Fly - Sequel I

WonKyu Day 1013 One Shot Series - Season 2
Please Subscribe to read the full chapter

Title : Fly

Pairing : Wonkyu, YunJae, KangTeuk, GTop, and more

Genre : Romance, Family, Angst

Disclaimer : All casts are belong to their self and God

Inspired : Just based on my bad mood

Warning : Un-betaed a.k.a. Typos, GS, AU, OOC, several OCs

Sequel : Sky, I

( 。・_・。)人(。・_・。 )

 

 

Siwon berdiri di pinggir sungan Han, menatap jauh ke depan meski pengelihatannya tak fokus karena matanya yang berkaca-kaca. Namun Siwon menolak untuk menangis. Dia menolak untuk menitikan airmata kesedihan karena ini adalah pilihannya.

Menjauh demi kebahagiaan Leeteuk.

Walau…

Rasa sakit itu masih terus membekas di hatinya.

Siwon menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Terus menerus seperti itu, berharap setiap tarikan dan hembusan nafasnya bisa mengurangi rasa sakit dan kesepian yang menderanya.

Akan tetapi…

Siapa yang bisa dia bohongi?

Rasa itu akan tetap ada dan selalu ada.

Siwon menatap ke atas langit yang mendung, seperti hatinya yang menghitam karena kesedihan. Siwon terkadang berpikir apa sebaiknya dia benar-benar lenyap dari muka bumi ini?

Apakah dengan kepergiannya maka semua kepedihan ini akan ikut pergi?

Apakah Leeteuk akan tenang setelah mengetahui bahwa dia sudah tiada?

Siwon memandang sekali lagi sungai Han yang terlihat tenang. Tatapan lurus ke air sungai tersebut, tatapan kosong nan hampa dari seorang pemuda yang ditinggalkan oleh orang terkasihnya.

Selangkah.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Sampai kedua telapak kaki Siwon yang beralaskan sepatu butut kesayangannya, terendam di air sungai yang dingin itu. Siwon berhenti sejenak, menarik nafas dan menghembuskannya lagi sebelum wajah tampannya menyunggingkan satu senyuman tulus namun sendu dan pilu.

Selamat tinggal umma.

.

.

.

Dia adalah anak yang terlahir ke dunia karena perbuatan terkutuk.

Dia adalah anak yang diberi label sebagai anak haram karena tidak jelas siapa ayahnya.

Dia adalah anak yang harus hidup menderita karena menanggung kesalahan kedua orang tuanya.

Dia adalah anak malang yang tidak diinginkan oleh siapa pun.

Dia adalah Siwon.

Dia adalah anakku.

.

.

.

Masih segar dalam ingatanku bagaimana perihnya tamparan ayahku saat dia tahu aku hamil di luar nikah. Ayah yang begitu lembut, yang selalu ada untukku di saat aku sedih, menamparku karena sesuatu yang bukan keinginanku.

Aku tidak pernah bermimpi apalagi menginginkan untuk diperkosa oleh pemabuk sial yang pergi begitu saja setelah selesai menikmati tubuhku terlebih lagi sampai aku harus hamil di usiaku yang baru saja menginjak enam belas tahun.

Aku tidak pernah menginginkan aib tersebut.

Namun hidup terkadang tidak sejalan dengan apa yang aku inginkan.

Aku memang tidak mengingkan semua itu, namun…

Namun aku tidak akan lari dari bayiku.

Aku tidak akan membunuh satu-satunya hal yang membuatku merasa hidup, meski dia ada karena suatu kesalahan.

Aku tidak akan membuat kesalahan yang sama saat aku menyerah kepada takdir yang membawaku ke jurang tak berdasar ini.

Tidak.

Bayiku tidak bersalah. Dia tidak bersalah hingga aku akan memastikan dia bisa melihat dunia ini.

Walau aku harus melawan kedua orang tuaku sendiri.

Aku tidak akan menyerah dan akan terus berjuang. Itu yang aku janjikan kepada jabang bayiku.

Akan tetapi, sekali lagi janjiku bukanlah apa-apa dimata kedua orang tuaku. Mereka dengan mudah membawaku, menyeretku, mengancamku untuk mengugurkan darah dagingku sendiri.

Aku sempat akan mengalah dengan keinginan mereka berdua demi menjaga nama baik keluarga. Hanya saja, apa kami bisa dikatakan sebagai keluarga ketika kami tega membunuh keluarga kami sendiri? Apa kami bisa menjaga nama baik kami ketika yang kami lakukan hanya berbohong dan terus menerus mencoreng semua hal baik yang kami lakukan dengan melakukan pembunuhan terhadap bayi yang tidak berdosa?

Tuhan membisikan hal yang benar ke telingaku dan membuatku sekali lagi memantapkan hatiku untuk berkata tidak.

Aku memohon, bersimpuh di hadapan kedua orang tuaku agar mereka mau mengerti, agar mereka bisa menempatkan diri mereka di situasiku, agar mereka membiarkan bayiku hidup.

Entah karena mereka terlalu menyayangiku atau karena mereka tersentuh dengan kenyataan mereka berdua akan menjadi kakek dan nenek, keduanya terenyuh dan membiarkan aku mengandung anakku.

Walau dengan satu syarat.

Aku harus memberikannya kepada orang lain ketika dia lahir.

.

.

.

“Apa? Kau sebenarnya tidak tega membuang anakmu sendiri? Lalu apa yang dialami oleh Siwon sekarang? Kau menelantarkannya!”

“Aku terpaksa! Nyawanya terancam jika aku tidak bersikap seperti aku membencinya! Kau tidak tahu betapa sakitnya aku kala melihat dia terluka. Ak…”

“Kau yang membuatnya tuli! Kau katakan kau sakit saat melihatnya terluka, justru pukulanmu dan tamparanmu, membuat telinga kanannya rusak sehingga dia tidak bisa mendengar lagi!”

“A-apa…?”

“Apa? Kau pikir semua tindakanmu tidak akan berdampak kepadanya? Kau itu naïf atau bodoh hah? Kau bahkan pura-pura tidak tahu ketika dia begitu kesakitan. Kau wanita kejam Leeteuk-ssi.”

“A-aku… A-aku benar-benar t-tidak…”

“Sudahlah! Aku akan menyusul Siwon dan setelah aku menemukannya, aku akan membongkar kebusukanmu.”

.

.

.

Tidak akan ada yang percaya dengan perkataanku.

Tidak akan ada yang bersimpati kepadaku.

Tidak akan ada yang tahu bagaimana perasaanku.

Bukan masalah.

Asalkan dia hidup, asalkan aku tahu dia bernafas, asalkan aku tahu dia bisa berdiri dengan kedua kakinya sendiri, aku tidak peduli jika aku disebut sebagai wanita iblis, ibu yang kejam, perempuan sialan, dan sebagainya.

Bagiku, selama dia terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh kedua orang tuaku, maka aku akan bersikap seperti seorang yang membencinya.

Agar dia juga bisa membenciku dan menjauh dariku.

Menjauh dari kematian.

.

.

.

“Siwon…” lirihku memanggil nama putraku yang aku lihat sedang mengangkat kerat-kerat minuman keras. Air mataku mengalir begitu saja begitu aku melihat dia yang terlihat baik meski sedikit kurus.

Aku bersyukur bisa melihatnya. Ini berarti ayah menepati janjinya untuk tidak membunuh Siwon jika aku mengusirnya dari rumah. Walau terpaksa, namun harus aku lakukan. Kemarahan ayah tidak terbendung lagi karena kekeras kepalaanku yang ingin hidup bersama Siwon. Meski aku sudah bersikap seolah-olah aku membencinya agar ayah berpikir aku seperti dirinya, namun kali ini kesabarannya sudah habis.

Dia ingin Siwon benar-benar menghilang dari kehidupan keluarga kami.

Aku tidak bisa membiarkan hal itu. Jadi aku sekali lagi menuruti keinginan ayah dengan mengusir Siwon walau usianya masih lima belas tahun.

Aku menatap wajah Siwon yang tersenyum kepada salah satu rekan kerjanya. Melihat senyum itu aku lega karena putraku yang tampan masih hidup.

Siwon-ah… Umma menyayangimu nak. Maafkan umma selama ini. Tapi umma mohon bencilah umma agar kau bisa segera melupakan umma jika terjadi sesuatu dengan umma.

Bencilah umma…

.

.

.

“Maaf, ini uang darimana?”

“Sebentar saya periksa terlebih dahulu.”

“…”

“Terima kasih sudah menunggu. Uang tersebut berupa setoran tunai dari Choi Siwon-ssi.”

“Siapa?”

“Choi Siwon-ssi, nyonya.”

“…”

“Nyonya?”

“Nona, aku ingin membuka rekening tabungan rencana.”

“Baik nyonya. Setoran pertama anda adalah…”

“Nona, tolong uang transfer ini menjadi setoran awal saya.”

“Oh. B-baik nyonya. Lalu karena ini rekening tabungan rencana, maka saya akan masukan nama suami anda sebagai penerima hak waris anda dan…”

“Tolong penerima hak waris saya adalah Choi Siwon.”

“???”

“Dia putra saya nona.”

“Oh!. Baik nyonya. Akan segera saya buatkan.”

Dia putraku.

.

.

.

Apa ini? Siwon-ah… Putra umma…

“Kenalkan umma, appa. Ini Choi Siwon.”

Mengapa anak ini bisa ada disini? Bukankah dia sudah menyelesaikan pekerjaannya sebagai model? Mengapa dia bisa bersama dengan Yunho?

“Saya Choi Siwon. Salam kenal tuan ny-nyonya…”

Apa dia sengaja hadir dalam kehidupanku lagi untuk menguak kebenaran masa lalu gelapku? Bukan! Siwon bukan anak semacam itu. Dia terlalu baik. dia bahkan kelihatan ketakutan melihatku. Siwon-ah… Biarkan umma yang menanggung semuanya. Seharusnya kau tetap menjauh dari umma dan menemukan kebahagiaanmu sendiri.

“Choi? Sama seperti marga gadismu sayang. Selamat datang Siwon-ah. Anggap saja rumah sendiri.”

Tidak! Tidak!! Dia tidak boleh berada disini! Dia tidak boleh menghancurkan kebahagiaan yang sudah aku bangun susah payah! Kebahagiaan semu hanya untuk mengelabui keluargaku. Dia harus menjauh dari kepalsuan yang aku buat.

“T-terima kasih tuan. T-tapi saya pamit dulu.”

Ya. Benar. Pergilah. Pergi Siwon. Walau kakek dan nenekmu sudah tidak ada, tapi masih ada orang-orang picik itu yang menginginkan kau pergi.

“Lho? Kenapa? Makan siang dulu dengan kami. Ah! Bahkan, menginaplah. Sudah lama sekali aku tidak melihat Yunho membawa temannya ke rumah ini sejak Jiyong dan Jaejoong. Dan karena sepertinya Yunho menganggapmu seperti saudaranya, maka aku akan lebih senang lagi jika kau bisa mengenal keluarga kami lebih jauh. Rasanya aku seperti memiliki dua putra. Hahaha... Bukan begitu sayang?”

Jangan! Yeobo, jangan! Biarkan saja dia pergi. Biarkan putraku selamat.

“Tidak terima kasih tuan. S-saya masih… S-saya masih ada urusan lain.”

“Lho? Bukankah kau bebas hari ini? Pekerjaanmu sudah beres bukan? Ayolah Siwon-ah, menginaplah disini. Banyak kamar kosong.”

Yunho… Apa ini perbuatanmu? Apa sebegitu inginnya kau mengusirku dari rumah ini? Hentikan! Kau justru membuat Siwon dalam masalah.

“Tidak hyung, terima kasih. K-kehadiranku hanya a-akan menyusahkan saja. Aku permisi dulu.”

Anak ini… Siwon-ah putra umma… Apa dia memikirkan… Aku? Aku yang sudah begitu jahat terhadapnya selama ini. Aku yang tidak pernah menunjukkan kasih sayangku kepadanya. Aku yang selama ini terus membuatnya menderita. Kau masih saja menyayangi umma nak…

“Umma juga sangat sayang kepadamu Siwon-ah…”

“Eh? Kau bilang apa tadi sayang?”

“T-tidak. B-bukan apa-apa.”

Siwon-ah…

.

.

.

“Segera siapkan ruang gawat darurat! Ada orang yang tenggelam di sungai Han!” perintah salah satu petugas ambulance kepada para suster yang bertugas malam itu. Suster-suster itu dengan sigap melakukan pekerjaan mereka dan membawa sebuah tubuh dengan pakaian basah melekat di tubuhnya.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chookyuu
#1
Chapter 10: Wonteuk sudah bersatu ..
Sekarang tinggal kangteuk yang harus di satu kan heheh
pingpongkio #2
Anotherrr wonkyus ff
BabyBugsy
#3
Chapter 10: seneng denger siwon udah sembuh~ meskpun masih harus check up rutin. Tp semangat siwon.. Hihiihihi
wonkyu makin lengket tak terpisahkan hehe tunggu mrka nikah ajah :D
semoga suatu saat leeteuk dpt maafin kangin, mungkn butuh waktu lgi untuk menyembuhkan hatinya :)
BabyBugsy
#4
Chapter 10: seneng denger siwon udah sembuh~ meskpun masih harus check up rutin. Tp semangat siwon.. Hihiihihi
wonkyu makin lengket tak terpisahkan hehe tunggu mrka nikah ajah :D
semoga suatu saat leeteuk dpt maafin kangin, mungkn butuh waktu lgi untuk menyembuhkan hatinya :)
chookyuu
#5
Chapter 9: Ah! Gantung kak
chookyuu
#6
Chapter 8: Ah ! Dunia memang kejam .. kkkkk
chookyuu
#7
Chapter 7: Seperti bukan fanfic wonkyu
chookyuu
#8
Chapter 5: Hampir aja salah paham
chookyuu
#9
Chapter 4: HahahahahaxD kenapa siwon jadi babo begitu?
BabyBugsy
#10
Chapter 9: ciyusan ini end? Cuman gini ajah? Ga ada kelanjutan hidup siwon sampai menikah atau kalau ga gitu sampai dia sembuh dri sakit deh. Kasihan kalau cuman disni doang :(((