Commanded
Carmen FantasySoojung sedang mengevaluasi anak didiknya memainkan Moonlight Sonata ketika wajah Jinri muncul di jendela kelas. Tangan Jinri melambai menyuruh Soojung keluar. Soojung berbicara tanpa suara, meminta Jinri untuk menunggu. Temannya itu ternyata tidak mau menunggu.
Jadi, Soojung mencatat hasil evaluasi anak itu di papan jalan, lalu berdiri.
“Kerja bagus, Kwangjun,” pujinya. “Kamu lanjutkan pelajaranmu dengan Nara, ya. Aku mau permisi dulu.”
“Noona mau kemana?” tanya bocah berumur lima tahun ini. Dia mengingatkan Soojung pada Chanwoo di rumah.
“Ada panggilan yang harus kupenuhi.”
“Nanti noona akan kembali, kan?” Kwangjun bertanya dengan penuh harap.
Soojung menepuk kepalanya. “Tentu. Kita bertemu saat makan siang, oke?”
Setelah mendapat balasan berupa anggukan dari Kwangjun, Soojung pun meninggalkannya. Dia memberikan papan jalan berisi nilai Kwangjun dan yang lain pada Nara, seorang konselor senior yang juga mengajar di kelas itu. Dia juga meminta izin pada Nara untuk memenuhi panggilan Jinri.
“Oh, kau lebih baik datang, Soojung. Ini penting sekali,” Nara berujar.
Soojung menyerngit. “Kalian menyembunyikan apa dariku?”
“Tidak hanya kamu. Seluruh konselor junior dan murid-murid juga. Yang tahu hanya petinggi kamp dan konselor senior.”
Karena perkataan Nara makin membuatnya bingung serta penasaran, Soojung pun mendatangi Jinri diluar, berniat untuk meminta jawaban.
“Kita dipanggil untuk menghadiri pertemuan di kantor petinggi kamp,” Jinri memberitahu. “Myungsoo dan konselor junior klasik lainnya sudah ada disana.”
“Memangnya ada apa? Dan kenapa mendadak begini?” tanya Soojung ketika mereka sudah berjalan menuju tempat yang dimaksud.
“Aku sendiri tidak tahu, Soojung. Tadi aku bertemu Myungsoo dan dia menyuruhku untuk datang ke sana setelah menjemputmu.”
Kantor petinggi kamp berada di samping auditorium. Bangunan itu hanya satu lantai, namun begitu luas, begitupun ruang rapatnya. Terdapat meja panjang dengan kursi-kursi bersandaran empuk yang diduduki para konselor junior klasik. Di kepala meja, duduklah Direktur Lee. Myungsoo duduk di kirinya.
Soojung dan Jinri pun mengambil tempat duduk tersisa di paling ujung dari tempat duduk Direktur. Saat sudah duduk, Soojung memerhatikan koleganya. Mereka semua terlihat gugup. Tidak mengherankan. Konselor junior memang jarang dipanggil untuk mengikuti rapat dengan Direktur.
Ternyata, pengumuman fantasia yang akan dimainkan di showcase. Dan sialnya lagi, fantasia yang paling Soojung hindari.
Carmen Fantasy. Mendengarnya saja membuat Soojung merinding.
“Apa?” Soojung memekik begitu Direktur mengumumkannya. Seluruh mata pun menoleh pada Soojung, termasuk Myungsoo yang mendelik karena ketidaksopanan Soojung. “Maaf, Direktur, tapi kenapa Carmen Fantasy?”
“Ada masalah dengan itu, Soojung?” tanya Direktur.
“Umm—tidak, sih,” dusta Soojung. “Tapi, bukankah ada banyak sekali fantasia yang lain? Mengapa memilih Carmen Fantasy yang sulit?”
“Tidak akan sulit jika kau yang memainkannya,” jawab Direktur.
Mata Soojung melebar. “Aku? Direktur, kau pasti salah orang—“
“Tidak. Aku memilih orang yang tepat. Seseorang telah memberitahuku bahwa kau ahlinya dalam Carmen Fantasy.”
Soojung menyerngit. Bagaimana Direktur bisa tahu? Kemudian, Soojung menatap Myungsoo yang duduk di dekat Direktur. Kepala pemuda itu tertunduk, menghindari kontak mata dengan Soojung.
Kedua tangan Soojung terkepal di pangkuan. Akan dia habisi orang itu.
--
“Maksudmu apa?” bentak Soojung setelah dia selesai menyeret Myu
Comments