Ini sudah lebih dari seminggu lebih setelah Victoria menemukan diarynya kembali. Meskipun pada awalnya ia ingin sekali mencari tahu siapa orang yang telah mengembalikan dan menulis surat kepadanya itu, namun sulli dan luna meminta victoria untuk menghentikan rasa penasarannya itu. Benar, ia ingat luna pernah mengatakan kepadanya ‘mungkin orang itu tidak ingin identitas aslinya kau ketahui. Dengan apa yang ia telah lakukan, ia mencoba untuk membuat kau percaya kalau dia bukan orang jahat yang akan mengambil keuntungan dari apa yang telah ia ketahui dari diary itu’. Itu mungkin adalah sepenuhnya benar. Maka sejak itulah, ia mencoba menjalani hari-harinya dan melupakan semua itu.

Dan hidup akan berjalan dari awal lagi.

Seberapa banyak mahasiswa laki-laki yang lebih memilih ke perpustakaan daripada berlari-lari dan bermandi keringat di lapangan basket atau lapangan bola ? Hampit tidak ada, kecuali mungkin lelaki itu butuh sesuatu yang harus ia cari di perpustakaan. Tetapi, seperti kata-kata sebelumnya ‘hampir tidak ada’. Bukan berarti tidak ada.

Namun entah apa yang membuat pikiran victoria terenggut oleh sosok dalam kategori ‘bukan berarti tidak ada’ itu. Ini sudah kesekian kalinya victoria melihat anak lelaki itu di sana. victoria tidak pernah menghitung lebih detail, namun tiba-tiba saja sosoknya telah menjadi familiar bagi victoria. Karena begitu familiarnya hingga jika mereka berpapasan secara tiba-tiba mereka akan saling berpandangan, refleks tersenyum dengan ringan, antara mereka seolah-olah mereka adalah sahabat lama.

Saat itu Victoria sedang berada di perpustakaan. Tentu bukan untuk melihat laki-laki tersebut, tanpa di cari victoria tau kalau ia pasti ada disana. Victoria bahkan sempat berfikir-fikir kenapa laki-laki seperti itu (Terlihat tampan dan keren) lebih menyukai berdiam diri berjam-jam di perpustakaan daripada berpesta foya atau berolahraga dengan teman-temannya. Victoria lalu menyusuri lorong mencari buku yang harus ia temukan untuk di ringkas, karena kemarin ia tidak masuk kuliah karena sedikit sakit. Dan setelah beberapa saat ia menemukan buku itu di rak buku, tetapi harus berusaha untuk mengambilnya karena buku itu berjejer dan terletak di bagian teratas rak. Victoria mencoba mengambil dan meloncat-loncat untuk mendapatkan buku itu, tetapi ia berhenti ketika tangan seseorang mengambilnya dan memberikannya padanya.

”Seharusnya kau minta tolong jika kau tidak bisa mengambilnya” ucap laki-laki itu. Victoria sempat terkejut ketika laki-laki yang dihadapannya saat itu adalah laki-laki dengan kategori ‘bukan berarti tidak ada’.

“terima kasih” ucap victoria berusaha tenang

“kau anak sastra ?” tanya laki-laki tersebut. Victoria mengangguk pelan

“aku fikir hanya sedikit orang yang menyukai sastra” mendengar jawaban laki-laki itu victoria mengeryitkan kening

“kau bermaksud menyinggungku. Dengan kata lain, bahwa sastra tidak sebaik jurusan lainnya ?” tanya victoria. Laki-laki itu tersenyum

“tentu saja tidak. Roomate ku adalah anak sastra. Aku yakin kau mengenalnya”

“benarkah ? siapa ?” tanya victoria spontan semangat tiba-tiba

“hm .. Lee Dong Hae” jawab laki-laki itu

“Donghae oppa, kau serius .... ????” teriak victoria yang langsung diberikan sinyal pada laki-laki itu untuk mengecilkan suaranya.

“maaf. Aku terlalu berlebihan” victoria tertunduk malu

“gwaencana. Tetapi kau tampak begitu mengenalnya”

“ya. Dia adalah kakak kelasku yang sangat baik. Dia orang yang ramah dan punya banyak teman, tapi satu faktor yang membuatku mengenalnya adalah .. karena roomateku adalah pacarnya” jawab victoria

“Sulli ???”

“ya. Benar. Pasti donghae oppa sudah banyak cerita padamu” pertanyaan victoria hanya dibalas dengan anggukan

Setelah beberapa menit mereka bicara, victoria harus meminta izin pada laki-laki tersebut karena ia memiliki kelas saat itu. Tetapi sebelum ia pergi melangkah keluar, laki-laki itu menghalanginya dan tersenyum.

“ada sesuatu yang tertinggal” ucap laki-laki itu. Victoria spontan langsung mencari tau apa yang etrtinggal. Mengecek tasnya dan buku-bukunya, tetapi tidak ada satupun yang hilang. Laki-laki itu tertawa.

“Aku Cho Kyu Hyun” kyuhyun mengulurkan tangannya. Victoria mendongak lagi dan lagi terkejut. Ia kemudian mengulurkan tangannya ragu-ragu

“Victoria Song” victoria tersenyum

___

Entah apa yang terjadi setelah pertemuan tersebut keduanya akhirnya menjadi teman baik. Luna dan sulli membiarkan victoria berteman dengan kyuhyun tanpa tau bahwa kyuhyunlah yang telah menemukan diarynya dan menuliskan surat yang terselip itu. Semakin hari dan waktu berjalan, keduanya semakin dekat. Donghae awalnya terkejut, ia khawatir kalau suatu saat victoria tau semua kebohongan kyuhyun dan pada akhirnya kyuhyun akan terluka karena kebencian victoria. Sekalipun donghae tau itu semua sudah menjadi resiko kyuhyun, tetapi mengingat roomatenya itu begitu mencintai gadis itu. Donghae memilih untuk membebaskan apa yang diinginkan kyuhyun.

“kau tau kyu, aku bosan menjadi diriku” victoria menjilat es krim di tangannya sambil melepaskan pandangan pada keramaian petang di kota seoul.

“kalau tidak mau menjadi dirimu, lalu kau mau menjadi apa?” dua tetes ice krim yang mencair melumuri tangan kyuhyun. victoria memberikan tissue kepada kyuhyun.

“aku mau menjadi siapapun yang bisa bebas menentukan apapun yang harus ia hadapi dalam hidupnya”

“kau ingin menjadi setengah Tuhan ? tidak ada manusia yang bisa memilih bagaimana jalan hidup yang akan ditempuhnya ! kalaupun ada, hidup baginya pasti sudah tidak menarik lagi”

“kau tidak akan bicara seperti itu jika kau berada di posisiku. Apa yang tidak aku tau, justru membuat hidupku tidak menarik” victoria cemberut

“pernah berfikir tidak bahwa mungkin justru itu esensi hidupmu. Mencari. Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”

“aku ingin tau. Tetapi tidak bisa !” victoria menatap kosong pada ice krim yang beranjak mencair di genggamannya

“Justru rasa ingin tau itu adalah pintu. Kau hanya perlu berani membukannya atau tidak ! jadi, pertanyaannya sekarang. Kau berani atau tidak ?”

Victoria menoleh pada kyuhyun. belum pernah ada seseorang yang mengucapkan kalimat seperti itu padanya.

“baiklah, ayo kita tes rasa keingintahuanmu. Tanyakanlah satu hal yang paling tidak ingin kamu tanyakan padaku ! aku mungkin bersedia menjawab, mungkin juga tidak. Tapi itu tidak penting, yang terpenting kau tidak takut bertanya

“kau sedang bercanda ya” victoria secara tidak langsung menolak permintaan kyuhyun

“baiklah, basa basi saja” pinta kyuhyun

“Mmh .. apa yang paling kau suka ?”

“bermain games”

“Hah ? itukan biasanya kesukaan anak kecil”

“justru itu. Sepertinya menyenangkan bukan jika kita mempunyai kemampuan kembali menjadi anak kecil”

“tanpa kau sadari itu sama saja kau takut dan merasa tidak nyaman menjadi kyuhyun yang dewasa seperti sekarang” victoria mendecak. Kyuhyun mengeryitkan kening. Sesuatu dalam benaknya merenggutnya.

“aku ingin kembali kemasa kecil. Tetapi aku juga tidak ingin kehilangan hari ini” ucapnya berbisik.

“itu namanya kau egois”

“jika berbicara masalah keinginan, kita memang sering terjebak dengan ego kita kan ?”

“entahlah...” jawab victoria datar

“mungkin yang paling baik. Kita nikmati saja masa lalu yang mengendap di kepala kita, lalu kita buat hari-hari yang kita jalani sekarang menjadi jauh lebih baik” kyuhyun tersenyum

“sulit ! ... tetapi aku setuju”

Sejak itu victoria selalu menghabiskan harinya bersama kyuhyun sebagai seorang ‘sahabat’ untuk menyelami hidup sesosok lelaki yang selama ini begitu asing baginya. Saling berbagi mimpi, berbagi cerita. Entah apa yang membuat victoria merasa seakan kyuhyun pernah masuk dalam kehidupannya jauh sebelum mereka bertemu dan menjadi sedekat sekarang. Ia merasa kyuhyun selalu mengerti perasaannya, selalu tau apa yang baik dan buruk untuk dirinya.