Chapter 5

Of Americano, Fanfictions and Reality

Kyungsoo diresmikan menjadi General Manager keesokan harinya.

Dia sudah pindah menempati kantor Sehun dulu, karena manager dibawah umur itu sudah resmi jadi direktur. Dan Seonkyung bingung harus ke kantor bagaimana pagi itu karena Kyungsoo tidak mejemputnya. Mereka resmi lost contact setelah kejadian kemarin. Tapi dia beruntung karena Haeri dan Howon tiba-tiba menjemputnya dan mengantarkannya ke kantor, meski kantor mereka berlawanan sekarang.

Kesedihannya menghilang sedikit ketika Sehun menghampirinya dan memberinya selamat karena dia jadi sekretaris Kyungsoo. Wow. Sudah seperti fanfiction belum? Tapi kenapa aku tahu dari orang lain?

Oh, Kyungsoo sudah memberitahunya kemarin saat dia bilang kalau itu bercanda.

Jadi, sekarang Seonkyung juga pindah ruangan. Satu ruangan sebelum ruangannya yang dulu. Di bagian ini timnya lebih sedikit. Hanya ada 7 orang, 7 meja. Seonkyung menempati meja yang paling dekat dengan pintu dimana ruangan Kyungsoo berada. Semuanya sudah berbeda, ruangannya lebih luas. Dan mejanya juga lebih besar. Seonkyung hanya menaruh boks yang berisi barang-barangnya diatas meja tanpa berniat menatanya di meja barunya itu. Moodnya buruk sekali hari ini.

Yang bisa dia pikirkan adalah bagaimana caranya meminta maaf pada Kyungsoo. Semalam dia sudah mencoba menelpon lelaki itu tapi hasilnya nihil, tidak diangkat. Masalah ini benar-benar membuatnya tidak bisa melakukan apapun sampai melewatkan rutinitas utamanya: membaca fanfiction. Sampai akhirnya Seonkyung melihat sekeliling, teman-teman barunya yang tidak dia kenal sama sekali. Dia malas untuk berkenalan, jadi Seonkyung bangkit dan memilih untuk menyegarkan dirinya dengan Americano. Tidak mempedulikan tugas barunya yang baru saja diletakkan di mejanya.

Seonkyung sekarang terduduk di kursi yang ada di ruang istirahat. Kursi di ruangan itu memang ditujukan untuk pekerja yang ingin bersantai sejenak. Tidak ada siapa-siapa. Maklum, masih pagi, semua masih terlalu semangat untuk datang dan bersantai disana. Americanonya masih mengepul panas di meja di depannya. Dia meraih ponselnya ketika melihat ada pesan masuk.

‘Kau dimana?’

Singkat dan dingin. Seonkyung menggeleng melihat pengirimnya. Kyungsoo.

‘Di ruang istirahat, kenapa?’

Balas Seonkyung secepat kilat. Setelah menekan tombol send, dia menaruh ponselnya dan mengambil Americanonya. Baru saja dia meminumnya sedikit, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka dan menampakkan Do Kyungsoo.

Seonkyung kaget, tentu saja. Dia melihat Kyungsoo dengan tenang mengunci pintunya dan menghampirinya. WHAT THE HECK? KENAPA KYUNGSOO MENGUNCI PINTUNYA DAN EKSPRESI MACAM APA ITU DIA TERLIHAT SEPERTI PSIKOPAT!! Seonkyung sudah panik tingkat setan. Dia refleks menjauh dari Kyungsoo ketika laki-laki itu duduk disebelahnya.

“Kenapa kau menjauh?” tanyanya aneh.

Seumur hidupnya, Seonkyung hanya takut pada 3 hal. Pertama, kemarahan Appa dan Eommanya, kedua, seorang pria paruh baya dengan pakaian compang-camping, dan terakhir, anjing yang berlari mengejarnya (atau diam). Tapi sekarang dia sangat ketakutan pada laki-laki di depannya ini, dengan wajah dingin dan tatapan yang sulit diartikan. Seperti mau menerkamnya. Dan suaranya sangat sangat sangat mengerikan.

Seonkyung menghentikan gerakannya dan menatap mata Kyungsoo. Benarkah ini Kyungsoo? Kenapa dia jadi seperti ini?

“M-maaf.” Seonkyung meminta maaf karena takut Kyungsoo menyakitinya.

“Tidak, kau tidak harus meminta maaf. Aku tanya kau kenapa menjauhiku Seonkyung.” Kyungsoo makin mendekat dan Seonkyung bingung. Sangat bingung sampai akhirnya dia terdiam mematung.

“Jawab.” Ujar Kyungsoo lagi, masih dingin. Seonkyung sudah ketakutan setengah mati. Rasanya ini berubah menjadi ff horror. Kyungsoo menjaga jaraknya dengan Seonkyung, dan dia menatap langsung ke matanya.

“Kenapa kau diam saja?” tanya Kyungsoo lagi, dia membuat Seonkyung takut. Sangat takut. Dia tidak tahu kenapa Kyungsoo jadi seperti ini, ini bukan Kyungsoo yang pemalu dan dia sukai. Kyungsoo yang marah benar-benar membuatnya takut.

Akhirnya Seonkyung menangis. Suaranya bergetar membuat Kyungsoo menjauh.

“A-aku takut..” isaknya. Kyungsoo kaget, dengan refleks dia menarik Seonkyung ke pelukannya. Hatinya sakit ketika Seonkyung berusaha melepaskan pelukannya. Dia terus mengusap kepala Seonkyung sampai gadis itu tenang dan tidak melawan lagi.

“Aku minta maaf Kyungsoo, aku benar-benar minta maaf soal Baekhyun. Aku minta maaf karena tidak memberi tahu dia soal kita. Aku minta maaf karena aku malah pergi dengannya.” Ujar Seonkyung terburu-buru sambil terus menangis. Dia merasakan Kyungsoo makin erat memeluknya. Laki-laki itu tidak merespon apapun.

“Aku mohon Kyungsoo maafkan aku, jangan marah lagi. Jangan seperti ini lagi.. aku sangat takut..”

Kyungsoo melepaskan pelukannya dan melihat wajah Seonkyung yang berantakan. Maskaranya luntur sudah, mata dan hidungnya merah, dan airmata masih terus mengalir. Kyungsoo menyeka airmata itu dengan kedua tangannya dan menatap Seonkyung dalam.

“Maaf, aku tidak bermaksud menakutimu. Hanya saja aku sangat kecewa karena kau tidak mau jujur padaku, aku sangat kecewa karena kau tidak mau bercerita padaku tentang apapun.”

Tangis Seonkyung mulai mereda. “Aku sudah memaafkanmu, tapi aku hanya harus memastikan satu hal. Kau serius tidak soal hubungan ini? Karena aku tidak main-main Seonkyung-ah, tapi jika kau masih menyukai Baekhyun, maka aku akan melepaskanmu. Aku tidak bisa memaksakan hatimu.” Lanjut Kyungsoo. Seonkyung rasa dia ingin menangis lagi.

Karena dia tidak tahu harus bilang apa, dia menarik Kyungsoo dan memeluknya lagi. “Tidak tidak.. aku sudah tidak menyukai Baekhyun. Aku juga tidak main-main soal hubungan ini..”

Setelah itu yang Seonkyung ingat adalah wajah Kyungsoo tersenyum padanya. Lalu mendekat, makin dekat, terus mendekat. Sampai bibir mereka bersentuhan.

Dan seketika pintu ruangan itu digedor dari luar. Kyungsoo langsung melepaskan ciumannya dan membuka pintu itu.

What a way to ruin a moment!! Batin Seonkyung kesal. Ternyata itu Sehun, dia masih melanjutkan hobi berkelilingnya dan heran ketika pintu ruangan itu dikunci. Jadi dia menggedornya dan merusak momen Seonkyung dan Kyungsoo.

Padahal itu first kissnya.

MATI SAJA KAU OH SEHUN! Rutuknya dalam hati. Setelah Kyungsoo berbisik pada Sehun, dia menarik Seonkyung keluar menuju ruangannya. Sekilas Sehun mengedipkan matanya pada Seonkyung yang masih speechless tidak tahu harus berbuat apa.

“Maaf ya aku tidak menjemputmu tadi pagi, aku tidak tahu harus bagaimana jika bertemu denganmu, jadi aku meminta Haeri menjemputmu.” Jelas Kyungsoo panjang lebar, mulut Seonkyung membulat.

“Oh, pantas saja. Kukira itu kebetulan.”

“Aku minta maaf sekali lagi.” Ujar Kyungsoo sambil tersenyum, Seonkyung balas tersenyum. “Ya ya, tapi aku harus permisi dulu, aku bahkan belum membereskan mejaku.”

Kyungsoo bangkit dari kursinya. “Kalau begitu ayo, aku bantu.”

“Ahh tidak usah, aku bisa sendiri.” Tolak Seonkyung dengan halus.

“Ssshh, sudah ayo keluar.” Kyungsoo membuka pintu dan menarik Seonkyung keluar. Keduanya langsung berhadapan dengan 6 pasang mata menatap mereka penuh tanya. Mata besar Kyungsoo makin besar jika itu mungkin, dia kaget karena semuanya menatapnya.

Lalu Kyungsoo maju kedepan ruangan, tetap diperhatikan oleh semuanya, termasuk Seonkyung. Dia membungkuk lalu berkata, “Selamat pagi semuanya, nama saya Do Kyungsoo dan saya akan berusaha sebaik mungkin. Mohon bantuannya.” Lalu membungkuk lagi dan disambut tepuk tangan dari semuanya. Kyungsoo tersenyum puas, apalagi saat melihat pandangan bangga Seonkyung.

Oh tentu saja Seonkyung SANGAT bangga. Dia senang melihat Kyungsoo sukses (dan melibatkan dirinya). Lalu satu persatu dari mereka juga mulai memperkenalkan diri. Dimulai dari pemuda berkulit tan yang sangat ceria, Hakyeon (dia senang sekali bicara), lalu ada laki-laki tinggi dan berwajah galak bernama Taekwoon (suaranya lembut sekali), laki-laki berkepribadian 4D Jaehwan (PANGGIL AKU KEN!), lalu ada Wonshik dengan suara beratnya (tampan, pikir Seonkyung), yang tidak diduga-duga, Hongbin (iya Hongbin yang itu), terakhir anggota termuda mereka, Sanghyuk (dia tidak bisa diam). Terakhir Seonkyung memperkenalkan diri dan baru sadar kalau dia adalah satu-satunya gadis di ruangan itu.

“Hal yang bagus sebenarnya, kau akan menjadi yang tercantik. Entah kenapa tim ini tidak ada perempuannya. Aku bosan melihat wajah mereka sejak tahun lalu!” seru Jaehwan dan mendapat jitakan dari Hakyeon.

“Memangnya kau saja yang bosan huh?!”

“Hyung berhentilah!” seru Hongbin menengahi, sementara Ravi hanya tertawa dan Taekwoon diam saja melihat semua pertengkaran itu. Sanghyuk tidak berhenti mengganggu Hakyeon. Kyungsoo dan Seonkyung berpandangan. Gila juga ternyata mereka.

Setelah itu Kyungsoo menengahi dan membantu Seonkyung membereskan mejanya. Seonkyung permisi ke toilet karena well, make up nya sudah rusak. Lalu dia mulai mengerjakan tugas pertamanya sebagai manajer, dibantu timnya tentu saja. Ternyata Sehun mengerjakan tugasnya dengan sangat baik dan tidak meninggalkan ‘warisan’ masalah untuk Kyungsoo.

Hari itu berlalu begitu cepat. Tak terasa sekarang Kyungsoo dan Seonkyung sudah berjalan bergandengan tangan keluar kantor. Dan Kyungsoo ingin tersenyum puas melihat wajah heran Baekhyun melihat tangan mereka bertatutan. Patah hati lagi? Entahlah.

“Jadi kita makan dimana?” tanya Kyungsoo sambil memasang sabuk pengamannya.

“Apartemen Howon.” Jawab Seonkyung, ya, mereka berempat akan merayakan promosi jabatan mereka semua (kecuali Howon, tapi, sudahlah).

“Apa tidak apa-apa?” Kyungsoo terlihat ragu.

“Tidak, kau harus membantu kami masak sebenarnya.” Ujar Seonkyung sambil tersenyum jahil. Kyungsoo tertawa dan menggelengkan kepalanya.

“Baiklah, jadi kemana arahnya?”

Satu jam kemudian, masakan sudah jadi, dan mereka sudah duduk berhadapan di meja yang memang hanya memiliki 4 kursi itu. Haeri dan Howon sibuk membicarakan soal.. tonkatsu ayam. Sedangkan Seonkyung dan Kyungsoo sibuk sendiri-sendiri.

“Kita kapan mulainya?!” seru Seonkyung kesal. Jujur saja dia sudah lapar tapi pemilik rumahnya malah sibuk membicarakan tonkatsu ayam.

“Oh iya haha, ayo kita makan!” seru Haeri bersemangat. Seonkyung hanya memutarkan matanya dan mengikuti Kyungsoo berdoa, begitu juga Howon dan Haeri.

Atmosfir di ruangan itu meningkat ceria karena Haeri dan Seonkyung yang pada dasarnya cerewet tidak mau berhenti bicara. Sebentar sebentar mereka akan berhenti makan dan mengobrol lagi. Howon makan seakan tidak ada hari esok sementara Kyungsoo makan dengan tenang.

“Tapi sebenarnya, kenapa kau bisa pindah ke kantor Howon?” tanya Kyungsoo penasaran. Seonkyung mengangguk. “Iya, kenapa?! Aku jadi tidak ada teman.”

Haeri hanya tertawa jahil dan menatap Howon yang memutarkan matanya. “Dia memaksaku supaya memindahkannya kesana. Untung saja dia masuk, kukira dia tidak akan lolos seleksi.” Ujar Howon dengan santainya. Haeri memberinya glare tajam, “Begini begini aku pintar tahu!” serunya tak terima sementara Kyungsoo dan Seonkyung tertawa kecil melihat pertengkaran di depan mereka.

Seonkyung melirik Kyungsoo yang tampaknya asik melihat Howon dan Haeri. Dia menyenggol tangan Kyungsoo dan laki-laki itu menoleh padanya.

“Kau senang sekali melihat mereka bertengkar.” Ujar Seonkyung. Kyungsoo tertawa atas pernyataan Haeri yang berkata bahwa dia tidak akan mencuci pakaian Howon lagi sebelum merespon Seonkyung.

“Ini seperti drama. Atau fanfiction yang kaubaca, tapi di kehidupan nyata aku belum pernah melihatnya dan itu ternyata seru.” Seonkyung ikut tertawa akhirnya.

“Aku bisa membawanya ke laundry!!” seru Howon.

“Oh begitu?! Ya sudah nanti sampai kita menikah juga bawa saja cucianmu ke laundry!” balas Haeri. Kyungsoo mulai khawatir karena mereka tampaknya jadi benar-benar bertengkar sementara Seonkyung dengan santainya minum dan mulai membereskan meja. “Seonkyung.. mereka..” Kyungsoo benar-benar tak enak sementara Seonkyung menggeleng.

“Tidak tidak, aku akan mencari istri yang mau mencucikan pakaianku.” Howon tak mau kalah.

“Hah, sana cari saja gadis yang mau denganmu.” Haeri terlihat banyak pikiran sampai dia meng-glare Howon lagi yang sudah tersenyum licik. “Jangan! Jangan. Berani. Sebutkan. Nama. Perempuan jalang itu didepanku!!” Haeri segera berbalik ke dapur membantu Seonkyung sementara Howon tertawa kecil. Kyungsoo geleng-geleng.

“Kenapa kau malah tertawa?”

“Karena Haeri konyol kalau sedang marah.” Jawabnya singkat. Kyungsoo tidak mengerti. “Tapi kalian.. benar benar bertengkar kan?”

Howon tertawa dan menggeleng, “Benar, itu bisa dihitung bertengkar kan? Ayo, kita harus membantu mereka.” Ujarnya dan mulai membereskan meja. Kyungsoo mengangguk tidak mengerti dan mengikuti Howon.

Jujur saja, Kyungsoo masih bingung karena dia tidak pernah berpacaran dan tidak pernah juga bertengkar dengan pacarnya. Dia bingung bagaimana mereka bisa saling melemparkan kata-kata yang saling menyakiti tapi masih bisa tertawa dan baik-baik saja setelahnya. Bagi Kyungsoo, hal semacam itu tidak ada dalam kamus hidupnya.

Sambil membantu membereskan meja, dia memperhatikan Haeri yang sedang tertawa bersama Seonkyung entah membicarakan apa. Kadang-kadang Howon dan Haeri bertatapan tapi Haeri akan langsung berkata, “Apa yang kau lihat?!” lalu setelahnya Howon tertawa. Matanya lalu bertemu dengan Seonkyung, dan pacarnya itu hanya tersenyum ringan padanya.

Setelah selesai, Kyungsoo masih bingung melihat Haeri yang tampaknya santai dan mengobrol banyak hal dengan Seonkyung. Sementara Howon tampaknya akan mengajaknya mengobrol karena tidak ada hal lain untuk dilakukan.

“Jadi manager Do, apa kira-kira kita bisa bekerja sama secepatnya?” tanya Howon, Kyungsoo menoleh padanya.

“Ah, panggil aku Kyungsoo saja, haha. Sepertinya bisa, aku melihat tadi namamu diusulkan oleh timku.” Howon ikut tertawa, “Aku hanya bercanda. Baguslah, aku sebelumnya sudah pernah bekerja sama dengan Sehun, dia anak yang baik.”

“Iya, tapi banyak yang meragukannya karena usianya. Termasuk mereka,” Kyungsoo langsung mendapat dua tatapan tajam dari yang baru saja ditunjuknya. Howon tertawa lepas. “Dia adik kelasku di SMA, jadi aku tahu betapa jeniusnya anak itu.” Lanjut Kyungsoo kemudian.

Howon menganggukkan kepalanya setuju, Sehun memang boleh lebih muda, tapi kemampuannya tidak bisa diragukan. Kyungsoo dan Howon mengobrol lagi, lebih soal kehidupan sehari-hari, karena keduanya jelas tidak tertarik pada politik, dan Kyungsoo tidak pada sepakbola. Sementara itu Haeri ditarik Seonkyung ke kamar kedua yang diklaim milik Haeri kalau gadis itu menginap disana, dia bilang ada yang ingin dibicarakan.

“Memangnya apa sampai harus menjauh dari mereka?” tanya Haeri heran. Seonkyung menggeleng, “Kyungsoo.” Jawabnya singkat. Haeri mengerutkan keningnya, “Kenapa anak itu?”

Seonkyung menggeleng lagi sambil mendesah. Haeri hanya menghela nafas, mungkin Seonkyung belum siap bercerita, jadi Haeri membiarkannya dan malah mengambil ponselnya sambil berguling di tempat tidurnya. Dia mengecek email masuk dan saat membaca email ketiga yang diterimanya, Seonkyung baru bicara lagi.

Gadis itu ikut merebahkan dirinya disamping Haeri, lalu bicara, “Dia marah padaku karena Baekhyun.” Terdengar sangat frustasi, Haeri menutup ponselnya dan tampak tegang.

“Oh ya? Bagaimana?”

“Senin kemarin saat pengumuman Kyungsoo dipromosikan, dia menghampiriku dan menanyakan soal kepindahanmu. Aku menjawab seadanya dan dia malah bilang ‘kau cemburu ya’. Saat itu Kyungsoo memperhatikan dan dia langsung marah.

“Lalu dia tidak mengaktifkan ponselnya. Dan bilang kalau dia ingin sendiri. Demi apapun aku takut sekali waktu itu. Dan kau harus tahu kalau dia sangat mengerikan saat marah.”

“Kau tidak menyadari sesuatu?”

“Apa?”

Haeri menghela nafas. “Kau tahu kan Kyungsoo bukan tipe pencemburu.”

“Ya.. lalu?”

“Lalu bagaimana hal sekecil itu membuatnya marah sampai mematikan ponselnya? Dia sudah tahu Seonkyung, dia sudah tahu kau keluar dengan Baekhyun.”

Seonkyung terdiam, Haeri benar. Dia bodoh sekali sampai tidak menyadarinya. “Tapi yang penting kalian sudah berbaikan. Bagaimana ceritanya?”

Seonkyung pun menceritakan kejadian pagi tadi di ruang istirahat sampai ke bagian first kissnya. Haeri membelalakkan matanya. Dan kemudian gadis itu berteriak senang dan tertawa. Seonkyung hanya menggeleng.

“Sshh, kenapa kau ribut sekali sih.”

“Hahaha tidak, aku hanya terlalu senang. Selamat yaaaa, hahaha,”

Wajah Seonkyung memerah, “Sudah diam, berisik.”

Haeri tidak menurut dan terus saja tertawa. Dia terdiam ketika Seonkyung mengatakan sesuatu yang mengejutkan.

“Kau tahu siapa yang ada di tim inti manajer?”

Haeri menggeleng. Meski ruangannya bersebelahan, pekerjaan mereka lebih banyak sampai-sampai mereka dijuluki ‘The Invisible Team’ karena jarang ada yang bertemu mereka.

“Hongbin.”

“APA?!”

Seonkyung tertawa puas. Hoya Infinite mungkin tidak akan meluluhkan hatinya, tapi Hongbin, sampai kapanpun punya spot khusus di hati Haeri dan Seonkyung tahu itu.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan dan ya, Hongbin makin tampan.”

Seonkyung lalu bangkit karena rasanya tidak nyaman menggunakan pakaian kantor untuk berguling-guling di tempat tidur. “Kau, kapan Howon akan melamarmu?” ujarnya mengalihkan pembicaraan. Untungnya, Haeri langsung sadar.

“2 tahun lagi? Entahlah, kupikir kita belum cukup matang.”

“Belum cukup matang? Ayolah kalian butuh apalagi?! Tidak bosan pacaran terus? kalian sudah lebih dari 5 tahun!”

Haeri menggeleng, “Kau tahu idealnya laki-laki menikah setidaknya umur 25 tahun. Dan kita belum cukup mapan. Jadi aku bilang padanya untuk melamarku 2 tahun lagi saja.”

Seonkyung membelalakkan matanya. “Kau yang memintanya melamar 2 tahun lagi?! Yang benar saja?! Pantas saja Howon me-ups aku terlalu banyak bicara.”

“Howon kenapa?” Haeri penasaran. Seonkyung menggeleng keras. “Tidak tidak, aku tidak akan memberitahumu apapun! Dah!!” Seonkyung langsung berlari keluar kamar dikejar Haeri.

Kyungsoo dan Howon mengerutkan kening melihat dua orang barusan. Howon menggeleng sebentar lalu tertawa melihat Kyungsoo yang tampaknya tidak biasa.

"Ternyata mereka lebih gila ya kalau tidak di kantor."

Howon mengangguk dan tertawa. Dia lihat Haeri menghampirinya dan duduk tepat disebelahnya. Matanya mengisyaratkan kalau dia tidak senang.

"Apa yang kau beritahu pada Seonkyung yang aku tidak boleh tahu?"

Seonkyung menggeleng dan menyilangkan tangannya tinggi-tinggi. Haeri tidak boleh tahu. Tidak sekarang. Howon bergantian melirik Haeri dan Seonkyung. Senyum tipis terukir di bibirnya.

"Tidak ada, memangnya soal apa?" Balas Howon tenang. Seonkyung bernafas lega sementara Haeri tampak tidak senang. "Seonkyung, aku tidak bilang Haeri tidak boleh tahu kan?"

Seonkyung memutar matanya. “Aku tahu, tapi itu kan kejutan. Kau saja yang beritahu kalau begitu. Kyungsoo ayo pulang Junhong sudah mengirimiku pesan.” Kyungsoo menoleh. “Hmm? Benar pulang sekarang?”

“Iya. Ayo cepat.” Seonkyung sudah mulai memasuk-masukkan barangnya ke tas. Kyungsoo tak punya pilihan lain selain menuruti kata kekasihnya itu.

Waktu berlalu tanpa terasa, dan ini sudah satu bulan sejak Seonkyung dan Kyungsoo menjadi pasangan. Karena keduanya memang bukan tipe yang suka bertengkar, hubungan mereka sangat damai. Kyungsoo tidak pernah menuntut Seonkyung untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya dan itu benar-benar lebih dari cukup untuk Seonkyung. Tipe sempurnanya untuk seorang laki-laki impian berubah dari seorang pangeran berkuda putih menjadi Kyungsoo, yang tidak pernah absen membuatkannya makanan setiap hari.

Dan tahun ini berarti, karena dia sudah memiliki Kyungsoo, Seonkyung harap ulang tahun ke 25-nya akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Hari ini adalah seminggu sebelum hari ulang tahun Seonkyung, Kyungsoo tahu. Dia bahkan tahu sejak 2 tahun lalu, saat pertama kali Seonkyung merayakan ulang tahunnya di kantor, seusai jam kerja. Gadis itu tampak gelisah sejak awal minggu, bolak-balik melihat kalender, dan Kyungsoo tahu kenapa.

“Kau ingin apa untuk hadiah ulang tahun?” tanya Kyungsoo tiba-tiba, saat Seonkyung masuk untuk menaruh minuman pesanannya.

“Eh?” gadis itu tampak kaget, Kyungsoo tersenyum.

“Aku bingung harus memberikanmu apa, jadi aku tanya, apa yang kamu inginkan untuk hadiah ulang tahunmu?”

Seonkyung berusaha menyembunyikan perasaan bahagianya, tapi gagal. Kyungsoo lihat dia tersenyum sedikit sebelum bertanya balik. “Kau tahu ulang tahunku?”

“Tentu saja, 15 Juli kan.” Jawab Kyungsoo penuh percaya diri dan dia sangat puas melihat ekspresi senang Seonkyung. Gadis itu mengangguk, lalu terdiam. Dia menggeleng.

“Kenapa?”

“Aku tidak tahu aku ingin apa untuk ulangtahunku.”

Kyungsoo tertawa kecil. “Kalau begitu aku harus meminta bantuan Haeri.” Seonkyung mengangguk. “Ya, mungkin kau harus meminta bantuannya.”

Baru saja dibicarakan, Haeri menelpon Kyungsoo. Seonkyung sudah kembali ke mejanya barusan. Kyungsoo segera mengangkatnya.

“Yoboseyo Haeri,”

“Kyungsoo-yah! Dengarkan baik-baik. Kau pasti belum punya rencana untuk ulangtahun Seonkyung? Bagus, jadi saranku adalah, beri Seonkyung kejutan seperti di fanfiction.”

“Tapi aku tidak pernah membaca fanfiction..”

“Makanya, cek emailmu setelah ini. Karena ulangtahun Seonkyung Sabtu, bersenang-senanglah, kita akan merayakan bersama dengan ulangtahunku keesokan harinya.”

“Oh iya ulangtahun kalian berbeda sehari ya..”

“Yup. Sweater baru sebagai kadoku tak masalah?”

Kyungsoo tertawa, “Siapa yang akan memberimu hadiah?”

“Jadi tidak? Padahal aku sudah memberimu saran.” Haeri terdengar sedih dan Kyungsoo tertawa lagi. “Baiklah cerewet, terimakasih.” “Anytime. Bye!” dan dengan itu sambungan telepon putus.

Seperti yang diinstruksikan, Kyungsoo membuka emailnya dan melihat pesan Haeri. Dia melihat tumpukan laporan yang harus dia proses sebelum diserahkan ke atasannya dan menghela nafas. Sepertinya fanfiction bisa menunggu, pikirnya lalu beralih untuk mengerjakan pekerjaannya.

3 hari kemudian..

“Seonkyung, aku menjemputmu dalam 15 menit.”

“Baiklah, jangan sampai Haeri tahu!” Howon mengiyakan lalu telepon berakhir. Seonkyung mengecek jam dan menengok ke arah ruangan Kyungsoo. Laki-laki itu baru saja keluar dan sekarang menghampirinya.

“Seonkyung-ah? Aku ada perlu hari ini jadi kita tidak bisa pulang bersama. Apa tidak apa-apa?” tanya Kyungsoo gugup. Seonkyung mendongak.

“Tidak apa-apa, memangnya perlu apa?”

“Uhh.. sepupuku di luar kota sakit, jadi aku harus segera kesana. Tidak apa-apa kan? Pekerjaanmu masih banyak?”

“Oh baiklah, aku sudah selesai kok. Aku akan meminta Junhong menjemputku kalau begitu.” Kyungsoo tampak lega, dia menggenggam tangan Seonkyung erat sebelum tersenyum lalu pamit. Dia tampak sangat buru-buru dan Seonkyung tidak menaruh kecurigaan apapun padanya.

Beberapa menit kemudian, Seonkyung sudah berada dalam mobil Howon. Mereka berdua menuju Myeongdong, dimana pertokoan dan Mall berjajar rapih untuk mencarikan Haeri kado. Kebetulan yang aneh, Haeri dan Seonkyung hanya berbeda satu hari. Jadi mereka suka merayakan ulangtahun bersama.

Tak lama mereka sampai di kawasan Myeongdong. Howon dan Seonkyung berjalan bersebelahan dan masuk ke sebuah toko baju.

“Kau pikir Haeri akan suka baju? Dia sudah punya banyak sekali yang seperti ini.” ujar Seonkyung sambil melihat salah satu baju disana. Howon juga menghela nafas, Seonkyung benar. “Jadi kita harus memberi apa?”

Seonkyung hanya mengedikkan bahu. Mereka keluar dari toko tersebut, bingung ingin memberi apa untuk Haeri. Toko baju dicoret dari daftar karena Haeri itu seleranya aneh dan sangat pemilih. Jadi mereka memutuskan untuk mencari yang lain.

Setelah beberapa toko, mata Seonkyung berbinar saat melihat album Park Hyo Shin dipajang di etalase depan toko musik. Dengan heboh Seonkyung menggoyangkan tangan Howon.

“Album Park Hyo Shin!! Aku tahu dia belum punya yang ini! ayo masuk!” serunya menarik tangan Howon. Dia mengerutkan kening, mengingat apakah Haeri memang belum punya album berjudul Second Story itu. Akhirnya mereka keluar dengan sebuah album kedua Park Hyo Shin dan sebuah kotak musik antik. Keduanya berjalan lagi, ingin mencari tempat makan yang enak. Tapi saat melewati sebuah toko perhiasan, Seonkyung berhenti. Dia mengerutkan kening.

“Seonkyung-ah?” panggil Howon saat menyadari kalau Seonkyung tidak mendengarkan ucapannya. Seonkyung masih terdiam ditempat, melihat sesuatu. Howon mengerutkan kening.

“Apa yang kau li-“ Howon terdiam juga. Itu Kyungsoo dan Haeri sedang tertawa bersama mencoba sebuah cincin. Mereka tampak senang, dan Seonkyung terdiam dengan semua kemungkinan terbayang di kepalanya.

Mungkin mereka hanya pergi bersama. Mungkin mereka hanya ingin membeli sebuah cincin.. Mungkin mereka sudah lama dekat. Mungkin mereka mengkhianati aku dan Howon dibelakang kami.

Tapi tadi Kyungsoo bilang dia ke luar kota kan?

“Ayo pergi.” Howon menarik tangan Seonkyung pergi darisana. Jelas-jelas pemandangan tadi benar-benar menurunkan mood mereka yang memang sangat mudah turun (mereka berdua AB). Tapi makan tetap nomer satu. Jadi mereka berdua memesan makanan dan diam lagi.

“Tadi Haeri bilang, dia akan menjenguk sepupunya.”

“Kyungsoo bilang dia menjenguk sepupunya juga di luar kota.”

Keduanya menghela nafas. “Kau tahu kemungkinan mereka berselingkuh di belakang kita itu hampir tidak ada.” Howon memulai. Seonkyung terdiam, dia bingung merasakan apa. Marah, kecewa, kesal, dan bingung bercampur jadi satu. Tapi Howon ada benarnya.

“Tapi untuk apa mereka berbohong? Untuk apa mereka berbohong untuk pergi bersama?”

Howon mengangkat bahu, mulai makan. Seonkyung mengikutinya. Mereka berdua tidak bisa berpikir jernih sebenarnya, berbagai prasangka ditujukan pada kekasih mereka sendiri. Apa yang mereka lakukan sebenarnya? Tapi untuk sekarang, mereka tidak peduli apapun selain makanan di hadapan mereka saat ini.

“Seonkyung, aku tidak tahu pendapatmu, tapi berdasarkan pengalamanku, jangan menuduh mereka dulu. Mereka pasti punya penjelasannya.” Howon memulai setelah mereka selesai makan. “Lalu apa? Kalau ternyata mereka berselingkuh kau mau apa?”

Howon mengangkat bahu. “Aku tidak percaya mereka berselingkuh, lihat saja nanti.” Seonkyung hanya memutarkan matanya, dia punya keyakinan darimana? Tapi memang tidak mungkin. Haeri bahkan tidak melirik Baekhyun jadi kenapa Kyungsoo? Dia bahkan tidak akan meninggalkan Howon untuk Hoya Infinite jadi alasan mereka apa?

“Telpon Kyungsoo sekarang, tanya dia dimana.”

Seonkyung melirik ponselnya dan menurut. Dia melihat Kyungsoo baru saja memasuki restoran yang sama dengan mereka. Sementara itu Haeri sudah menempati kursi dan melihat sesuatu di sebuah kotak dan tersenyum.

Howon mengerutkan kening, dia melihat Seonkyung sudah menempelkan ponselnya ditelinga, dan dia lihat Haeri kelabakan, dia menyerahkan ponsel Kyungsoo yang tergeletak di meja pada pemiliknya.

“Kyung, kau dimana?”

“Uh, masih dijalan..” Kyungsoo tampak gugup, Seonkyung menahan amarahnya. “Masih dijalan huh? Sendiri?”

Kali ini Kyungsoo melihat ke sekeliling, dia sudah tampak tidak nyaman dan melirik Haeri yang tampaknya santai-santai saja, memainkan ponselnya. “Tentu saja, mau bersama siapa lagi?”

Seonkyung menggeleng, dan Howon menangkap maksudnya. Dia menunjuk meja Haeri dan Kyungsoo lalu mengangguk. Seonkyung yang mengerti maksudnya mengikuti Howon yang pindah kesana, menghampiri Haeri. “Kalau tidak keberatan, kau mungkin mau melihat ke mejamu.”

Telepon putus dan Kyungsoo langsung menoleh ke meja dia dan Haeri. Seonkyung melambaikan tangan padanya, wajahnya datar. Haeri tampak kaget dan Howon ada disebelahnya. Matilah aku, batin Kyungsoo. Dia ragu-ragu mengangkat pesanannya ke meja, tapi akhirnya dia memberanikan diri juga.

“Dijalan? Sendiri? Sebaiknya kau punya alasan bagus Manajer Do.” Ujar Seonkyung dingin. Haeri berdiri diikuti Howon, mereka menjauh dari sana dan memilih untuk keluar. Sementara itu Kyungsoo menelan ludahnya. Dia tahu dia tidak seharusnya berbohong.

“Dengar Seonkyung, aku minta maaf sudah membohongimu. Tapi ini tidak seperti yang kau pikirkan, sama sekali bukan begitu.”

Seonkyung diam, dia melihat ponsel Kyungsoo dan merasa lebih nyaman melihat kesana. Kyungsoo menghela nafas, dia merasa bersalah sekarang. Saat melihat keluar, dia lihat Howon dan Haeri sudah berbaikan. Cepat sekali, pasti mereka sudah sering menghadapi situasi seperti ini, sedangkan Kyungsoo?

“Seonkyung-ah..” Kyungsoo meraih tangan Seonkyung dan membuatnya menatap kearahnya. “Kenapa kau harus berbohong?” Seonkyung memotong Kyungsoo. Dia menatap mata laki-laki itu tanpa takut. “Kalau ini tidak seperti yang aku pikir, lalu kenapa kau harus berbohong?”

Haeri dan Howon sudah kembali. Tapi mereka heran dengan tegangnya situasi diantara Kyungsoo dan Seonkyung. Sepertinya mereka lambat dalam berbaikan. “Tsk, Kyung, kau pasti belum menjelaskannya. Seonkyung, dengar, aku dan Kyungsoo hanya-“

“Kau tidak perlu menjelaskan apapun. Aku bertanya pada Do Kyungsoo.”

Haeri terdiam. “Jangan kekanakkan.”

“Kau yang kekanakkan, sejak kapan aku bilang aku suka dibohongi?”

“Memangnya siapa yang suka dibohongi? Baiklah, aku minta maaf, aku tidak bermaksud membohongimu dan percayalah aku tidak melakukan apapun yang kau pikirkan. Sebaiknya aku dan Howon pergi.” Haeri tersenyum kecil dan mengambil barang-barangnya lalu pergi.

Kyungsoo menatap Haeri dan Howon yang pergi begitu saja seperti meminta pertolongan. Bagaimana mereka bisa pergi begitu saja?! Tolong aku! Teriaknya dalam hati. Dia dengan takut menatap Seonkyung dan mengambil nafas dalam. Ternyata dia lebih menakutkan kalau marah.

“Ulang tahunmu.. sebentar lagi kan?”

“Lalu apa?”

Kyungsoo menunduk. Ini harusnya jadi kejutan, kenapa rencananya gagal?! Ah, dia jadi harus mengubah semuanya sekarang.

“Aku berbohong karena aku ingin membelikanmu hadiah. Karena aku tidak tahu harus memberimu apa, aku meminta tolong pada Haeri. Kau sendiri kan yang bilang untuk meminta tolong padanya?”

Pandangan Seonkyung melunak, dia jadi tidak enak sudah menuduh Kyungsoo dan Haeri. Gadis bodoh itu, tentu saja, bagaimana bisa dia menuduh sahabatnya sendiri yang tidak-tidak?

“Tapi kau tidak perlu berbohong kan?”

“Jadi untuk apa aku menyiapkan- ini semua harusnya jadi kejutan, Seonkyung.” Kyungsoo menghela nafas dan mengambil kotak perhiasan yang ditinggalkan Haeri di meja. Persetan dengan rencana romantisnya seperti di fanfiction. Dia membuka kotak itu dan sebuah kalung perak dengan bandul berlian kecil menyapa pandangan Seonkyung.

“Haeri bilang ini akan seperti di fanfiction,” Kyungsoo mengambil nafas, “Tapi sudahlah, apa bedanya, aku akan memberikan ini padamu pada akhirnya.” Seonkyung terdiam. Matanya berbinar melihat kalung itu dan dia jadi merasa malu dan bersalah karena dia menuduh yang tidak-tidak. Howon benar.

APA ITU BERLIAN ASLI?! YA TUHAN AKU PASTI BERMIMPI! Batin Seonkyung berteriak girang. Well, ini pasti akan menjadi kejutan yang hebat jika tidak seperti sekarang. Uh, kau bodoh Seonkyung! Batinnya lagi. Dia beralih menatap Kyungsoo yang tampak gugup. Dia menutup kotak itu dan tersenyum kaku.

“Aku minta maaf sudah menuduhmu.”

Kyungsoo tersenyum, “Aku minta maaf untuk membohongimu. Tapi.. kau dan Howon?”

“Alasan yang sama, hadiah untuk Haeri. Aku ingin memberitahumu tadi tapi kau buru-buru.” Seonkyung buru-buru menjelaskan. Sedetik kemudian mereka terdiam, lalu tertawa bersama. “Kau tahu, ini konyol.” Ujar Kyungsoo tertawa kecil, Seonkyung mengangguk. “Pantas saja mereka cepat sekali berbaikan.”

Dan mereka yang dibicarakan itu tiba-tiba datang lagi. Melihat wajah keduanya yang lebih ringan, Haeri nyengir sebelum bilang, “Aku datang untuk makananku.” Dan akhirnya mereka berempat duduk bersama membicarakan kekonyolan mereka.

Sabtu datang, Kyungsoo dengan terburu-buru mengecek email dan mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai. Acara malam ini jadi berubah sedikit, harusnya kalung itu diberikan setelah makan malam, tapi karena insiden kemarin Kyungsoo harus memutar otak dan mengganti kejutannya. Harusnya ini sempurna, tidak ada yang bisa mengacaukan ini lagi. Kyungsoo lalu membereskan rumahnya (yang sudah rapih itu) dan melihat jam. Masih banyak waktu sampai Seonkyung datang kesana.

Sementara itu Seonkyung sibuk membalas pesan teman-temannya di SNS yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Dan itu terus berlanjut sampai Junhong menariknya keluar, dan ternyata keluarganya sudah menunggunya dibawah, dengan kue ulangtahun yang dihiasi dengan lilin seperti kembang api disekelilingnya. Tuan Bang dan Junhong seperti biasa, menyanyikan ‘selamat ulangtahun’ versi rap yang dibuat mereka sendiri, dan Seonkyung tersenyum senang. Tradisi keluarga Bang selanjutnya adalah, mereka akan mengolesi wajah yang ulangtahun dengan krim dari kue tersebut, dan tidak boleh dibalas. Seonkyung tertawa setelah dia meniup lilinnya dan mereka mulai mengolesi wajahnya dengan krim.

Selesai merayakan ulangtahunnya dengan keluarganya, Seonkyung kembali sibuk.. memilih baju untuk digunakan nanti! Haeri datang tak lama setelah dikirimi pesan. Gadis itu secara harfiah mengeluarkan semua isi lemari Seonkyung dan berdecak ketika tak ada satupun baju yang menurutnya pantas.

“Kau ini jangan terlalu pelit pada diri sendiri, sekali-kali beli dress kan tidak akan rugi! Sekarang kalau ada acara seperti ini lagi kau mau bagaimana?!”

Seonkyung mengerang, dia berguling di tempat tidurnya. “Lalu sekarang bagaimana?”

“Eh, aku lupa, bukannya Kyungsoo memberikanmu kado? Kau belum membukanya?” Haeri duduk di bawah, mencari hadiah dari Kyungsoo. Seonkyung bangkit. “Belum, kan kupikir aku bisa membukanya nanti setelah aku pulang darisana.”

“Aish, kau ini lugu atau bagaimana sih, kau ingat ff ‘Surprise?!’”

Seonkyung tampak berpikir sebentar. “Yang tentang ulangtahun itu?”

“Yup! Kau ingat tokoh OC nya? Dia kan diberi hadiah sebelum makan malam bersama D.O, dan itu adalah dress yang harus dia pakai! Bagaimana kalau ini hal yang sama?!”

“Oh?” Seonkyung tampak tak percaya, tapi dia tetap bangkit dan mencari kadonya yang dia simpan di bawah mejanya. Dengan tak sabar dia mulai membuka kotak kado itu dan terkejut karena perkiraan Haeri benar. Kotak itu jatuh ke lantai sementara isinya, ditangan Seonkyung.

Sebuah dress polos berwarna ungu dengan panjang selutut tapi tidak berlengan. Simple, tapi tepat sasaran dengan selera Seonkyung. Haeri tertawa kecil melihat Seonkyung yang kaget sampai tak bisa berbicara apa-apa.

“DO KYUNGSOO TAHU DARIMANA HAL SEPERTI INI?!”

Tentu saja dari sumber terpercaya, aku, batin Haeri dengan bangga. “Sudah cepat siap-siap, kita tak punya waktu banyak untuk mengurus rambut panjangmu.” Ujar Haeri sambil menarik rambut Seonkyung.

“Ya! Sakit! Baiklaaah, aku titip dia ya!” Seonkyung menaruh dress itu dengan hati-hati lalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Haeri hanya menggelengkan kepalanya dan membereskan kembali lemari Seonkyung.

Kyungsoo menjemputnya tepat waktu, dan dia tampak terkejut sekaligus senang saat melihat Seonkyung memakai dress nya. Seonkyung berpamitan pada keluarganya dan baru sadar kalau Haeri sudah tidak ada disana.

“Siap?” tanya Kyungsoo mengalihkan perhatiannya. Seonkyung mengangguk dan tersenyum, menyambut tangan Kyungsoo dan mereka segera menuju apartemen Kyungsoo.

Begitu sampai, Seonkyung harus menenangkan jantungnya yang berdebar tak karuan. Kyungsoo tampak.. tampan tak seperti hari-hari biasa. Kali ini dia memakai kemeja kotak-kotak beraksen polkadot. Rambutnya disisir ke belakang, hampir seperti saat dia pergi bekerja, tapi kali ini dia menyisirnya ke kiri (iya Seonkyung memperhatikan sampai sana).

Kyungsoo membukakan pintu apartemennya yang tidak bisa dibilang kecil itu. Seonkyung menatap seisi ruangan dengan mata berbinar kagum. Rapih sekali!! Sofa putihnya berhadapan dengan televisi berukuran 40 inch dan rak berisi buku menghiasi salah satu sudut ruangan. Ah, Seonkyung tidak berani membandingkan kamarnya dengan kamar Kyungsoo, sudah pasti kalah. Kyungsoo tersenyum dan meraih tangannya, “Makan malamnya di sebelah sini.”

Seonkyung menurut dan membiarkan Kyungsoo menuntunnya. Mereka masuk ke ruangan makan yang gelap, dan dihiasi oleh lilin. Bunga segar dalam vas berada ditengah. Seonkyung rasa ingin pingsan saking senangnya.

JANGAN BILANG INI CANDLE-LIGHT DINNER!!

Kyungsoo diresmikan menjadi General Manager keesokan harinya.

Dia sudah pindah menempati kantor Sehun dulu, karena manager dibawah umur itu sudah resmi jadi direktur. Dan Seonkyung bingung harus ke kantor bagaimana pagi itu karena Kyungsoo tidak mejemputnya. Mereka resmi lost contact setelah kejadian kemarin. Tapi dia beruntung karena Haeri dan Howon tiba-tiba menjemputnya dan mengantarkannya ke kantor, meski kantor mereka berlawanan sekarang.

Kesedihannya menghilang sedikit ketika Sehun menghampirinya dan memberinya selamat karena dia jadi sekretaris Kyungsoo. Wow. Sudah seperti fanfiction belum? Tapi kenapa aku tahu dari orang lain?

Oh, Kyungsoo sudah memberitahunya kemarin saat dia bilang kalau itu bercanda.

Jadi, sekarang Seonkyung juga pindah ruangan. Satu ruangan sebelum ruangannya yang dulu. Di bagian ini timnya lebih sedikit. Hanya ada 7 orang, 7 meja. Seonkyung menempati meja yang paling dekat dengan pintu dimana ruangan Kyungsoo berada. Semuanya sudah berbeda, ruangannya lebih luas. Dan mejanya juga lebih besar. Seonkyung hanya menaruh boks yang berisi barang-barangnya diatas meja tanpa berniat menatanya di meja barunya itu. Moodnya buruk sekali hari ini.

Yang bisa dia pikirkan adalah bagaimana caranya meminta maaf pada Kyungsoo. Semalam dia sudah mencoba menelpon lelaki itu tapi hasilnya nihil, tidak diangkat. Masalah ini benar-benar membuatnya tidak bisa melakukan apapun sampai melewatkan rutinitas utamanya: membaca fanfiction. Sampai akhirnya Seonkyung melihat sekeliling, teman-teman barunya yang tidak dia kenal sama sekali. Dia malas untuk berkenalan, jadi Seonkyung bangkit dan memilih untuk menyegarkan dirinya dengan Americano. Tidak mempedulikan tugas barunya yang baru saja diletakkan di mejanya.

Seonkyung sekarang terduduk di kursi yang ada di ruang istirahat. Kursi di ruangan itu memang ditujukan untuk pekerja yang ingin bersantai sejenak. Tidak ada siapa-siapa. Maklum, masih pagi, semua masih terlalu semangat untuk datang dan bersantai disana. Americanonya masih mengepul panas di meja di depannya. Dia meraih ponselnya ketika melihat ada pesan masuk.

‘Kau dimana?’

Singkat dan dingin. Seonkyung menggeleng melihat pengirimnya. Kyungsoo.

‘Di ruang istirahat, kenapa?’

Balas Seonkyung secepat kilat. Setelah menekan tombol send, dia menaruh ponselnya dan mengambil Americanonya. Baru saja dia meminumnya sedikit, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka dan menampakkan Do Kyungsoo.

Seonkyung kaget, tentu saja. Dia melihat Kyungsoo dengan tenang mengunci pintunya dan menghampirinya. WHAT THE HECK? KENAPA KYUNGSOO MENGUNCI PINTUNYA DAN EKSPRESI MACAM APA ITU DIA TERLIHAT SEPERTI PSIKOPAT!! Seonkyung sudah panik tingkat setan. Dia refleks menjauh dari Kyungsoo ketika laki-laki itu duduk disebelahnya.

“Kenapa kau menjauh?” tanyanya aneh.

Seumur hidupnya, Seonkyung hanya takut pada 3 hal. Pertama, kemarahan Appa dan Eommanya, kedua, seorang pria paruh baya dengan pakaian compang-camping, dan terakhir, anjing yang berlari mengejarnya (atau diam). Tapi sekarang dia sangat ketakutan pada laki-laki di depannya ini, dengan wajah dingin dan tatapan yang sulit diartikan. Seperti mau menerkamnya. Dan suaranya sangat sangat sangat mengerikan.

Seonkyung menghentikan gerakannya dan menatap mata Kyungsoo. Benarkah ini Kyungsoo? Kenapa dia jadi seperti ini?

“M-maaf.” Seonkyung meminta maaf karena takut Kyungsoo menyakitinya.

“Tidak, kau tidak harus meminta maaf. Aku tanya kau kenapa menjauhiku Seonkyung.” Kyungsoo makin mendekat dan Seonkyung bingung. Sangat bingung sampai akhirnya dia terdiam mematung.

“Jawab.” Ujar Kyungsoo lagi, masih dingin. Seonkyung sudah ketakutan setengah mati. Rasanya ini berubah menjadi ff horror. Kyungsoo menjaga jaraknya dengan Seonkyung, dan dia menatap langsung ke matanya.

“Kenapa kau diam saja?” tanya Kyungsoo lagi, dia membuat Seonkyung takut. Sangat takut. Dia tidak tahu kenapa Kyungsoo jadi seperti ini, ini bukan Kyungsoo yang pemalu dan dia sukai. Kyungsoo yang marah benar-benar membuatnya takut.

Akhirnya Seonkyung menangis. Suaranya bergetar membuat Kyungsoo menjauh.

“A-aku takut..” isaknya. Kyungsoo kaget, dengan refleks dia menarik Seonkyung ke pelukannya. Hatinya sakit ketika Seonkyung berusaha melepaskan pelukannya. Dia terus mengusap kepala Seonkyung sampai gadis itu tenang dan tidak melawan lagi.

“Aku minta maaf Kyungsoo, aku benar-benar minta maaf soal Baekhyun. Aku minta maaf karena tidak memberi tahu dia soal kita. Aku minta maaf karena aku malah pergi dengannya.” Ujar Seonkyung terburu-buru sambil terus menangis. Dia merasakan Kyungsoo makin erat memeluknya. Laki-laki itu tidak merespon apapun.

“Aku mohon Kyungsoo maafkan aku, jangan marah lagi. Jangan seperti ini lagi.. aku sangat takut..”

Kyungsoo melepaskan pelukannya dan melihat wajah Seonkyung yang berantakan. Maskaranya luntur sudah, mata dan hidungnya merah, dan airmata masih terus mengalir. Kyungsoo menyeka airmata itu dengan kedua tangannya dan menatap Seonkyung dalam.

“Maaf, aku tidak bermaksud menakutimu. Hanya saja aku sangat kecewa karena kau tidak mau jujur padaku, aku sangat kecewa karena kau tidak mau bercerita padaku tentang apapun.”

Tangis Seonkyung mulai mereda. “Aku sudah memaafkanmu, tapi aku hanya harus memastikan satu hal. Kau serius tidak soal hubungan ini? Karena aku tidak main-main Seonkyung-ah, tapi jika kau masih menyukai Baekhyun, maka aku akan melepaskanmu. Aku tidak bisa memaksakan hatimu.” Lanjut Kyungsoo. Seonkyung rasa dia ingin menangis lagi.

Karena dia tidak tahu harus bilang apa, dia menarik Kyungsoo dan memeluknya lagi. “Tidak tidak.. aku sudah tidak menyukai Baekhyun. Aku juga tidak main-main soal hubungan ini..”

Setelah itu yang Seonkyung ingat adalah wajah Kyungsoo tersenyum padanya. Lalu mendekat, makin dekat, terus mendekat. Sampai bibir mereka bersentuhan.

Dan seketika pintu ruangan itu digedor dari luar. Kyungsoo langsung melepaskan ciumannya dan membuka pintu itu.

What a way to ruin a moment!! Batin Seonkyung kesal. Ternyata itu Sehun, dia masih melanjutkan hobi berkelilingnya dan heran ketika pintu ruangan itu dikunci. Jadi dia menggedornya dan merusak momen Seonkyung dan Kyungsoo.

Padahal itu first kissnya.

MATI SAJA KAU OH SEHUN! Rutuknya dalam hati. Setelah Kyungsoo berbisik pada Sehun, dia menarik Seonkyung keluar menuju ruangannya. Sekilas Sehun mengedipkan matanya pada Seonkyung yang masih speechless tidak tahu harus berbuat apa.

“Maaf ya aku tidak menjemputmu tadi pagi, aku tidak tahu harus bagaimana jika bertemu denganmu, jadi aku meminta Haeri menjemputmu.” Jelas Kyungsoo panjang lebar, mulut Seonkyung membulat.

“Oh, pantas saja. Kukira itu kebetulan.”

“Aku minta maaf sekali lagi.” Ujar Kyungsoo sambil tersenyum, Seonkyung balas tersenyum. “Ya ya, tapi aku harus permisi dulu, aku bahkan belum membereskan mejaku.”

Kyungsoo bangkit dari kursinya. “Kalau begitu ayo, aku bantu.”

“Ahh tidak usah, aku bisa sendiri.” Tolak Seonkyung dengan halus.

“Ssshh, sudah ayo keluar.” Kyungsoo membuka pintu dan menarik Seonkyung keluar. Keduanya langsung berhadapan dengan 6 pasang mata menatap mereka penuh tanya. Mata besar Kyungsoo makin besar jika itu mungkin, dia kaget karena semuanya menatapnya.

Lalu Kyungsoo maju kedepan ruangan, tetap diperhatikan oleh semuanya, termasuk Seonkyung. Dia membungkuk lalu berkata, “Selamat pagi semuanya, nama saya Do Kyungsoo dan saya akan berusaha sebaik mungkin. Mohon bantuannya.” Lalu membungkuk lagi dan disambut tepuk tangan dari semuanya. Kyungsoo tersenyum puas, apalagi saat melihat pandangan bangga Seonkyung.

Oh tentu saja Seonkyung SANGAT bangga. Dia senang melihat Kyungsoo sukses (dan melibatkan dirinya). Lalu satu persatu dari mereka juga mulai memperkenalkan diri. Dimulai dari pemuda berkulit tan yang sangat ceria, Hakyeon (dia senang sekali bicara), lalu ada laki-laki tinggi dan berwajah galak bernama Taekwoon (suaranya lembut sekali), laki-laki berkepribadian 4D Jaehwan (PANGGIL AKU KEN!), lalu ada Wonshik dengan suara beratnya (tampan, pikir Seonkyung), yang tidak diduga-duga, Hongbin (iya Hongbin yang itu), terakhir anggota termuda mereka, Sanghyuk (dia tidak bisa diam). Terakhir Seonkyung memperkenalkan diri dan baru sadar kalau dia adalah satu-satunya gadis di ruangan itu.

“Hal yang bagus sebenarnya, kau akan menjadi yang tercantik. Entah kenapa tim ini tidak ada perempuannya. Aku bosan melihat wajah mereka sejak tahun lalu!” seru Jaehwan dan mendapat jitakan dari Hakyeon.

“Memangnya kau saja yang bosan huh?!”

“Hyung berhentilah!” seru Hongbin menengahi, sementara Ravi hanya tertawa dan Taekwoon diam saja melihat semua pertengkaran itu. Sanghyuk tidak berhenti mengganggu Hakyeon. Kyungsoo dan Seonkyung berpandangan. Gila juga ternyata mereka.

Setelah itu Kyungsoo menengahi dan membantu Seonkyung membereskan mejanya. Seonkyung permisi ke toilet karena well, make up nya sudah rusak. Lalu dia mulai mengerjakan tugas pertamanya sebagai manajer, dibantu timnya tentu saja. Ternyata Sehun mengerjakan tugasnya dengan sangat baik dan tidak meninggalkan ‘warisan’ masalah untuk Kyungsoo.

Hari itu berlalu begitu cepat. Tak terasa sekarang Kyungsoo dan Seonkyung sudah berjalan bergandengan tangan keluar kantor. Dan Kyungsoo ingin tersenyum puas melihat wajah heran Baekhyun melihat tangan mereka bertatutan. Patah hati lagi? Entahlah.

“Jadi kita makan dimana?” tanya Kyungsoo sambil memasang sabuk pengamannya.

“Apartemen Howon.” Jawab Seonkyung, ya, mereka berempat akan merayakan promosi jabatan mereka semua (kecuali Howon, tapi, sudahlah).

“Apa tidak apa-apa?” Kyungsoo terlihat ragu.

“Tidak, kau harus membantu kami masak sebenarnya.” Ujar Seonkyung sambil tersenyum jahil. Kyungsoo tertawa dan menggelengkan kepalanya.

“Baiklah, jadi kemana arahnya?”

Satu jam kemudian, masakan sudah jadi, dan mereka sudah duduk berhadapan di meja yang memang hanya memiliki 4 kursi itu. Haeri dan Howon sibuk membicarakan soal.. tonkatsu ayam. Sedangkan Seonkyung dan Kyungsoo sibuk sendiri-sendiri.

“Kita kapan mulainya?!” seru Seonkyung kesal. Jujur saja dia sudah lapar tapi pemilik rumahnya malah sibuk membicarakan tonkatsu ayam.

“Oh iya haha, ayo kita makan!” seru Haeri bersemangat. Seonkyung hanya memutarkan matanya dan mengikuti Kyungsoo berdoa, begitu juga Howon dan Haeri.

Atmosfir di ruangan itu meningkat ceria karena Haeri dan Seonkyung yang pada dasarnya cerewet tidak mau berhenti bicara. Sebentar sebentar mereka akan berhenti makan dan mengobrol lagi. Howon makan seakan tidak ada hari esok sementara Kyungsoo makan dengan tenang.

“Tapi sebenarnya, kenapa kau bisa pindah ke kantor Howon?” tanya Kyungsoo penasaran. Seonkyung mengangguk. “Iya, kenapa?! Aku jadi tidak ada teman.”

Haeri hanya tertawa jahil dan menatap Howon yang memutarkan matanya. “Dia memaksaku supaya memindahkannya kesana. Untung saja dia masuk, kukira dia tidak akan lolos seleksi.” Ujar Howon dengan santainya. Haeri memberinya glare tajam, “Begini begini aku pintar tahu!” serunya tak terima sementara Kyungsoo dan Seonkyung tertawa kecil melihat pertengkaran di depan mereka.

Seonkyung melirik Kyungsoo yang tampaknya asik melihat Howon dan Haeri. Dia menyenggol tangan Kyungsoo dan laki-laki itu menoleh padanya.

“Kau senang sekali melihat mereka bertengkar.” Ujar Seonkyung. Kyungsoo tertawa atas pernyataan Haeri yang berkata bahwa dia tidak akan mencuci pakaian Howon lagi sebelum merespon Seonkyung.

“Ini seperti drama. Atau fanfiction yang kaubaca, tapi di kehidupan nyata aku belum pernah melihatnya dan itu ternyata seru.” Seonkyung ikut tertawa akhirnya.

“Aku bisa membawanya ke laundry!!” seru Howon.

“Oh begitu?! Ya sudah nanti sampai kita menikah juga bawa saja cucianmu ke laundry!” balas Haeri. Kyungsoo mulai khawatir karena mereka tampaknya jadi benar-benar bertengkar sementara Seonkyung dengan santainya minum dan mulai membereskan meja. “Seonkyung.. mereka..” Kyungsoo benar-benar tak enak sementara Seonkyung menggeleng.

“Tidak tidak, aku akan mencari istri yang mau mencucikan pakaianku.” Howon tak mau kalah.

“Hah, sana cari saja gadis yang mau denganmu.” Haeri terlihat banyak pikiran sampai dia meng-glare Howon lagi yang sudah tersenyum licik. “Jangan! Jangan. Berani. Sebutkan. Nama. Perempuan jalang itu didepanku!!” Haeri segera berbalik ke dapur membantu Seonkyung sementara Howon tertawa kecil. Kyungsoo geleng-geleng.

“Kenapa kau malah tertawa?”

“Karena Haeri konyol kalau sedang marah.” Jawabnya singkat. Kyungsoo tidak mengerti. “Tapi kalian.. benar benar bertengkar kan?”

Howon tertawa dan menggeleng, “Benar, itu bisa dihitung bertengkar kan? Ayo, kita harus membantu mereka.” Ujarnya dan mulai membereskan meja. Kyungsoo mengangguk tidak mengerti dan mengikuti Howon.

Jujur saja, Kyungsoo masih bingung karena dia tidak pernah berpacaran dan tidak pernah juga bertengkar dengan pacarnya. Dia bingung bagaimana mereka bisa saling melemparkan kata-kata yang saling menyakiti tapi masih bisa tertawa dan baik-baik saja setelahnya. Bagi Kyungsoo, hal semacam itu tidak ada dalam kamus hidupnya.

Sambil membantu membereskan meja, dia memperhatikan Haeri yang sedang tertawa bersama Seonkyung entah membicarakan apa. Kadang-kadang Howon dan Haeri bertatapan tapi Haeri akan langsung berkata, “Apa yang kau lihat?!” lalu setelahnya Howon tertawa. Matanya lalu bertemu dengan Seonkyung, dan pacarnya itu hanya tersenyum ringan padanya.

Setelah selesai, Kyungsoo masih bingung melihat Haeri yang tampaknya santai dan mengobrol banyak hal dengan Seonkyung. Sementara Howon tampaknya akan mengajaknya mengobrol karena tidak ada hal lain untuk dilakukan.

“Jadi manager Do, apa kira-kira kita bisa bekerja sama secepatnya?” tanya Howon, Kyungsoo menoleh padanya.

“Ah, panggil aku Kyungsoo saja, haha. Sepertinya bisa, aku melihat tadi namamu diusulkan oleh timku.” Howon ikut tertawa, “Aku hanya bercanda. Baguslah, aku sebelumnya sudah pernah bekerja sama dengan Sehun, dia anak yang baik.”

“Iya, tapi banyak yang meragukannya karena usianya. Termasuk mereka,” Kyungsoo langsung mendapat dua tatapan tajam dari yang baru saja ditunjuknya. Howon tertawa lepas. “Dia adik kelasku di SMA, jadi aku tahu betapa jeniusnya anak itu.” Lanjut Kyungsoo kemudian.

Howon menganggukkan kepalanya setuju, Sehun memang boleh lebih muda, tapi kemampuannya tidak bisa diragukan. Kyungsoo dan Howon mengobrol lagi, lebih soal kehidupan sehari-hari, karena keduanya jelas tidak tertarik pada politik, dan Kyungsoo tidak pada sepakbola. Sementara itu Haeri ditarik Seonkyung ke kamar kedua yang diklaim milik Haeri kalau gadis itu menginap disana, dia bilang ada yang ingin dibicarakan.

“Memangnya apa sampai harus menjauh dari mereka?” tanya Haeri heran. Seonkyung menggeleng, “Kyungsoo.” Jawabnya singkat. Haeri mengerutkan keningnya, “Kenapa anak itu?”

Seonkyung menggeleng lagi sambil mendesah. Haeri hanya menghela nafas, mungkin Seonkyung belum siap bercerita, jadi Haeri membiarkannya dan malah mengambil ponselnya sambil berguling di tempat tidurnya. Dia mengecek email masuk dan saat membaca email ketiga yang diterimanya, Seonkyung baru bicara lagi.

Gadis itu ikut merebahkan dirinya disamping Haeri, lalu bicara, “Dia marah padaku karena Baekhyun.” Terdengar sangat frustasi, Haeri menutup ponselnya dan tampak tegang.

“Oh ya? Bagaimana?”

“Senin kemarin saat pengumuman Kyungsoo dipromosikan, dia menghampiriku dan menanyakan soal kepindahanmu. Aku menjawab seadanya dan dia malah bilang ‘kau cemburu ya’. Saat itu Kyungsoo memperhatikan dan dia langsung marah.

“Lalu dia tidak mengaktifkan ponselnya. Dan bilang kalau dia ingin sendiri. Demi apapun aku takut sekali waktu itu. Dan kau harus tahu kalau dia sangat mengerikan saat marah.”

“Kau tidak menyadari sesuatu?”

“Apa?”

Haeri menghela nafas. “Kau tahu kan Kyungsoo bukan tipe pencemburu.”

“Ya.. lalu?”

“Lalu bagaimana hal sekecil itu membuatnya marah sampai mematikan ponselnya? Dia sudah tahu Seonkyung, dia sudah tahu kau keluar dengan Baekhyun.”

Seonkyung terdiam, Haeri benar. Dia bodoh sekali sampai tidak menyadarinya. “Tapi yang penting kalian sudah berbaikan. Bagaimana ceritanya?”

Seonkyung pun menceritakan kejadian pagi tadi di ruang istirahat sampai ke bagian first kissnya. Haeri membelalakkan matanya. Dan kemudian gadis itu berteriak senang dan tertawa. Seonkyung hanya menggeleng.

“Sshh, kenapa kau ribut sekali sih.”

“Hahaha tidak, aku hanya terlalu senang. Selamat yaaaa, hahaha,”

Wajah Seonkyung memerah, “Sudah diam, berisik.”

Haeri tidak menurut dan terus saja tertawa. Dia terdiam ketika Seonkyung mengatakan sesuatu yang mengejutkan.

“Kau tahu siapa yang ada di tim inti manajer?”

Haeri menggeleng. Meski ruangannya bersebelahan, pekerjaan mereka lebih banyak sampai-sampai mereka dijuluki ‘The Invisible Team’ karena jarang ada yang bertemu mereka.

“Hongbin.”

“APA?!”

Seonkyung tertawa puas. Hoya Infinite mungkin tidak akan meluluhkan hatinya, tapi Hongbin, sampai kapanpun punya spot khusus di hati Haeri dan Seonkyung tahu itu.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan dan ya, Hongbin makin tampan.”

Seonkyung lalu bangkit karena rasanya tidak nyaman menggunakan pakaian kantor untuk berguling-guling di tempat tidur. “Kau, kapan Howon akan melamarmu?” ujarnya mengalihkan pembicaraan. Untungnya, Haeri langsung sadar.

“2 tahun lagi? Entahlah, kupikir kita belum cukup matang.”

“Belum cukup matang? Ayolah kalian butuh apalagi?! Tidak bosan pacaran terus? kalian sudah lebih dari 5 tahun!”

Haeri menggeleng, “Kau tahu idealnya laki-laki menikah setidaknya umur 25 tahun. Dan kita belum cukup mapan. Jadi aku bilang padanya untuk melamarku 2 tahun lagi saja.”

Seonkyung membelalakkan matanya. “Kau yang memintanya melamar 2 tahun lagi?! Yang benar saja?! Pantas saja Howon me-ups aku terlalu banyak bicara.”

“Howon kenapa?” Haeri penasaran. Seonkyung menggeleng keras. “Tidak tidak, aku tidak akan memberitahumu apapun! Dah!!” Seonkyung langsung berlari keluar kamar dikejar Haeri.

Kyungsoo dan Howon mengerutkan kening melihat dua orang barusan. Howon menggeleng sebentar lalu tertawa melihat Kyungsoo yang tampaknya tidak biasa.

"Ternyata mereka lebih gila ya kalau tidak di kantor."

Howon mengangguk dan tertawa. Dia lihat Haeri menghampirinya dan duduk tepat disebelahnya. Matanya mengisyaratkan kalau dia tidak senang.

"Apa yang kau beritahu pada Seonkyung yang aku tidak boleh tahu?"

Seonkyung menggeleng dan menyilangkan tangannya tinggi-tinggi. Haeri tidak boleh tahu. Tidak sekarang. Howon bergantian melirik Haeri dan Seonkyung. Senyum tipis terukir di bibirnya.

"Tidak ada, memangnya soal apa?" Balas Howon tenang. Seonkyung bernafas lega sementara Haeri tampak tidak senang. "Seonkyung, aku tidak bilang Haeri tidak boleh tahu kan?"

Seonkyung memutar matanya. “Aku tahu, tapi itu kan kejutan. Kau saja yang beritahu kalau begitu. Kyungsoo ayo pulang Junhong sudah mengirimiku pesan.” Kyungsoo menoleh. “Hmm? Benar pulang sekarang?”

“Iya. Ayo cepat.” Seonkyung sudah mulai memasuk-masukkan barangnya ke tas. Kyungsoo tak punya pilihan lain selain menuruti kata kekasihnya itu.

Waktu berlalu tanpa terasa, dan ini sudah satu bulan sejak Seonkyung dan Kyungsoo menjadi pasangan. Karena keduanya memang bukan tipe yang suka bertengkar, hubungan mereka sangat damai. Kyungsoo tidak pernah menuntut Seonkyung untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya dan itu benar-benar lebih dari cukup untuk Seonkyung. Tipe sempurnanya untuk seorang laki-laki impian berubah dari seorang pangeran berkuda putih menjadi Kyungsoo, yang tidak pernah absen membuatkannya makanan setiap hari.

Dan tahun ini berarti, karena dia sudah memiliki Kyungsoo, Seonkyung harap ulang tahun ke 25-nya akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Hari ini adalah seminggu sebelum hari ulang tahun Seonkyung, Kyungsoo tahu. Dia bahkan tahu sejak 2 tahun lalu, saat pertama kali Seonkyung merayakan ulang tahunnya di kantor, seusai jam kerja. Gadis itu tampak gelisah sejak awal minggu, bolak-balik melihat kalender, dan Kyungsoo tahu kenapa.

“Kau ingin apa untuk hadiah ulang tahun?” tanya Kyungsoo tiba-tiba, saat Seonkyung masuk untuk menaruh minuman pesanannya.

“Eh?” gadis itu tampak kaget, Kyungsoo tersenyum.

“Aku bingung harus memberikanmu apa, jadi aku tanya, apa yang kamu inginkan untuk hadiah ulang tahunmu?”

Seonkyung berusaha menyembunyikan perasaan bahagianya, tapi gagal. Kyungsoo lihat dia tersenyum sedikit sebelum bertanya balik. “Kau tahu ulang tahunku?”

“Tentu saja, 15 Juli kan.” Jawab Kyungsoo penuh percaya diri dan dia sangat puas melihat ekspresi senang Seonkyung. Gadis itu mengangguk, lalu terdiam. Dia menggeleng.

“Kenapa?”

“Aku tidak tahu aku ingin apa untuk ulangtahunku.”

Kyungsoo tertawa kecil. “Kalau begitu aku harus meminta bantuan Haeri.” Seonkyung mengangguk. “Ya, mungkin kau harus meminta bantuannya.”

Baru saja dibicarakan, Haeri menelpon Kyungsoo. Seonkyung sudah kembali ke mejanya barusan. Kyungsoo segera mengangkatnya.

“Yoboseyo Haeri,”

“Kyungsoo-yah! Dengarkan baik-baik. Kau pasti belum punya rencana untuk ulangtahun Seonkyung? Bagus, jadi saranku adalah, beri Seonkyung kejutan seperti di fanfiction.”

“Tapi aku tidak pernah membaca fanfiction..”

“Makanya, cek emailmu setelah ini. Karena ulangtahun Seonkyung Sabtu, bersenang-senanglah, kita akan merayakan bersama dengan ulangtahunku keesokan harinya.”

“Oh iya ulangtahun kalian berbeda sehari ya..”

“Yup. Sweater baru sebagai kadoku tak masalah?”

Kyungsoo tertawa, “Siapa yang akan memberimu hadiah?”

“Jadi tidak? Padahal aku sudah memberimu saran.” Haeri terdengar sedih dan Kyungsoo tertawa lagi. “Baiklah cerewet, terimakasih.” “Anytime. Bye!” dan dengan itu sambungan telepon putus.

Seperti yang diinstruksikan, Kyungsoo membuka emailnya dan melihat pesan Haeri. Dia melihat tumpukan laporan yang harus dia proses sebelum diserahkan ke atasannya dan menghela nafas. Sepertinya fanfiction bisa menunggu, pikirnya lalu beralih untuk mengerjakan pekerjaannya.

3 hari kemudian..

“Seonkyung, aku menjemputmu dalam 15 menit.”

“Baiklah, jangan sampai Haeri tahu!” Howon mengiyakan lalu telepon berakhir. Seonkyung mengecek jam dan menengok ke arah ruangan Kyungsoo. Laki-laki itu baru saja keluar dan sekarang menghampirinya.

“Seonkyung-ah? Aku ada perlu hari ini jadi kita tidak bisa pulang bersama. Apa tidak apa-apa?” tanya Kyungsoo gugup. Seonkyung mendongak.

“Tidak apa-apa, memangnya perlu apa?”

“Uhh.. sepupuku di luar kota sakit, jadi aku harus segera kesana. Tidak apa-apa kan? Pekerjaanmu masih banyak?”

“Oh baiklah, aku sudah selesai kok. Aku akan meminta Junhong menjemputku kalau begitu.” Kyungsoo tampak lega, dia menggenggam tangan Seonkyung erat sebelum tersenyum lalu pamit. Dia tampak sangat buru-buru dan Seonkyung tidak menaruh kecurigaan apapun padanya.

Beberapa menit kemudian, Seonkyung sudah berada dalam mobil Howon. Mereka berdua menuju Myeongdong, dimana pertokoan dan Mall berjajar rapih untuk mencarikan Haeri kado. Kebetulan yang aneh, Haeri dan Seonkyung hanya berbeda satu hari. Jadi mereka suka merayakan ulangtahun bersama.

Tak lama mereka sampai di kawasan Myeongdong. Howon dan Seonkyung berjalan bersebelahan dan masuk ke sebuah toko baju.

“Kau pikir Haeri akan suka baju? Dia sudah punya banyak sekali yang seperti ini.” ujar Seonkyung sambil melihat salah satu baju disana. Howon juga menghela nafas, Seonkyung benar. “Jadi kita harus memberi apa?”

Seonkyung hanya mengedikkan bahu. Mereka keluar dari toko tersebut, bingung ingin memberi apa untuk Haeri. Toko baju dicoret dari daftar karena Haeri itu seleranya aneh dan sangat pemilih. Jadi mereka memutuskan untuk mencari yang lain.

Setelah beberapa toko, mata Seonkyung berbinar saat melihat album Park Hyo Shin dipajang di etalase depan toko musik. Dengan heboh Seonkyung menggoyangkan tangan Howon.

“Album Park Hyo Shin!! Aku tahu dia belum punya yang ini! ayo masuk!” serunya menarik tangan Howon. Dia mengerutkan kening, mengingat apakah Haeri memang belum punya album berjudul Second Story itu. Akhirnya mereka keluar dengan sebuah album kedua Park Hyo Shin dan sebuah kotak musik antik. Keduanya berjalan lagi, ingin mencari tempat makan yang enak. Tapi saat melewati sebuah toko perhiasan, Seonkyung berhenti. Dia mengerutkan kening.

“Seonkyung-ah?” panggil Howon saat menyadari kalau Seonkyung tidak mendengarkan ucapannya. Seonkyung masih terdiam ditempat, melihat sesuatu. Howon mengerutkan kening.

“Apa yang kau li-“ Howon terdiam juga. Itu Kyungsoo dan Haeri sedang tertawa bersama mencoba sebuah cincin. Mereka tampak senang, dan Seonkyung terdiam dengan semua kemungkinan terbayang di kepalanya.

Mungkin mereka hanya pergi bersama. Mungkin mereka hanya ingin membeli sebuah cincin.. Mungkin mereka sudah lama dekat. Mungkin mereka mengkhianati aku dan Howon dibelakang kami.

Tapi tadi Kyungsoo bilang dia ke luar kota kan?

“Ayo pergi.” Howon menarik tangan Seonkyung pergi darisana. Jelas-jelas pemandangan tadi benar-benar menurunkan mood mereka yang memang sangat mudah turun (mereka berdua AB). Tapi makan tetap nomer satu. Jadi mereka berdua memesan makanan dan diam lagi.

“Tadi Haeri bilang, dia akan menjenguk sepupunya.”

“Kyungsoo bilang dia menjenguk sepupunya juga di luar kota.”

Keduanya menghela nafas. “Kau tahu kemungkinan mereka berselingkuh di belakang kita itu hampir tidak ada.” Howon memulai. Seonkyung terdiam, dia bingung merasakan apa. Marah, kecewa, kesal, dan bingung bercampur jadi satu. Tapi Howon ada benarnya.

“Tapi untuk apa mereka berbohong? Untuk apa mereka berbohong untuk pergi bersama?”

Howon mengangkat bahu, mulai makan. Seonkyung mengikutinya. Mereka berdua tidak bisa berpikir jernih sebenarnya, berbagai prasangka ditujukan pada kekasih mereka sendiri. Apa yang mereka lakukan sebenarnya? Tapi untuk sekarang, mereka tidak peduli apapun selain makanan di hadapan mereka saat ini.

“Seonkyung, aku tidak tahu pendapatmu, tapi berdasarkan pengalamanku, jangan menuduh mereka dulu. Mereka pasti punya penjelasannya.” Howon memulai setelah mereka selesai makan. “Lalu apa? Kalau ternyata mereka berselingkuh kau mau apa?”

Howon mengangkat bahu. “Aku tidak percaya mereka berselingkuh, lihat saja nanti.” Seonkyung hanya memutarkan matanya, dia punya keyakinan darimana? Tapi memang tidak mungkin. Haeri bahkan tidak melirik Baekhyun jadi kenapa Kyungsoo? Dia bahkan tidak akan meninggalkan Howon untuk Hoya Infinite jadi alasan mereka apa?

“Telpon Kyungsoo sekarang, tanya dia dimana.”

Seonkyung melirik ponselnya dan menurut. Dia melihat Kyungsoo baru saja memasuki restoran yang sama dengan mereka. Sementara itu Haeri sudah menempati kursi dan melihat sesuatu di sebuah kotak dan tersenyum.

Howon mengerutkan kening, dia melihat Seonkyung sudah menempelkan ponselnya ditelinga, dan dia lihat Haeri kelabakan, dia menyerahkan ponsel Kyungsoo yang tergeletak di meja pada pemiliknya.

“Kyung, kau dimana?”

“Uh, masih dijalan..” Kyungsoo tampak gugup, Seonkyung menahan amarahnya. “Masih dijalan huh? Sendiri?”

Kali ini Kyungsoo melihat ke sekeliling, dia sudah tampak tidak nyaman dan melirik Haeri yang tampaknya santai-santai saja, memainkan ponselnya. “Tentu saja, mau bersama siapa lagi?”

Seonkyung menggeleng, dan Howon menangkap maksudnya. Dia menunjuk meja Haeri dan Kyungsoo lalu mengangguk. Seonkyung yang mengerti maksudnya mengikuti Howon yang pindah kesana, menghampiri Haeri. “Kalau tidak keberatan, kau mungkin mau melihat ke mejamu.”

Telepon putus dan Kyungsoo langsung menoleh ke meja dia dan Haeri. Seonkyung melambaikan tangan padanya, wajahnya datar. Haeri tampak kaget dan Howon ada disebelahnya. Matilah aku, batin Kyungsoo. Dia ragu-ragu mengangkat pesanannya ke meja, tapi akhirnya dia memberanikan diri juga.

“Dijalan? Sendiri? Sebaiknya kau punya alasan bagus Manajer Do.” Ujar Seonkyung dingin. Haeri berdiri diikuti Howon, mereka menjauh dari sana dan memilih untuk keluar. Sementara itu Kyungsoo menelan ludahnya. Dia tahu dia tidak seharusnya berbohong.

“Dengar Seonkyung, aku minta maaf sudah membohongimu. Tapi ini tidak seperti yang kau pikirkan, sama sekali bukan begitu.”

Seonkyung diam, dia melihat ponsel Kyungsoo dan merasa lebih nyaman melihat kesana. Kyungsoo menghela nafas, dia merasa bersalah sekarang. Saat melihat keluar, dia lihat Howon dan Haeri sudah berbaikan. Cepat sekali, pasti mereka sudah sering menghadapi situasi seperti ini, sedangkan Kyungsoo?

“Seonkyung-ah..” Kyungsoo meraih tangan Seonkyung dan membuatnya menatap kearahnya. “Kenapa kau harus berbohong?” Seonkyung memotong Kyungsoo. Dia menatap mata laki-laki itu tanpa takut. “Kalau ini tidak seperti yang aku pikir, lalu kenapa kau harus berbohong?”

Haeri dan Howon sudah kembali. Tapi mereka heran dengan tegangnya situasi diantara Kyungsoo dan Seonkyung. Sepertinya mereka lambat dalam berbaikan. “Tsk, Kyung, kau pasti belum menjelaskannya. Seonkyung, dengar, aku dan Kyungsoo hanya-“

“Kau tidak perlu menjelaskan apapun. Aku bertanya pada Do Kyungsoo.”

Haeri terdiam. “Jangan kekanakkan.”

“Kau yang kekanakkan, sejak kapan aku bilang aku suka dibohongi?”

“Memangnya siapa yang suka dibohongi? Baiklah, aku minta maaf, aku tidak bermaksud membohongimu dan percayalah aku tidak melakukan apapun yang kau pikirkan. Sebaiknya aku dan Howon pergi.” Haeri tersenyum kecil dan mengambil barang-barangnya lalu pergi.

Kyungsoo menatap Haeri dan Howon yang pergi begitu saja seperti meminta pertolongan. Bagaimana mereka bisa pergi begitu saja?! Tolong aku! Teriaknya dalam hati. Dia dengan takut menatap Seonkyung dan mengambil nafas dalam. Ternyata dia lebih menakutkan kalau marah.

“Ulang tahunmu.. sebentar lagi kan?”

“Lalu apa?”

Kyungsoo menunduk. Ini harusnya jadi kejutan, kenapa rencananya gagal?! Ah, dia jadi harus mengubah semuanya sekarang.

“Aku berbohong karena aku ingin membelikanmu hadiah. Karena aku tidak tahu harus memberimu apa, aku meminta tolong pada Haeri. Kau sendiri kan yang bilang untuk meminta tolong padanya?”

Pandangan Seonkyung melunak, dia jadi tidak enak sudah menuduh Kyungsoo dan Haeri. Gadis bodoh itu, tentu saja, bagaimana bisa dia menuduh sahabatnya sendiri yang tidak-tidak?

“Tapi kau tidak perlu berbohong kan?”

“Jadi untuk apa aku menyiapkan- ini semua harusnya jadi kejutan, Seonkyung.” Kyungsoo menghela nafas dan mengambil kotak perhiasan yang ditinggalkan Haeri di meja. Persetan dengan rencana romantisnya seperti di fanfiction. Dia membuka kotak itu dan sebuah kalung perak dengan bandul berlian kecil menyapa pandangan Seonkyung.

“Haeri bilang ini akan seperti di fanfiction,” Kyungsoo mengambil nafas, “Tapi sudahlah, apa bedanya, aku akan memberikan ini padamu pada akhirnya.” Seonkyung terdiam. Matanya berbinar melihat kalung itu dan dia jadi merasa malu dan bersalah karena dia menuduh yang tidak-tidak. Howon benar.

APA ITU BERLIAN ASLI?! YA TUHAN AKU PASTI BERMIMPI! Batin Seonkyung berteriak girang. Well, ini pasti akan menjadi kejutan yang hebat jika tidak seperti sekarang. Uh, kau bodoh Seonkyung! Batinnya lagi. Dia beralih menatap Kyungsoo yang tampak gugup. Dia menutup kotak itu dan tersenyum kaku.

“Aku minta maaf sudah menuduhmu.”

Kyungsoo tersenyum, “Aku minta maaf untuk membohongimu. Tapi.. kau dan Howon?”

“Alasan yang sama, hadiah untuk Haeri. Aku ingin memberitahumu tadi tapi kau buru-buru.” Seonkyung buru-buru menjelaskan. Sedetik kemudian mereka terdiam, lalu tertawa bersama. “Kau tahu, ini konyol.” Ujar Kyungsoo tertawa kecil, Seonkyung mengangguk. “Pantas saja mereka cepat sekali berbaikan.”

Dan mereka yang dibicarakan itu tiba-tiba datang lagi. Melihat wajah keduanya yang lebih ringan, Haeri nyengir sebelum bilang, “Aku datang untuk makananku.” Dan akhirnya mereka berempat duduk bersama membicarakan kekonyolan mereka.

Sabtu datang, Kyungsoo dengan terburu-buru mengecek email dan mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai. Acara malam ini jadi berubah sedikit, harusnya kalung itu diberikan setelah makan malam, tapi karena insiden kemarin Kyungsoo harus memutar otak dan mengganti kejutannya. Harusnya ini sempurna, tidak ada yang bisa mengacaukan ini lagi. Kyungsoo lalu membereskan rumahnya (yang sudah rapih itu) dan melihat jam. Masih banyak waktu sampai Seonkyung datang kesana.

Sementara itu Seonkyung sibuk membalas pesan teman-temannya di SNS yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Dan itu terus berlanjut sampai Junhong menariknya keluar, dan ternyata keluarganya sudah menunggunya dibawah, dengan kue ulangtahun yang dihiasi dengan lilin seperti kembang api disekelilingnya. Tuan Bang dan Junhong seperti biasa, menyanyikan ‘selamat ulangtahun’ versi rap yang dibuat mereka sendiri, dan Seonkyung tersenyum senang. Tradisi keluarga Bang selanjutnya adalah, mereka akan mengolesi wajah yang ulangtahun dengan krim dari kue tersebut, dan tidak boleh dibalas. Seonkyung tertawa setelah dia meniup lilinnya dan mereka mulai mengolesi wajahnya dengan krim.

Selesai merayakan ulangtahunnya dengan keluarganya, Seonkyung kembali sibuk.. memilih baju untuk digunakan nanti! Haeri datang tak lama setelah dikirimi pesan. Gadis itu secara harfiah mengeluarkan semua isi lemari Seonkyung dan berdecak ketika tak ada satupun baju yang menurutnya pantas.

“Kau ini jangan terlalu pelit pada diri sendiri, sekali-kali beli dress kan tidak akan rugi! Sekarang kalau ada acara seperti ini lagi kau mau bagaimana?!”

Seonkyung mengerang, dia berguling di tempat tidurnya. “Lalu sekarang bagaimana?”

“Eh, aku lupa, bukannya Kyungsoo memberikanmu kado? Kau belum membukanya?” Haeri duduk di bawah, mencari hadiah dari Kyungsoo. Seonkyung bangkit. “Belum, kan kupikir aku bisa membukanya nanti setelah aku pulang darisana.”

“Aish, kau ini lugu atau bagaimana sih, kau ingat ff ‘Surprise?!’”

Seonkyung tampak berpikir sebentar. “Yang tentang ulangtahun itu?”

“Yup! Kau ingat tokoh OC nya? Dia kan diberi hadiah sebelum makan malam bersama D.O, dan itu adalah dress yang harus dia pakai! Bagaimana kalau ini hal yang sama?!”

“Oh?” Seonkyung tampak tak percaya, tapi dia tetap bangkit dan mencari kadonya yang dia simpan di bawah mejanya. Dengan tak sabar dia mulai membuka kotak kado itu dan terkejut karena perkiraan Haeri benar. Kotak itu jatuh ke lantai sementara isinya, ditangan Seonkyung.

Sebuah dress polos berwarna ungu dengan panjang selutut tapi tidak berlengan. Simple, tapi tepat sasaran dengan selera Seonkyung. Haeri tertawa kecil melihat Seonkyung yang kaget sampai tak bisa berbicara apa-apa.

“DO KYUNGSOO TAHU DARIMANA HAL SEPERTI INI?!”

Tentu saja dari sumber terpercaya, aku, batin Haeri dengan bangga. “Sudah cepat siap-siap, kita tak punya waktu banyak untuk mengurus rambut panjangmu.” Ujar Haeri sambil menarik rambut Seonkyung.

“Ya! Sakit! Baiklaaah, aku titip dia ya!” Seonkyung menaruh dress itu dengan hati-hati lalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Haeri hanya menggelengkan kepalanya dan membereskan kembali lemari Seonkyung.

Kyungsoo menjemputnya tepat waktu, dan dia tampak terkejut sekaligus senang saat melihat Seonkyung memakai dress nya. Seonkyung berpamitan pada keluarganya dan baru sadar kalau Haeri sudah tidak ada disana.

“Siap?” tanya Kyungsoo mengalihkan perhatiannya. Seonkyung mengangguk dan tersenyum, menyambut tangan Kyungsoo dan mereka segera menuju apartemen Kyungsoo.

Begitu sampai, Seonkyung harus menenangkan jantungnya yang berdebar tak karuan. Kyungsoo tampak.. tampan tak seperti hari-hari biasa. Kali ini dia memakai kemeja kotak-kotak beraksen polkadot. Rambutnya disisir ke belakang, hampir seperti saat dia pergi bekerja, tapi kali ini dia menyisirnya ke kiri (iya Seonkyung memperhatikan sampai sana).

Kyungsoo membukakan pintu apartemennya yang tidak bisa dibilang kecil itu. Seonkyung menatap seisi ruangan dengan mata berbinar kagum. Rapih sekali!! Sofa putihnya berhadapan dengan televisi berukuran 40 inch dan rak berisi buku menghiasi salah satu sudut ruangan. Ah, Seonkyung tidak berani membandingkan kamarnya dengan kamar Kyungsoo, sudah pasti kalah. Kyungsoo tersenyum dan meraih tangannya, “Makan malamnya di sebelah sini.”

Seonkyung menurut dan membiarkan Kyungsoo menuntunnya. Mereka masuk ke ruangan makan yang gelap, dan dihiasi oleh lilin. Bunga segar dalam vas berada ditengah. Seonkyung rasa ingin pingsan saking senangnya.

JANGAN BILANG INI CANDLE-LIGHT DINNER!!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kimxgyu #1
di-subscribe dulu yah, lagi sibuk soalnya jd belom bisa baca :D fighting authornim!!
kimxgyu #2
di-subscribe dulu yah