Chapter 3

Of Americano, Fanfictions and Reality

Seonkyung dan Kyungsoo keluar dari teater dengan perasaan senang, excited, dan malu. Well, malu itu hanya untuk Kyungsoo karena dia malah disalah sangka ingin meminta minum. Tapi sepertinya itu lebih baik daripada benar-benar ketahuan memperhatikannya. Gadis ini.. kenapa dia tidak sadar juga?

Kyungsoo kaget saat tiba-tiba Seonkyung berdiri di depannya dengan wajah sangat senang.

“Filmnya bagus ya! Kau tahu, kukira tadi itu film horror!” serunya excited. Kyungsoo tersenyum. “Memangnya kalau film horror kenapa? Kau takut?”

Seonkyung menggeleng, “Memangnya aku Haeri! Hahaha, kukira kau yang akan takut.”

Kyungsoo ikut tertawa. “Kita langsung pulang?” Tanya Seonkyung, dengan nada yang menyiratkan keinginannya untuk tidak pulang. Menyadari ini, Kyungsoo ingin tersenyum.

“Tidak, ayo kita jalan-jalan saja.” Ajak Kyungsoo. Dan benar saja, mata Seonkyung langsung berbinar senang.

.

Sebenarnya, ini sudah lama sekali ditunggu-tunggu oleh Kyungsoo. Dia sudah menyukai Seonkyung semenjak mejanya berada di samping gadis itu, dan itu berarti sejak pertama dia masuk kantor itu 2 tahun yang lalu. Kyungsoo tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya atau menunjukkannya. Dia takut kalau dia tidak sesuai dengan kriteria Seonkyung. Karena gadis itu sepertinya menyukai pria yang romantis, seperti yang ada di cerita-cerita fiksi yang selalu dibacanya.

Kyungsoo tahu semua kebiasaan gadis itu. Membaca fanfiction, telat mengumpulkan laporan, mendengarkan musik keras-keras, tidur ditengah-tengah meeting, dan lain-lainnya. Dia tahu Seonkyung suka Americano, dan dia tahu kalau gadis itu menyukai karyawan baru yang berada dua meja darinya, Byun Baekhyun.

.

Keduanya memasuki Nature Republic, karena EXO, boyband favorit Seonkyung menjadi brand ambassadornya. Seonkyung menarik tangan Kyungsoo saat melihat jajaran pelembab wajah. Seorang pramuniaga tersenyum melihat mereka.

“Ada yang bisa saya bantu?”

“Apa pelembab ini bisa untuk laki-laki?” Tanya Seonkyung. Dia ingat kalau Junhong adiknya itu sangat membutuhkan pelembab (dan dia akan memaksanya untuk memakainya meski adiknya itu tidak mau). Pramuniaga itu tersenyum penuh arti pada Kyungsoo yang balas menatapnya dengan bingung.

“Tentu saja, anda mau mencobanya? Ini bisa digunakan untuk laki-laki dan perempuan.” Pramuniaga itu membukakan salah satu testernya dan menyodorkannya pada Seonkyung. Seonkyung melihat Kyungsoo yang masih bengong.

“Baiklah.. kita coba, disini!” Seonkyung dengan sengaja menaruh krim itu di hidung Kyungsoo. Dia langsung tertawa melihat Kyungsoo yang kaget. “Yah!” ujarnya mencoba menghapus pelembab itu dari hidungnya. Seonkyung langsung menahan tangannya.

“Ehh.. jangan dihapus! Kau harus mencobanya karena aku tidak membawa adikku kesini. Jadi kupikir kalian sama saja.” Ujar Seonkyung sambil meratakan pelembab itu ke hidung Kyungsoo. Dia juga memakaikannya pada dahi Kyungsoo dengan hati-hati.

Kyungsoo terdiam melihat wajah serius Seonkyung yang berada sangat dekat dengan wajahnya. Kyungsoo tersenyum saat sebuah ide terlintas di kepalanya. Dia juga ikut mencoreng muka Seonkyung dengan pelembab itu. Rasanya puas melihat wajah kesal Seonkyung. Dia langsung tertawa.

“Yah Do Kyungsoo! Kau mau balas dendam?!” ujar Seonkyung sambil melotot kearahnya. Kyungsoo tertawa sambil meratakan pelembab itu juga dengan hati-hati ke pipi Seonkyung lalu mengakhirinya dengan mencubitnya.

“Aish! Apa yang kau lakukan?!” Seonkyung tak terima pipinya dicubit Kyungsoo, laki-laki itu masih tertawa lalu mengelus pipi Seonkyung lagi. “Maaf maaf, aku kan hanya bercanda.”

Seonkyung mempoutkan bibirnya. “Jadi bagaimana rasanya? Enak?” Kyungsoo mengerutkan kening, oh, pelembab. Dia mengangguk.

“Hmm, baiklah, aku mau ini dua.” Ujar Seonkyung, pramuniaga itu tersenyum.

“Baiklah, ada lagi?”

Seonkyung baru menggeleng saat Kyungsoo menarik tangannya menuju bagian lain dari toko itu. Pramuniaga itu tersenyum sambil mengangguk, memaklumi pasangan itu.

.

Kyungsoo kesal kalau mengingat Baekhyun. Laki-laki itu berhasil merebut hati Seonkyung hanya dengan secup Americano hangat saat Seonkyung sedang lembur bersamanya. Well, sebenarnya bukan itu saja, Baekhyun bersedia menunggu Seonkyung lalu mengantarkannya pulang. Entah apa yang ada dipikiran Baekhyun saat itu, tapi dia benar-benar melakukannya.

Kesal karena dia tidak berani melakukan itu, Kyungsoo hampir menyerah. Padahal itu hal yang simple. Dia kemudian menyadari perubahan Seonkyung setiap dekat Baekhyun, sampai dia mendengar percakapan Seonkyung dan Haeri, memastikan kecurigaannya kalau Seonkyung menyukai Baekhyun.

.

Keduanya keluar dari Nature Republic dan masuk ke Ivy Club. Lagi-lagi, karena EXO menjadi bintang iklannya. Seonkyung menarik Kyungsoo ke jajaran blazer berwarna-warni yang di gantung rapih. Kyungsoo tertawa melihat Seonkyung menempelkan sebuah blazer ke tubuhnya lalu membuat wajah aneh.

“Aku akan terlihat tua memakai itu.” Ujarnya, Kyungsoo diam tidak mau menyetujuinya. Mereka melihat-lihat lagi dan Seonkyung tertarik saat melihat salah satu blazer putih berlengan hitam. Dia membawanya ke depan cermin.

“Menurutmu ini bagus?” Kyungsoo menoleh pada Seonkyung dan menghampirinya.

“Hmm, coba saja dulu.”

Seonkyung menuruti kata Kyungsoo lalu mencobanya. Blazer itu pas sekali untuknya, Kyungsoo tersenyum melihat bayangan Seonkyung di cermin. Benar-benar bagus.

“Bagus, kau bahkan bisa memakainya ke kantor.” Ujar Kyungsoo jujur. Seonkyung tersenyum dan mengangguk. “Aku mau ini.”

“Ya sudah lepas dulu.. masa kau akan memakainya sekarang juga?” canda Kyungsoo. Seonkyung tertawa kecil. “Aku juga baru mau melepaskannya!”

Seorang pramuniaga tak jauh dari sana tersenyum melihat itu lalu menghampiri mereka.

“Ada yang bisa saya bantu?”

Keduanya menatap pramuniaga itu bersamaan. Pramuniaga itu melihat blazer yang dibawa Seonkyung lalu melihat Kyungsoo dan tersenyum. “Kalian couple ya? Untuk laki-lakinya, bisa memakai ini.” pegawai itu menunjukkan blazer senada untuk laki-laki.

“Woaah, kita bisa memakainya bersama!” ujar Seonkyung excited sambil mengambil blazer itu dari tangan si pramuniaga, dan menempelkannya ke tubuh Kyungsoo. “Begitukah?” Kyungsoo masih bingung, meski sebenarnya ia senang dengan ide ‘blazer couple’ ini. Sepertinya tidak buruk, dan blazer itu juga bagus, dia suka meski warnanya tidak semua hitam.

Seonkyung mengangguk cepat. Dia tampak senang sekali, matanya berbinar cerah sampai Kyungsoo langsung saja mengatakan “Baiklah, aku ambil ini.”

Pramuniaga itu mengangguk sambil tersenyum, membiarkan pasangan itu mengelilingi toko. Dia lihat keduanya menghampiri bagian kemeja.

Seonkyung tidak tertarik dengan kemeja, itu Kyungsoo yang menariknya. Dia sepertinya tertarik pada sebuah kemeja berwarna navy blue dengan aksen kotak-kotak di punggung atas dan atas saku depan. Dia menempelkannya ke tubuhnya dan melihat pada Seonkyung.

“Ini bagus?”

Seonkyung terdiam, sepertinya itu akan sangat bagus di Kyungsoo. “Bagus, kau mau mencobanya dulu? Aku tunggu disini.” Ujar Seonkyung, Kyungsoo mengangguk lalu pergi ke kamar pas.

.

Dia teringat lagi pada Baekhyun. Kyungsoo kira, Baekhyun menyukai Seonkyung, tapi dugaannya itu salah ketika dia melihat Baekhyun memperhatikan Haeri, dan dia juga lebih sering mengajak Haeri mengobrol dibanding Seonkyung. Kyungsoo merasa kasihan pada keduanya. Pada Baekhyun karena dia sudah tahu kalau Haeri memiliki pacar, pada Seonkyung karena tidak tahu kalau Baekhyun menyukai sahabatnya sendiri.

Yang membuatnya lebih kesal lagi, dia masih juga tidak berani mengungkapkan perasaannya pada Seonkyung. Dia kesal pada dirinya sendiri karena menjadi pengecut. Dia tidak tega melihat Seonkyung yang setiap hari selalu memperhatikan Baekhyun tanpa tahu apa yang sebenarnya laki-laki itu rasakan. Dia tidak terima kalau Seonkyung harus merasa sakit hati. Tapi Kyungsoo tidak berbuat apa-apa.

.

Keduanya akhirnya keluar dari Ivy Club dan memutuskan untuk mencari tempat makan karena lapar. Akhirnya Kyungsoo dan Seonkyung memutuskan untuk makan pasta. Keduanya memesan hal yang sama lalu mengobrol.

“Aku tidak menyangka kau juga suka belanja.” Ujar Seonkyung pada Kyungsoo. Laki-laki itu hanya tersenyum lebar. “Habis ini kita kemana?” Seonkyung mengecek jam, baru jam 4 sore.

“…Belanja lagi? Masih ada barang yang harus kubeli.”

“Haha baiklah Tukang Belanja! Aku juga jadi ingat harus membeli sesuatu.”

Kyungsoo tertawa mendengar sebutan ‘Tukang Belanja’. Pesanan mereka kemudian datang dan mata Seonkyung berbinar melihatnya.

“Mari makan!!” ujar Seonkyung langsung memutar spageti itu dengan garpunya. Kyungsoo hanya memandangnya, dan Seonkyung langsung ingat. “Oh iya doa! Hehe.” Kyungsoo tersenyum melihat tingkah Seonkyung, lalu mereka berdoa dulu sebelum makan.

Seonkyung langsung makan sambil mengecek pesan dari Haeri. Dia meminta selca mereka berdua. Apa dia gila?! Bagaimana aku akan meminta Kyungsoo melakukan selca denganku?!! Seonkyung menatap cemas pada Kyungsoo yang juga mengecek ponselnya. Dia lihat wajah Kyungsoo berkerut aneh lalu menatapnya. Mereka berdua kaget dengan kontak mata yang barusan terjadi.

“Uh..” keduanya mulai bersamaan.

“Kau dulu.” Ujar keduanya lagi bersamaan.

“Kau saja.” Kyungsoo cepat-cepat bicara, Seonkyung menghela nafas. “Haeri..”

“Dia meminta selca juga?!” Tanya Kyungsoo tiba-tiba. Seonkyung mengangguk, sementara Kyungsoo geleng-geleng kepala. “Kalau tidak mau, kit-“ “Cuma selca saja kan? Ayo.” Kyungsoo memotong perkataan Seonkyung. Seonkyung kaget dan menatap Kyungsoo tak percaya.

“B-baiklah,” ujar Seonkyung akhirnya, dia tidak boleh melamun berlama-lama. Dia mulai mengangkat ponselnya untuk mengambil selca. “Say ‘aaahh’”

“Aaaahh,” ujar keduanya sambil tertawa, atmosfirnya berubah jadi menyenangkan.

“Sekarang giliranku.” Ujar Kyungsoo, Seonkyung ingin protes, bukankah kalau dia sudah mengirimnya, Kyungsoo tidak perlu lagi? Tapi karena Kyungsoo sudah mengangkat ponselnya sambil tersenyum di kamera, dia juga jadi ikutan tersenyum, dan itu selca kedua mereka hari ini.

Keduanya akhirnya makan dengan tenang setelah mengirimkan selca mereka pada Haeri. Suasananya jadi tidak begitu canggung.

“Eh Kyungsoo, aku dengar kau suka memasak? Benarkah?” Tanya Seonkyung penasaran. Dia bisa lihat Kyungsoo jadi kaku.

“Itu.. benar..”

Kyungsoo mengira dia akan ditertawakan, tapi yang dia dapat jauh dari apa yang dia bayangkan.

“Benarkah?! Aku suka laki-laki yang bisa memasak!!” ujar Seonkyung semangat. Kyungsoo makin kaget, sementara Seonkyung langsung menutup mulutnya karena malu.

“M-maksudku, aku kagum! Karena aku sendiri tidak begitu pintar memasak.” Ralat Seonkyung secepat kilat. Dia lihat Kyungsoo tersenyum, tidak kaku lagi.

“Aku yakin aku tidak lebih pintar darimu.”

“Aku tidak yakin.. haha, ngomong-ngomong, apa masakan andalanmu?”

“Spageti kimchi? Sepupuku bilang begitu tapi sepertinya dia berlebihan.”

“Aku jadi penasaran ingin mencobanya…”

“Kau mau? Aku bisa membuatkannya untukmu.”

“Memangnya tidak akan merepotkan?”

“Tidak. Kalau kau mau, besok akan aku buatkan untukmu dan Haeri sebagai bekal makan siang.”

“Woahh.. kau tak usah repot repot!” Seonkyung jadi tidak enak. “Ini tidak merepotkan.” Ujar Kyungsoo sambil tersenyum. Seonkyung jadi ikut tersenyum.

“Kau ini benar-benar aneh Kyungsoo.”

“Aneh?”

Seonkyung menutup mulutnya lalu menggeleng cepat, padahal dia kan berbicara pelan, tapi sepertinya Kyungsoo mendengarnya. “Baik!! Maksudku baik!” ralat Seonkyung heboh. Kyungsoo tersenyum karena dia yakin dia tidak salah dengar. Tapi dia membiarkannya.

.

Ternyata pergi dengan Seonkyung menyenangkan. Lalu kenapa waktu itu keduanya berwajah muram? Bukankah Seonkyung terlihat senang sekali saat Baekhyun menghampirinya, mengajaknya makan siang bersama. Oh ya, keduanya patah hati disaat bersamaan. Kyungsoo hampir tersenyum mengingatnya. Padahal dia yang sakit hati duluan, ketika Baekhyun dengan santainya menawarkan tangannya. Dia ingin sekali menjadi Baekhyun, dan merasa kesempatannya sudah tidak ada saat Seonkyung digandeng lelaki itu.

Tapi kan.. Baekhyun menyukai Haeri? Pikir Kyungsoo waktu itu. Dia ingat hari sebelumnya, Baekhyun bilang kalau dia meminta bantuan. Kyungsoo langsung mengerti bantuan apa yang dimaksud Baekhyun, ketika laki-laki penggemar eyeliner itu berhenti bicara saat melihat Haeri. Kyungsoo masih terus memperhatikan mereka dan merasa kesal pada Haeri yang membicarakan Baekhyun. Dia tanpa sadar menatap sinis pada mereka karena kesal, sampai Seonkyung menatap balik kearahnya.

.

Kyungsoo dan Seonkyung masuk ke sebuah toko arloji. Kali ini atas pilihan Kyungsoo. Laki-laki itu menarik Seonkyung ke jajaran jam untuk perempuan. Kening Seonkyung berkerut. Jangan-jangan ini untukku?

“Ini untuk siapa Kyungsoo?” Tanya Seonkyung ragu. Untukku kan?

“Hmm? Untuk temanku..” jawabnya sambil tetap melihat-lihat jajaran jam didepannya. Kyungsoo hampir tersenyum saat melihat Seonkyung kecewa, mungkin dia cemburu?

“Kupikir ukurannya sama denganmu.. menurutmu ini bagus?” Kyungsoo menunjuk sebuah jam berwarna silver dibagian pergelangan, dan hitam di bagian jamnya. Desainnya sederhana tapi elegan. Seonkyung menatap jam itu dengan penuh kekaguman. Kau yakin itu bukan untukku? Kenapa itu bukan untukku saja, batinnya memelas. Seonkyung mengangguk lemas, dia sedikit, eh, sangat kecewa karena jam itu bukan untuknya.

Seonkyung melihat-lihat jam lain sambil mengutuk siapapun ‘teman’ Kyungsoo itu. Dia dikagetkan Kyungsoo yang tiba-tiba menarik pelan pergelangan tangannya. Dengan tenang Kyungsoo memakaikan jam itu di tangannya. Jam itu benar-benar pas untuknya. Seonkyung makin kesal karena jam itu bukan untuknya.

Atau jangan-jangan, itu benar-benar untukku? Apa Kyungsoo berpura-pura bilang kalau itu untuk temannya agar aku cemburu? Seonkyung tiba-tiba tertawa karena pemikirannya ini. Kyungsoo menatap Seonkyung heran. “Benar kan? Bagus?” tanyanya memastikan. Seonkyung mengangguk senang. Kyungsoo melepaskan jam itu dari tangan Seonkyung dan berkata, “Aku ambil ini.”

Kyungsoo melihat Seonkyung yang tiba-tiba tersenyum. Kenapa dia? Tadi kan sepertinya dia sedih.. kenapa sekarang tidak? Apa rencanaku akan berhasil seperti ini? batin Kyungsoo sambil membayar jam itu. Seonkyung melirik dan kaget melihat harganya yang tidak bisa dibilang murah, tapi tidak mahal sekali. Dia akan sangat kecewa kalau jam itu sampai tidak untuknya.

Siapa sih ‘teman’ Kyungsoo itu? Masa dia harus menanyakannya. Apa itu untukku? Ya Tuhan aku benar-benar penasaran sekaraaaaang!! Seonkyung meremas tas belanjaannya. Jam itu bahkan dibungkus indah. ITU UNTUK SIAPA KYUNGSOO?!! Seonkyung ingin sekali berteriak begitu.

“Terimakasih.” Ujar Kyungsoo menerima jam itu. Mereka lalu segera pergi dari toko itu.

Keduanya tidak tahu mau kemana lagi sampai Seonkyung menarik Kyungsoo ke sebuah booth photobox. Kyungsoo kaget lalu tertawa, mereka memang akan butuh kenang-kenangan untuk hari ini. Seonkyung berhenti sebentar lalu melihat Kyungsoo. Laki-laki itu sepertinya tidak merasa terganggu. “Tidak apa-apa kan?” Tanya Seonkyung ragu. Kyungsoo menggeleng dan tersenyum. Dengan itu, Seonkyung langsung menarik tangan Kyungsoo masuk ke dalam box itu.

.

Hari itu tidak biasa untuk Kyungsoo. Dia benar-benar tak karuan melihat Seonkyung berdandan lebih. Dia sangat, sangat cantik. Ada acara apa Seonkyung hari ini berpakaian begitu.. berbeda dari hari lainnya? Pertanyaannya terjawab saat makan siang, Baekhyun menghampiri Seonkyung dan menawarkan tangannya. Dia benar-benar ingin menyingkirkan tangan dan senyum itu. Apa yang dia akan lakukan kali ini?! Bukankah dia menyukai Haeri? Lalu kenapa dia mengajak Seonkyung makan siang bersma? Jadi Seonkyung berdandan lebih hari ini hanya untuk si ByunBaek itu?

Kyungsoo makin kesal saat Haeri ternyata tidak ikut mereka. Benar-benar berdua?! Dia sangat kesal sampai tidak sadar kalau Haeri melihatnya. Mengabaikan pandangan itu, Kyungsoo pergi untuk makan siang, setelah memastikan bahwa Baekhyun dan Seonkyung sudah keluar gedung. Dia makan sendiri sambil memikirkan apa yang dikatakan Baekhyun sekarang. Dimana mereka makan? Kenapa tidak terlihat di sekitar sini? Batin Kyungsoo. Laki-laki itu terus mengutuk Baekhyun dalam hati sampai Haeri menghampirinya, perempuan itu bilang kalau dia tidak punya teman makan. Dan entah bagaimana, dia berhasil membuat Kyungsoo menceritakan semua perasaannya pada Seonkyung.

.

Hasil photobox itu sudah jadi dan mereka berdua langsung tertawa melihat banyaknya wajah aneh yang mereka buat disana. Mereka membagi dua foto-foto itu lalu melanjutkan ke tempat selanjutnya.. yaitu toko aseksoris.

“Kyungsoo, lihat aku, hahaha.” Seonkyung memakai sebuah kacamata bulat culun sambil memasang wajah konyol. Kyungsoo tertawa lepas. “Kau mau itu?” tanyanya melihat Seonkyung tetap memegang kacamata itu. Gadis itu memberinya pandangan aneh.

“Kau lihat betapa konyolnya aku memakai ini. Tidak, Ini untuk adikku.” Jawabnya santai.

“Kau ingat adikmu terus ya, tadi pelembab, sekarang ini.” ujar Kyungsoo. Seonkyung tertawa.

“Hahaha, aku juga tidak biasanya seperti ini, tapi aku rasa sekali-kali tidak apa-apa.”

Bohong, padahal itu sebagai rasa terimakasihnya karena sudah menukarkan dressnya dengan jeans dan blouse hitam ini. Tapi Kyungsoo kan tidak usah tahu, pikirnya sambil tertawa. Dia lalu ingat kalau Junhong sering sekali meminjam jepit rambutnya karena poninya yang cukup panjang mengganggunya saat belajar.

Jadi sekarang, Seonkyung menarik Kyungsoo ke bagian penjepit rambut. Dia melihat jepit yang cukup besar berwarna hitam. Pandangannya beralih pada poni Kyungsoo yang jatuh begitu saja. Seonkyung tersenyum jahil lalu memasangkan jepit itu di Kyungsoo.

“Nah, bagus kan? Ehh diam jangan di lepas!” seru Seonkyung menghentikan tangan Kyungsoo yang berusaha melepaskan jepit itu.

“Aku kan bukan adikmu! Lagipula kenapa bukannya kau mengajak dia jalan saja.” Omel Kyungsoo. Seonkyung tertawa, “Maaf maaf, aku kan hanya bercanda. Kenapa kau malah marah.” Ujarnya tak enak sambil melepaskan jepit itu dari rambut Kyungsoo.

“Aku tidak marah..” kata Kyungsoo pelan. Seonkyung diam saja memilih jepit, dia akhirnya memutuskan untuk membelikan Junhong 2 jepit dan satu ikat rambut, semuanya pink. Agak aneh, tapi salahkan saja adiknya yang suka meminjam ikat rambutnya sesuka hatinya. Junhong bahkan sudah menghilangkan 2 jepit dan 2 ikat rambutnya.

Seonkyung tertawa membayangkan Junhong akan memakai itu semua. Tapi tawanya terhenti saat Kyungsoo memakaikan sebuah jepit untuknya. Seonkyung menatap kearah Kyungsoo yang sekarang tersenyum padanya. “Kau.. bagus memakai itu.” Ujarnya, Seonkyung melihat ke cermin dan melihat sebuah jepit rambut menempel manis di rambutnya.

“Terimakasih..” balasnya gugup sambil melepaskan jepit itu. Kyungsoo mengambilnya dan menggenggamnya. Seonkyung berusaha mengalihkan pikirannya dari Kyungsoo karena dia yakin dia sudah blushing sekarang.

Seonkyung melihat ke sekeliling dan sadar kalau dia tidak membutuhkan apa-apa lagi. Jadi dia berjalan ke kasir dengan Kyungsoo yang mengikuti di belakangnya. Seonkyung tidak menyadari kenapa Kyungsoo sedikit lama menyusulnya setelah dia keluar duluan dari toko itu, tapi dia tidak memikirkannya.

Setelah itu, Seonkyung bingung mau kemana lagi, tapi Kyungsoo menariknya ke.. Supermarket. “Kau mau apa Kyungsoo?” Tanya Seonkyung heran. Kyungsoo tersenyum.

“Katanya kau mau spageti besok, aku harus membelinya sekarang sebelum tidak sempat.” Ujarnya santai. Mulut Seonkyung membulat. Jadi dia serius soal itu? Padahal aku tidak terlalu berharap.

.

Kyungsoo masih heran sekaligus bersyukur soal Haeri yang berhasil membuatnya mengaku kalau dia menyukai Seonkyung. Moodnya yang tampak jelek membuat Haeri memaksanya bercerita. Dia ingat Haeri tampak tidak enak mengingat Baekhyun dan Seonkyung yang mungkin sudah jadian.

Seonkyung tampaknya sangat tidak karuan saat Manajer Oh menagih laporannya. Kyungsoo yang memang sudah menyiapkan laporan itu mengetahui Seonkyung belum selesai mengerjakannya (dia begadang semalaman mengerjakan itu) segera memberikannya pada Manajer Oh. Dan apa yang dia dapatkan setelah itu benar-benar tidak dapat dia jelaskan dengan kata-kata. Seonkyung memeluknya. Malamnya, Haeri mengiriminya pesan bahwa Baekhyun dan Seonkyung tidak jadian. Gadis itu menyemangatinya untuk mendekati Seonkyung. Karena itu, dia juga dengan senang hati,  menjemput Seonkyung keesokan harinya.

.

Keduanya mengobrol banyak sambil mengambil apa yang Kyungsoo butuhkan. Dan ternyata Seonkyung juga jadi ingat kalau persediaan makanan pribadinya (pribadi karena dia tidak akan membiarkan semua keluarganya terutama Junhong ikut memakannya) mulai habis.

“Aku masih heran kenapa Direktur Oh mempekerjakan anaknya itu. Dia kan dibawah umur.” Ujar Seonkyung. Kyungsoo tertawa, “Kupikir dia sudah cukup umur, lagipula kerjanya juga lumayan, meski kebiasaannya berkeliling itu membuatku tidak enak juga.”

“Dia berbeda hampir 5 tahun dari kita! Dan oh, soal berkeliling? Dia membuatku kehilangan waktu untuk membaca fanfiction.”

Kyungsoo tertawa, “Kau benar-benar harus berhenti membaca itu. Aku kadang-kadang kaget saat kau tiba-tiba berteriak kesal.”

“Eh? Maaf, kebiasaan kan susah diubah..”

“Hmm.. tapi aku heran, kenapa kau memanggil Manajer Oh ‘Thehun’?” Tanya Kyungsoo saat Seonkyung sedang mengambil coklat. Banyak sekali coklat. Gadis itu tersenyum mendengar pertanyaan itu.

“Kau ingat saat pertama kali dia datang ke kantor? Kukira dia anak baru, bukan manajer baru kita. Kau ingat dia memperkenalkan diri sebagai apa? ‘Oh Thehun’, hahaha aku tidak akan melupakan hal itu.”

“Oh ya? Hahaha, aku tidak tahu soal itu.” Ujar Kyungsoo, Seonkyung masih tertawa.

“Sekarang kau tahu kan.. dia cadel ‘s’, lucu sih, tapi kenapa dia jadi manajer kita?!”

“Ah, kau sirik saja kan karena dia sudah bisa jadi manajer meski usianya lebih muda dari kita?” goda Kyungsoo, Seonkyung memutarkan matanya, “Kenapa kau tahu.” Rutuknya membuat Kyungsoo tertawa. Mereka segera berjalan ke kasir karena masing-masing sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Kyungsoo melihat jam, sudah jam 6 sore. Dia masih bingung soal rencananya, mau lanjut atau tidak, sampai Haeri mengiriminya pesan.

‘Jangan coba-coba berpikir untuk mundur. Kalau tidak kau akan menyesalinya seumur hidup.’

Kyungsoo menelan ludahnya, dia melirik kearah Seonkyung yang tampaknya senang sekali. Apa dia harus menggagalkan rencananya? Tidak ada jaminan itu akan berhasil. Tapi Haeri.. dia ada benarnya juga. Tapi kan tidak harus hari ini juga? Tapi kata Haeri Seonkyung mudah berubah pikiran.. aahh apa yang harus aku lakukan?! Batinnya berperang.

Lagi-lagi dia menelan ludah. Sekarang atau tidak selamanya, Do Kyungsoo.

“Seonkyung-ah?”

“Ya?” Seonkyung langsung berbalik menatapnya. “Kau masih ada yang ingin dibeli?”

Seonkyung menggeleng. “Tidak, memang kenapa? Kita pulang?” tanyanya. Kyungsoo terdiam, “Uh.. belum, kita masih punya satu tujuan lagi, kalau kau tidak keberatan.”

“Oh ya? Tentu saja tidak, ayo kita kesana!” ujar Seonkyung ceria. Kyungsoo tersenyum lega. Keduanya segera berjalan ke tempat parkir mobil.

Seonkyung excited. Mungkin dia akan mengungkapkan perasaannya padaku? Ah.. jangan berharap yang aneh aneh Seonkyung, siapa tahu kita hanya akan jalan-jalan saja. Atau shopping lagi? Hahaha, eh tapi uangku menipis.. aku heran kenapa dia tidak membelikanku satu barang apapun. Harusnya kan begitu ya? Huh, memang fanfiction itu benar-benar menyesatkan! Rutuk Seonkyung dalam hati.

Kyungsoo sudah mengambil mobilnya dan sekarang mereka dalam perjalanan ke.. entahlah, Seonkyung tidak tahu. Dia terlalu lelah untuk memandang keluar jendela, jadi dia hanya mengecek ponselnya, melihat satu pesan dari Junhong, dan melihat kalau hari sudah sore.

‘Jangan pulang malam ya Noona! Kau tidak boleh menginap!’ isi pesan Junhong. Seonkyung tertawa, adiknya itu benar-benar perhatian. ‘Iya Junhongie sayang! Lagipula siapa yang mau menginap! Pikiranmu ini aneh-aneh saja.’ Balasnya. Tak lama kemudian Junhong membalasnya hanya dengan emoticon ‘:P’ Seonkyung tertawa lalu memasukkan ponselnya ke tasnya lagi.

Kyungsoo ikut tersenyum melihat Seonkyung tertawa disebelahnya. Dia sudah memastikan kalau dia akan mengambil kesempatan ini, Haeri benar, dia mungkin akan menyesal seumur hidup kalau dia mundur sekarang. Dia benar-benar merasa berterimakasih pada Haeri. Gadis itu sudah banyak membantunya, terutama soal dukungan moral yang utama dia butuhkan.

Soal satu permintaan yang diberikan Seonkyung, sebenarnya Kyungsoo langsung berpikir kalau permintaannya adalah memintanya jadi pacarnya. Tapi tidakkah itu akan jadi aneh? Kalau dia tiba-tiba mengungkapkan perasaannya pada Seonkyung, dan memintanya jadi pacarnya. Itu seperti mengambil kesempatan dalam kesempitan karena gadis itu berjanji akan menuruti apapun yang dia minta. Tapi sekarang, dia juga jadi agak menyesal, karena dia minta waktunya hari Minggu ini, dan bukan menggunakannya untuk menembak Seonkyung. Kyungsoo jadi bingung, kalau dia menggunakannya, dia takut Seonkyung menerimanya karena terpaksa, tapi kalau tidak digunakan, dia takut Seonkyung menolaknya dan kesempatannya akan hilang.

Kyungsoo dengan gugup memberhentikan mobilnya sementara Seonkyung melihat sekitarnya dengan bingung. “K-kita mau kemana Kyungsoo-yah?” Tanya Seonkyung panik, jujur, perilaku Kyungsoo dan perkataannya mulai mencurigakan dan membuatnya takut kali ini. Laki-laki itu diam saja, dia menoleh pada Seonkyung dan demi apapun dia jadi ketakutan sekarang.

“Ayo keluar, ada yang ingin aku tunjukkan.” Ujar Kyungsoo pelan, Seonkyung buru-buru menurutinya karena hell, dia tidak mau sesuatu terjadi pada dirinya. Saat keluar, ternyata mereka ada di sebuah taman dengan bukit tak jauh darisana. Lampu-lampu taman menyala dengan terang dan itu membuat Seonkyung lega. Disana terdapat beberapa orang, kalau-kalau Kyungsoo melakukan sesuatu padanya, dia tahu dia akan selamat.

Menenangkan hatinya sedikit, Seonkyung mengikuti Kyungsoo yang sudah berjalan duluan ke arah bukit. Disana cukup sepi, ada sebuah bangku taman yang tidak berisi. Jam baru menunjukkan pukul 7 malam, Seonkyung terus berdoa agar tidak terjadi apa-apa sambil mengusap kedua lengannya yang terasa dingin diterpa angin. Kenapa Kyungsoo mengajakku kesini dan kenapa aku lupa membawa jaket?! Batin Seonkyung mengutuk diri sendiri.

Tak lama mereka sampai di bukit. Tepat di depan bangku itu, Kyungsoo berhenti dan berbalik menatap Seonkyung. Seonkyung yang berjalan menunduk tidak sadar kalau Kyungsoo berhenti dan hampir menabrak laki-laki itu. Kyungsoo memegangi bahunya sebelum itu terjadi sambil tertawa. “Mau kemana? Kita sudah sampai.” Ujar Kyungsoo. Seonkyung mendongak melihat Kyungsoo tersenyum lembut, dia melihat ke sekeliling.

Oh. Oh! Tempat ini bagus sekali.. apalagi kalau siang! Dia bisa melihat langit dengan jelas dari sini dan baru sadar kalau matahari baru saja akan terbenam.

“Indah sekali.. ini yang mau kau tunjukkan?” Tanya Seonkyung sambil melihat sunset.

Kyungsoo terdiam, “Y-ya.. memang bagus kan. Aku baru sekali kesini bertahun-tahun yang lalu, dan ternyata tempat ini masih bagus..”

Seonkyung menoleh tajam. “Bertahun-tahun lalu? Lalu untuk apa.. kau mengajakku kesini?”

“Uhh.. sebenarnya.. a-aku..” Kyungsoo berhenti. Dia bahkan tidak bisa melihat ke mata Seonkyung. Wajahnya sudah memerah dan dia sendiri bisa merasakannya.

“Sebenarnya apa Kyungsoo?” Tanya Seonkyung sedikit menuntut. Dia seperti tidak sabar. Kyungsoo mendongak dan baru menyadari kalau Seonkyung kedinginan. Angin malam menerpa tubuhnya yang hanya memakai blouse tipis.

“A-aku tahu ini mungkin terlalu cepat untukmu karena kita baru dekat seminggu ini. Tapi.. aku sudah menyukaimu sejak dua tahun lalu.” ujar Kyungsoo cepat, yang ada di pikirannya saat ini adalah Seonkyung kedinginan dan dia harus cepat-cepat menyelesaikan apa yang ingin dia katakan. Seonkyung terdiam. Dia sama sekali tidak menyangka akan begini.

DO KYUNGSOO MENEMBAKKU?! DITEMPAT INI?! AAHHHH TAPI AKU KEDINGINAN KENAPA DIA TIDAK MEMINJAMKAN JAKETNYA UNTUKKU DASAR LAKI-LAKI BODOH!

Perasaannya campur aduk. “J-jadi maukah kau jadi pacarku?” Tanya Kyungsoo ragu. Jantung Seonkyung rasanya sudah copot dari tempatnya. Ini. Sangat. Sepadan. Dengan. 2 karung. Tonkatsu ayam! “YA!”

“A-aku mengerti kalau.. eh, apa?”

“Iya Kyungsoo. Aku mau..” jawab Seonkyung senang. Kyungsoo tampak kaget lalu dia tersenyum. Dengan refleks dia menarik Seonkyung ke pelukannya.

“Terimakasih! Terimakasih banyak Seonkyung-ah..” ujar Kyungsoo mengelus rambut panjang Seonkyung. Seonkyung terharu, dia sangat senang sampai ingin menangis. Akhirnya cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Akhirnya dia tidak menyukai orang yang salah lagi. Dia tidak tahu apakah Kyungsoo memang orangnya, tapi dia yakin kalau dia bisa mempercayai laki-laki itu.

Rasanya hangat, di pelukan Kyungsoo. Seonkyung benar-benar meneteskan airmatanya. Saat Kyungsoo melepaskan pelukannya, dia kaget melihat airmata Seonkyung.

“K-kenapa kau menangis…? Kau tidak senang? Atau kau sakit?” Tanya Kyungsoo khawatir bertubi-tubi. Seonkyung tertawa dan makin ingin menangis setelah mendengar betapa khawatirnya Kyungsoo. “Ti-tidak.. aku hanya terlalu senang..” jawab Seonkyung sambil tersenyum. Kyungsoo ikut tersenyum.

“Terimakasih,” ujarnya sekali lagi sambil menghapus airmata Seonkyung. Seonkyung menutup matanya saat Kyungsoo melakukan itu dan tidak menyangka kalau Kyungsoo akan mencium keningnya dengan lembut.

“Ah, haha,” Seonkyung jadi menangis lagi, dia merasa disayangi dan rasanya luar biasa. Kyungsoo menghapus airmatanya lagi dengan pelan, “Maaf aku malah membuatmu menangis.” Ujarnya. Seonkyung tersenyum lalu mengusap dua lengannya lagi karena dingin. Kyungsoo baru ingat soal itu dan langsung menarik Seonkyung turun kebawah, menuju mobil.

“Kau kedinginan ya? M-maaf..” Kyungsoo buru-buru menyalakan pemanas di mobilnya supaya pacar barunya itu tidak kedinginan lagi. Seonkyung menunggu Kyungsoo untuk memberikan jaketnya, tapi sepertinya laki-laki itu sama sekali tidak mempunyai niat untuk memberikannya.

Dan memang, Kyungsoo sama sekali tidak terpikir untuk melepaskan jaketnya, apalagi membiarkan Seonkyung memakainya.

Seonkyung sedikit merutuk dalam hati karena hal ini tapi dia tetap senang karena hari ini berakhir dengan happy ending. Ngomong-ngomong happy ending.. dia langsung teringat Haeri dan tonkastu. Seonkyung menghela nafas, bukan masalah uang, hanya saja.. dia masih harus meyakinkan diri sendiri kalau mereka tidak harus makan 2 karung.

Benar-benar, Haeri dan Howon itu, kalau sudah menyangkut tonkastu ayam, lupa dunia lupa segala. Bahkan mereka berdua pernah bertengkar hanya karena potongan tonkatsu terakhir. Seonkyung geleng-geleng kepala. Dia dan Kyungsoo.. tidak mungkin akan seperti itu kan?

“Kenapa kau tersenyum sendiri?” Tanya Kyungsoo, matanya tetap fokus pada jalan. Seonkyung menoleh kearahnya. “Ti-tidak..” wajahnya seketika memerah. Entah kenapa, padahal biasanya tidak begitu, kali ini pertanyaan sederhana dari Kyungsoo sudah sukses membuatnya blushing. Kyungsoo menggumam, dia melihat jam di tangannya. Baru jam 8 malam, untungnya rencananya berjalan lancar.

Kau mau tahu perasaan Kyungsoo sekarang? Rasanya seperti malam tahun baru, jedar-jeder dimana-mana. Rasanya ada bom atom yang membuat jantungnya tidak stabil. Hell, seluruh tubuhnya panas dingin saking senangnya! Dia tidak menyangka cintanya berbalas. Sangat. Tidak. Menyangka. Bagaimanapun ini sudah dimimpikannya bertahun-tahun! Rasanya dia ingin terjun dari atas Namsan Tower, menyebur ke Sungai Han, atau bahkan terbang ke galaksi karena jantungnya benar-benar tidak bisa dikendalikan. Bahkan ciuman itu. Well, Kyungsoo juga sama sekali tidak menyangka dia akan melakukan itu (dan itu diluar rencananya).

Hari ini berjalan lancar, meski dia sempat takut saat Seonkyung marah saat dia tinggal di restoran, atau saat dia berjalan duluan menuju ke bioskop. Semuanya, lancar. Soal ayam kesukaan Seonkyung? Dia tahu karena Junhong yang memberitahunya. Ada untungnya juga gadis itu bangun terlambat. Dan untungnya, dia tidak membatalkan rencananya untuk mengungkapkan perasaannya hari ini.

20 menit kemudian, mereka sampai di rumah Seonkyung. Seonkyung segera turun dari mobil begitu juga Kyungsoo. Dia mengambilkan semua belanjaan Seonkyung lalu memberikannya padanya. Laki-laki itu mengantarnya sampai depan rumah, dan terlihat seperti akan mengatakan sesuatu, jadi Seonkyung dengan sabar menunggunya.

“Hari ini.. terimakasih banyak ya.”

Seonkyung tersenyum, “Aku juga, terimakasih.”

“Tidak, aku yang harusnya berterimakasih padamu! Terimakasih banyak!”

“Haha, baiklah, sama-sama Kyungsoo-yah..”

Kyungsoo tersenyum. “Uh.. be-besok.. kau mau kujemput?” tanyanya ragu. Seonkyung agak kaget mendengarnya. Tapi dia tersenyum sambil mengangguk.

“Boleh.. ah, aku janji tidak akan kesiangan lagi!”

Kyungsoo tertawa kecil, “Kalau begitu aku pulang dulu.. salam pada orangtuamu.”

Seonkyung mengangguk sambil tersenyum, dia tidak mengharapkan, coret, dia SANGAT mengharapkan Kyungsoo mencium keningnya lagi, karena itu terdengar romantis dan sama seperti fanfiction bergenre romance yang kebanyakan dibacanya. Tapi harapan tinggal harapan ketika Kyungsoo hanya menggenggam tangannya erat lalu pergi setelah mengucapkan selamat malam.

Dia menunggu sampai mobil Kyungsoo pergi, baru masuk kedalam rumahnya. Disana sudah ada 5 pasang mata yang menunggunya sambil tersenyum aneh. Hawanya benar-benar tidak enak sampai Seonkyung memutuskan kabur dan langsung naik ke kamarnya, lalu mengunci pintunya rapat-rapat. Rasanya hari ini senang sekali. Seonkyung tersenyum sambil memejamkan matanya mengingat kecupan Kyungsoo di keningnya. Dia sudah tidak mendengar Junhong yang menggedor kamarnya memintanya bercerita.

Sementara itu di tempat lain, ada dua orang yang tertawa senang. Mereka sangat sangat senang karena berhasil mendapatkan tonkastu ayam sepuasnya! Tapi salah seorang dari mereka berhenti tertawa lalu bertanya pada yang lainnya, “Kau yakin kita tidak akan membuatnya bangkrut?”

“Sangat tidak yakin, hahahaha.” Mereka berdua malah tertawa-tawa lagi seperti orang gila. Dan entah kenapa, Seonkyung merasa merinding sekarang.

Seonkyung bangun dari tempat tidurnya, dan langsung menuju kamar mandi masih dengan senyum konyolnya. 30 menit kemudian, ia keluar dari kamarnya dan turun untuk… makan malam. Dia belum makan tadi. Keluarganya masih menunggunya di ruang keluarga.

“Apa yang kalian lihat?” Tanya Seonkyung cukup terganggu. Junhong tersenyum dan tiba-tiba muncul di depan wajah Seonkyung. Anak itu duduk tepat di depan Seonkyung yang sekarang sudah mulai makan. “Jadi? Kyungsoo hyung akan jadi hyungku?” Seonkyung tersedak. Keluarganya tertawa, sementara Junhong tersenyum sambil menyodorkan segelas penuh air putih.

“Kau ini bicara apa! Sana-sana kerjakan pr mu!” Seonkyung mengusir Junhong. Tapi dongsaengnya itu malah mempoutkan bibirnya. “Aku kan cuma bertanya, noona benar kan sekarang berpacaran dengan Kyungsoo hyung?” Tanya makhluk jangkung satu itu sekali lagi. Seonkyung terdiam memandang adiknya. Dia menghela nafas. Sejak kapan dia bisa kasar pada adik satu-satunya ini?

Jadi akhirnya, Seonkyung menggumam sambil melanjutkan makannya. Junhong tertawa dan langsung menghilang, Seonkyung dapat mendengar keluarganya bersorak senang. Kenapa ini jadi begitu heboh, perasaan ketika yang lain mendapat berita sama, semuanya biasa saja. Atau.. oh. Oh, dia kan satu-satunya yang lajang di keluarga ini. 2 kakaknya dan bahkan Junhong sudah mempunyai pacar masing-masing. Minseok bahkan sebentar lagi akan menikah.

Seonkyung geleng-geleng kepala, mencuci piring bekas makannya lalu membuat hot chocolate untuk dirinya. Tiba-tiba Junhong masuk ke dapur dan melihat noonanya itu sedang menunggu hot chocolatenya.

“Noona, aku mau kopi!” pinta Junhong, Seonkyung menoleh pada Junhong lalu pada jam, lalu pada adiknya itu lagi. Sudah jam 10, besok dia ada kelas pagi. Anak itu sedang ada tugas. Seonkyung menggeleng, “Jangan, nanti kau malah tidak bisa tidur, hot chocolate saja ya?”

Junhong mempoutkan bibirnya, meski badannya paling besar, tapi dia itu tetap saja yang paling kecil. Manjanya luar biasa. “Tapi aku akan mengantuk.. tugasku masih banyak..”

“Nanti noona temani, sudah sana mulai kerjakan, hot chocolate-mu siap sebentar lagi.” Ujar Seonkyung mengusak rambut Junhong (sambil berjinjit). Junhong mengangguk lalu kembali ke kamarnya. Sementara Seonkyung membuat satu cangkir hot chocolate lagi, baru naik ke atas. Dia berjalan ke kamar Junhong saat ingat barang yang dibeli untuk adiknya itu tadi. Jadi Seonkyung berbalik ke kamarnya dan mengambil dua kantong belanjaan yang dia yakini untuk Junhong.

“Junhongie..” ujarnya sambil membuka pintu kamar Junhong dengan kakinya karena tangannya penuh. Junhong menggumam sambil berusaha membenarkan letak poninya yang menghalangi pandangannya. Seonkyung tersenyum lalu menyodorkan hot chocolate itu.

“Ini minum dulu, keburu dingin.” Junhong menoleh dan langsung mengambil mug bergambar teddy bear itu. “Terimakasih noona.” Ujar Junhong meminum hot chocolatenya. Seonkyung tertawa, “Sama-sama. Eh, sebenarnya noona yang harusnya berterimakasih! Terimakasih kau sudah menukarkan dress ku!” Junhong tersenyum lebar.

“Hmm, jadi aku membelikanmu ini!” Seonkyung menggoyangkan bawaannya di depan Junhong. Adiknya itu tampak senang. “Apa itu Noona?” Seonkyung tertawa sambil megeluarkan hadiah pertamanya, yaitu pelembab. Junhong mengerutkan kening.

“Itu.. pelembab? Aahh noona kenapa membelikanku pelembab!” protesnya seketika. Seonkyung masih terus tertawa sambil membuka pelembab itu. Dia mulai memakaikannya pada Junhong yang menutup matanya saat noonanya itu mengoleskan pelembab di bawah matanya.

“Karena supaya dongsaengku ini makin tampan! Sudah jangan protes, mana terimakasih mu?!” Tanya Seonkyung sambil meratakan pelembab itu di atas kulit Junhong. “Terimakasih!” serunya tak senang. Seonkyung hanya tertawa sambil mencubit hidung Junhong. “Lalu.. ini!” Junhong membuka mata dan melihat kacamata bulat. Dia mengambil kacamata itu dari tangan Seonkyung dan langsung memakainya. Dia membuat wajah bodoh sambil bertanya.

“Bagaimana? Aku sudah tampan?” tanyanya, Seonkyung tertawa keras.

“Akan makin tampan kalau pakai ini.” ujarnya mengikat poni Junhong dengan pengikat rambut warna pink dan ditambah 2 jepit rambut. Junhong melihat bayangannya di cermin dan tertawa. “Yah noona! Masa kau membelikanku ini?!”

“Suruh siapa kau memiliki rambut panjang dan suka meminjam punyaku! Jadi ini untukmu supaya kau tidak repot-repot membenarkan ponimu saat belajar.”

“Eh? Jadi aku harus memakainya di sekolah?’

“Kau mau? Pakai saja.”

Junhong tertawa lalu meminum hot chocolatenya lagi. Dia melihat masih ada satu yang belum dibuka. “Kalau itu apa noona? Untukku juga?”

“Eh?” Seonkyung tidak sadar sampai Junhong membuka bungkusan terakhir dan memperlihatkan jepit rambut yang familiar untuk Seonkyung. “Noona tidak salah..? ini kan untuk perempuan..”

Seonkyung menggeleng. Dia mengambil jepit itu dari tangan Junhong lalu mengamatinya. Itu kan.. yang dipakaikan Kyungsoo untuknya tadi siang. Bagaimana bisa ada disini? Dia tidak mungkin tidak sengaja membelinya kan? “Noona?” Junhong heran melihat Seonkyung yang terdiam.

“Y-ya?”

“Kau baik-baik saja? Itu bukan untukku kan?”

“Ya.. itu punyaku.” Seonkyung tersenyum. “Sudah malam, cepat bereskan pr-mu lalu tidur, noona juga lelah ingin tidur.” Ujarnya ingin beranjak dari kamar Junhong.

“Tadi katanya noona mau menemaniku..” Junhong terlihat sedih. Dia jadi tidak tega. Akhirnya dia hanya pamit mengambil ponselnya yang di charge di kamarnya lalu kembali menemani Junhong.

Saat dia mengecek ponselnya, sudah ada pesan dari Kyungsoo.

‘Kau sudah tidur?’ -10 menit yang lalu

Seonkyung buru-buru membalasnya, ‘Belum, aku harus menemani adikku, kenapa memangnya?’

1 menit kemudian..

‘Ah tidak.. aku tidak bisa tidur. Memangnya adikmu kenapa? Dia sakit?’

‘Tidak, dia punya banyak tugas dan akan tidur kalau tidak ada yang menemaninya.. kenapa kau tidak bisa tidur?’

3 menit berlalu dan Kyungsoo belum membalas pesannya. Seonkyung melirik jam, sudah pukul sebelas lebih limabelas menit. 2 menit kemudian Kyungsoo baru membalas pesannya, dan Seonkyung hanya bisa terdiam melihat isi pesan itu.

‘Kau suka kan jepitnya?’

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kimxgyu #1
di-subscribe dulu yah, lagi sibuk soalnya jd belom bisa baca :D fighting authornim!!
kimxgyu #2
di-subscribe dulu yah