Approved
Carmen FantasySetelah berbulan-bulan tidak berbicara, Jongin akhirnya mendapat kesempatan lagi untuk berbicara dengan Chanyeol. Hari ini, di kafetaria pada jam makan siang.
Saat itu, Soojung dan Sehun sedang fokus berdiskusi mengenai projek mereka dalam pelajaran Sastra di perpustakaan, sementara Seulgi ada urusan dengan klub fotografinya. Dengan terpaksa Jongin harus makan siang sendiri.
Setelah mengambil makanan, Jongin menatap ke sekeliling kafetaria, mencari meja kosong. Saat itulah dia melihat Seunghee melambaikan tangan padanya dari sebuah meja di pojok. Gadis itu sedang duduk bersama dua anggota band sekolah, Chanyeol sang gitaris dan Yuta sang drummer. Saat Jongin bergabung bersama mereka, dia mengalami déjà vu. Rasanya seakan kembali ke masa-masa dimana dia masih bergaul dengan mereka.
Suara Seunghee sudah kembali, walaupun masih belum bisa digunakan untuk menyanyi. Keceriaan gadis itu juga telah kembali seperti biasanya. Namun, Jongin masih bisa melihat rasa lelah di matanya setelah malam memalukan itu. Tidak hanya Seunghee, namun juga pada Chanyeol dan Yuta. Bahkan, menurut Jongin, Chanyeol yang kelihatan paling kelelahan.
“Hai, Jongin,” sapa Chanyeol lemas saat Jongin bergabung. Yuta bahkan hanya mengangguk, diiringi tatapan mata kosong.
“Halo,” balas Jongin. “Kalian kenapa? Lesu banget.”
Seunghee tersenyum lemah. “Kau tahulah, sunbae. Lihat saja sekelilingmu.”
Jongin menurut. Dia langsung melihat apa saja yang dilakukan murid-murid lain. Banyak yang memandang ke arah mereka berempat dengan senyum mengejek, lalu berbisik-bisik seru. Kemudian, mereka akan tertawa-tawa. Beberapa bahkan terang-terangan menirukan bagaimana Seunghee lari dari panggung.
Dan yang membuat Jongin geram, seorang siswa sempat melewati meja mereka dan berkata pelan, namun dapat Jongin dengar dengan jelas. “Meja anak-anak cupu.”
“Sudah, biarkan,” tahan Yuta saat melihat tangan Jongin yang sudah terkepal. “Mau diapakan saja pun tidak akan mempan. Segalanya sudah terlanjur terjadi.”
“Yuta—“
“Biarkan, Jongin,” potong Chanyeol. “Dia benar.”
Jongin kembali terduduk lesu di kursinya.
Seunghee berusaha mencairkan suasana. “Harusnya, kau bersenang-senang sekarang,” katanya. “Karena klub orkestra sudah diperbolehkan untuk tampil di pentas seni akhir tahun!”
Chanyeol dan Yuta, yang kelihatannya baru mengetahui hal ini, membulatkan mata mereka bersamaan. “Yang benar?”
Seunghee mengangguk bersemangat.
“Bagaimana bisa?”
“Kyungsoo merasa bersalah dengan kami, jadi dia berbaik hati ingin membantu kami agar bisa tampil di pentas seni.”
“Wah, enak sekali,” kata Yuta iri. “Hana tidak akan pernah memperbolehkan kami tampil lagi.”
“Ditambah lagi kami kehilangan bassist,” gumam Chanyeol, cukup keras untuk didengar Jongin.
Jongin pun bertanya. “Ada apa dengan bassist kalian?”
“Katanya sih dia tidak pernah diperbolehkan ngeband. Dia masuk band kita diam-diam tanpa sepengetahuan orang tuanya. Tapi, foto kami malam itu tersebar kemana-mana. Wajah dia terpampang jelas disana. Orang tuanya tahu, dan dia dipaksa keluar. Dengar-dengar bas miliknya juga dihancurkan.”
“Kau bercanda, kan?” respon Jongin ngeri.
Yuta mengangkat bahu. “Tragis, memang.”
“Ini… terlalu berat untuk kalian semua,” gumam Jongin.
“Entahlah.” Chanyeol menyandarkan sebelah kepalanya di meja. “Mungkin ini karmaku karena sudah mengeluarkanmu.”
“Hyung...” kata Jongin tak berdaya, mengucapkan sebuah panggilan untuk Chanyeol yang sudah lama tidak keluar dari mulutnya.
Chanyeol tersenyum tipis. “Tidak apa-apa, Jongin. Tadinya, aku dengan tidak tahu diri sempat berpikiran untuk mengajakmu lagi untuk menjadi bassist kami. Kurang ajar sekali, kan? Aku yang mengeluarkanmu dengan semena-mena, aku juga yang mengajakmu masuk kembali. Tapi, aku sadar aku tidak seharusnya membiarkanmu merasakan apa yang saat ini kami rasakan. Perjalananmu akan mulus dengan klub orkestra dengan masa depan kalian yang sudah jelas.”
“Hyung, jangan begitu,” balas Jongin. “Justru aku senang sekali. Aku dengan senang hati akan menerima tawaranmu walaupun harus membagi waktu diantara dua klub.”
Saat itulah sebuah ide brilian terlintas di benak Jongin.
“Hei, aku punya ide!”
Saat dia mengutarakannya, dia mendapatkan respon yang berbeda-beda. Seunghee terlihat antusias, Yuta berpikir keras, sementara Chanyeol kentara sekali ragu.
“Ide bagus, tapi… aku tidak yakin ini akan berhasil.”
“Tenang saja.” Jongin membusungkan dada. “Serahkan saja semuanya pada Kim Jongin dan… Do Kyungsoo.”
--
Setelah bel tanda waktu makan siang telah selesai berbunyi, Seunghee, Yuta dan Chanyeol segera pamit untuk menghadiri kelas berikut. Sementara itu, Jongin tetap di kafetaria.
Saat itulah dia menelpon Soojung.
“Hai, Jung!” sapa Jongin setelah Soojung mengangkat telepon.
“Sori, ini siapa, ya?”
Gadis ini, kata Jongin gemas dalam hati. Tapi, dia memilih untuk ikut bermain-main.
“Aku ingin berbicara dengan Soojung.”
“Jung Soojung?” nada suara Soojung ceria. “Ooohhh, yang cantik itu, ya?”
Jongin mendengus. “Iya, yang itu. Boleh aku bicara dengannya?”
“Soojungnya lagi nggak ada.”
“Yah,” kata Jongin, pura-pura kecewa.
“Memangnya k
Comments