aku selalu mencoba. Aku akan selalu mencoba jadi yang terbaik untukmu. Karena kehilanganmu sekali sudah cukup membuatku gila, aku tidak akan pernah mencoba melepaskanmu.”

Seonkyung benar-benar terisak kali ini dan langsung memeluk Kyungsoo. Dia merasa bersalah karena sudah membuat Kyungsoo berpikir seperti itu. Semua yang dikatakan Kyungsoo memang benar, tapi tipenya sudah berubah 180 derajat semenjak dia berpacaran dengan Kyungsoo.

Tangan Kyungsoo yang mengelus kepalanya pelan, sangat menenangkannya. Dia jadi mengantuk. Seonkyung menghapus bekas airmatanya sebelum menguap.

“Maaf membuatmu lebih lama disini. Kita pulang saja, kau harus istirahat.” Kyungsoo melepas pelukannya dan mengusap kedua pipi Seonkyung.

“T-tidak apa-apa, umm, Kyungsoo. Aku juga ingin berterimakasih padamu karena sudah dengan sabarnya mengerti aku, meskipun aku selalu menyusahkanmu dengan tingkah lakuku. Aku minta maaf atas semuanya.”

Kyungsoo tersenyum lembut sambil menyelipkan rambut Seonkyung kebelakang telinganya.

“Aku memaafkanmu, sekarang ayo, kita harus pulang.”

Seonkyung tersenyum dan mengangguk. Mereka berbalik menyusuri jalan kecil itu lagi sebelum sadar kalau mereka sendiri.

“Eh? Kapan mereka pergi?” tanya Seonkyung heran. Kyungsoo juga heran, tapi dia langsung tertawa.

“Mengingat pidatoku yang panjang lebar itu, mereka pasti sudah lama pergi.”

Seonkyung ikut tertawa. Ia mengambil tasnya sebelum menerima tangan Kyungsoo yang ditawarkan padanya. Kyungsoo sudah berubah banyak, bagaimana dia bisa selalu menuntut hal-hal padanya?

Hidup memang bukan fanfiction, tapi yang sebenarnya kau butuhkan hanyalah mensyukuri apa yang ada. Kyungsoo memang jauh dari yang diharapkannya, tapi dia selalu berhasil membuatnya bahagia, dengan cara yang lain. Seonkyung tersenyum sambil melihat tangan mereka yang bertautan, dan merasa sangat bersyukur.

Untuk pertama kalinya, Seonkyung akhirnya berhenti membandingkan hidupnya dengan cerita fiksi.

FIN.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kimxgyu #1
di-subscribe dulu yah, lagi sibuk soalnya jd belom bisa baca :D fighting authornim!!
kimxgyu #2
di-subscribe dulu yah