Captivated
Carmen FantasyDress itu memanjang sampai ke bawah lutut, juga tanpa lengan. Warnanya persik, ditambah payet perak mengukir di bagian dada. Kainnya terasa lembut saat tangan Soojung menelusurinya.
“Apa ini sutra?” tanya Soojung.
Nara mengangguk. “Sesuai permintaanmu.”
“Dan hanya ada satu dress sutra di peminjaman, Jung. Kebetulan sekali warnanya juga persik,” tambah Jinri.
Karena Soojung tidak membuka mulut lagi, Nara berkata, “Bagaimana, Soojung? Kau suka?”
“Ini indah,” gumamnya pelan, namun masih terdengar jelas oleh dua orang temannya.
“Ayo, Soojung, biar kami meriasmu.” Nara dan Jinri menarik Soojung agar duduk di kursi rias.
Saat ini, seluruh pekemah sedang mempersiapkan diri untuk acara penutupan nanti malam. Soojung, Nara dan Jinri semuanya berkumpul di kamar Nara, karena kamarnya lebih luas dan Nara tidak berbagi kamar dengan siapapun, sehingga ruangan tidak terasa sesak. Nara dan Jinri telah lebih dulu selesai berdandan. Keduanya mengenakan gaun hitam berenda. Mereka dengan pandai merias wajah sendiri, dan itu membuat Soojung merasa iri. Dia sangat buruk dalam urusan seperti ini.
Jinri menata rambut Soojung. Pertama-tama, dia menyisirnya sampai rapi lalu mengepang helai-helainya. Dengan teknik yang sulit, dia berhasil menyanggul kepangan-kepangan itu ke atas. Terakhir, dia menyematkan jepit rambut mawar putih di bagian kiri kepala Soojung. Sementara itu, Nara membubuhkan satu warna untuk dandanan Soojun, yaitu merah koral di mata, pipi dan bibir.
“Selesai!” kata Nara dan Jinri bersamaan. “Ada yang kurang, Jung?”
“Cukup, Nara, Jinri. Terima kasih,” kata Soojung.
Dan saat Soojung sudah mengenakan dress itu, dua temannya tersenyum puas. Masing-masing dari mereka menggamit satu lengan Soojung keluar kamar. Kabin sudah kosong. Seluruh penghuni pasti sudah berkumpul di auditorium.
Auditorium penuh manusia. Baik para pekemah maupun staf. Kursi-kursi terdepan telah diisi oleh petinggi kamp, sementara itu belum semua pekemah duduk. Beberapa masih berdiri, mengobrol dengan teman.
“Oh, Tuhan,” bisik Jinri di telinga Soojung. “He’s hot.”
Tidak jauh dari sana, anak-anak Kabin Rock sedang berkumpul. Jongin salah satu dari mereka. Dia mengenakan jaket kulit hitam sebagai luaran dari kemeja putih yang diselipkan ke dalam celana jins biru. Saat mata mereka bertemu, Jongin langsung permisi dari perkumpulan dan menghampirinya. Nara dan Jinri yang mengerti situasi segera pergi.
“Ini seharusnya acara formal,” kata Soojung. “Mengapa kamu tidak memakai jas terlebih dahulu lalu menggantinya semenit sebelum tampil? Biasanya artis-artis di acara penghargaan begitu.”
Jongin menyelipkan sejumput rambut Soojung ke belakang telinga. “Tidak bisakah kita lebih membahas penampilanmu yang menakjubkan malam ini?”
“Jangan puas dulu,” Soojung berkata. “Aku kan belum tampil.”
“How rude. Aku memujimu, tapi tidak ada kata terima kasih, tidak ada juga pujian balik.”
“Terima kasih. Dan, kamu terlihat tampan. Puas?”
Jongin terkekeh pelan. “Lebih dari apapun.”
Seorang konselor perempuan yang bertugas sebagai pembawa acara sedang melakukan soundcheck di atas panggung. Saat suaranya dapat terdengar jelas di pengeras suara, dia meminta agar para pekemah menempati tempat duduk masing-masing karena acara akan segera dimulai. Karena para pekemah harus duduk bersama teman satu kabin untuk mempermudah pemberitahuan, Soojung dan Jongin terpaksa berpisah, tidak sebelum Jongin berpesan pada Soojung agar membuatnya terpukau.
Satu setengah jam telah berlalu. Tersisa dua kabin yang belum tampil. Band Jongin sudah diminta untuk bersiap-siap di balik panggung. Sekitar lima menit kemudian, mereka berlima sudah memasuki panggung diiringi suara tepuk tangan. Baekhyun sang vokalis maju ke tengah panggung dimana mikrofon berdiri dan memperkenalkan diri serta lagu yang akan mereka nyanyikan, tak lupa menyebutkan nama Minho sebagai penulis.
Selama Baekhyun berbicara, Jongin menyiapkan basnya. Tepat sebelum penampilan dimulai, dia mencuri pandang pada pintu menuju belakang panggung. Soojung sedang berdiri di sana, mengepalkan satu tangan dan mengucapkan kata penyemangat tanpa suara.
Jongin mengedipkan sebelah mata padanya, lalu memetik satu persatu senar basnya selama empat menit kemudian.
--
Para orkes telah menempatkan diri di posisi masing-masing, masih tersembunyi di balik tirai merah yang membentang di panggung. Myungsoo berdiri di atas podium dalam posisi menghadap penonton. Hari ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, dia kembali menjadi konduktor. Sebelah tangannya mencengkeram erat baton sembari mulutnya mengucapkan kata pembuka.
Setelah kata pembuka itu selesai, Myungsoo membalikkan badan. Tirai tersingkap, memperlihatkan kira-kira lima puluh pekemah Kabin Klasik dalam pakaian hitam. Ditengah mereka semua, berdiri Jung Soojung, tampak mencolok sekaligus anggun dalam pakaian persiknya.
Myungsoo ingat hari dimana mereka bertemu untuk pertama kalinya. Saat itu Soojung masih sebelas tahun, dan Myungsoo tiga belas tahun. Ini tahun kedua bagi Myungsoo di kamp, sementara status Soojung adalah pendatang baru. Myungsoo masih ingat seisi kelas terperanjat mendengar Soojung yang dengan semangat mengatakan ingin mempelajari Carmen Fantasy. Tidak ada konselor yang menguasainya, sehingga Soojung mendapat bimbingan khusus dari seorang wanita petinggi kamp.
Permainan biola gadis kecil itu termasuk bagus, akan tetapi buruk dalam memainkan yang ini. Dengan sabar wanita itu terus mengajarinya, dan Soojung terus berusaha tanpa pamrih. Di akhir bulan, kemampuan bermainnya telah membaik. Bukan berarti dengan itu Soojung menjadi sombong. Dia masih haus akan pengetahuan. Dia terus berlatih setiap memiliki waktu luang, ditemani ibunya sendiri, salah satu pemain biola terkenal di negara ini. Soojung begitu menyayangi wanita itu. Soojung pernah bilang bahwa wanita itulah penyebab kecintaannya pada musik klasik.
Lalu, sang ibu meninggal. Kerja keras Soojung berakhir sia-sia. Semangatnya hilang, digantikan oleh rasa sakit yang membutuhkan bertahun-tahun untuk disembuhkan.
Belakangan ini, semangat Soojung muncul lagi. Padahal, baru sehari sebelumnya Soojung memarahi Myungsoo karena memilih Carmen Fantasy sebagai penampilan mereka. Myungsoo sendiri heran mengapa, tapi memilih untuk tidak ambil pusing. Yang terpenting, Soojung yang lama telah kembali, dan Myungsoo berterima kasih pada apapun yang membuatnya seperti ini.
Malam ini, Jung Soojung tampil dengan keanggunan yang mengherankan. Myungsoo tentu sudah sering melihat Soojung dan biolanya sebelumnya, namun ada sesuatu yang lain pada dirinya ketika memainkan Carmen Fantasy. Myungsoo seperti melihat kepingan kehidupan
Comments