Jealous Luhan

Our Memory

Luhan POV

‘Jiayi bernar2 mempermainkanku!’ geram Luhan sementara ia masih bergetar hebat karena sepertinya phobia ketinggiannya semakin parah. ‘aaarggg~ aku tak akan membiarkanmu tidur tenang malam ini, Jia’ gerutunya lagi. Ia hanya pasrah menunggu sang adik cepat kembali kepadanya karena kepalanya kini bertambah sakit.

 

Benar saja, Jiayi diomeli habis2an oleh Luhan begitu Jiayi tiba di tempatnya. Jiayi mengerucutkan bibirnya begitu Luhan kembali mengucapkan kata2 yang menyudutkan dirinya.

“Ya Xi Luhan!! Bukankah kau bilang kau mencintaiku? Tapi mengapa baru kutinggalkan sebentar saja kau sudah mengomel seperti nenek2,eoh?” lontaran kata yang sangat menohok hati Luhan saat ini. Ia dia benar mencintai Jiayi, tapi mengapa ia tak mau menunggu lebih lama untuk gadis pujaannya itu? Luhan lalu merengkuh gadis yang lahir 5 menit setelah dirinya itu ke dalam pelukannya. Menghujani Jiayi dengan kecupan lembut di surai coklatnya

“maafkan aku, Jia!!” sambil mendekatkan bibirnya ke bibir tipis Jiayi.

“hmm~” Jiayi masih sanggup menjawab pertanyaan Luhan disela2 permainan bibir mereka.

 

Luhan yang sudah membaik mengajak Jiayi untuk menghabiskan malam terakhir mereka di Florence. Ia seakan lupa jika ia baru saja mengomel pada gadis dipelukannya itu. Jiayi sangat cantik malam ini, begitu pikir Luhan. Ia memang mengakui kalau Jiayi memang cantik, tapi untuk malam ini,Jiayi Nampak seribu kali lipat cantiknya.

“berhentilah menatapku dengan tatapan bodoh, Lu” ujar Jiayi

“kau cantik Jia, membua……”

“heyyyyy!!” Jiayi menyapa lelaki dihadapannya dan itu membuat Luhan kaget. Mana mungkin Jiayi mengenal  penduduk local. Ia sudah mengingat2 jika ia tak mempunyai keluarga ataupun kerabat, bahkan rekanan bisnis keluarganya di Italia ini

“sweetheart~ kita bertemu lagi” jawab lelaki itu, ia mengulurkan tangannya ke arah Jiayi dan disambut Jiayi dengan hangat.

 

Luhan tidak habis pikir dengan panca inderanya sekarang. Gadis yang setaunya tidak mempunyai teman dekat lelaki itu bisa begitu dekat dengan pria yang bahkan tidak dikenalnya itu.

“ hey Lu-ge, ini kenalkan namanya Yifan, dia temanku”

“mwoo? Temanmu yang mana? Aku bahkan asing dengan namanya” balas Luhan sewot begitu ia menyadari perubahan garis wajah Jiayi yang semakin merona jika berbicara dengan Yifan.

“ketus sekali kau, Lu-ge. Biarkan saja dia Yifan, sifatnya memang tidak semanis wajahnya” ucapan jiayi kali ini benar2 menyulut kemarahan Luhan. Ini membuat lelaki  yang mengaku kalau dirinya manly itu segera meninggalkan tempat Yifan dan Jiayi.

 

Luhan meletakkan tubuhnya di atas ranjang king size kamar hotelnya. – kamar dirinya dan Jiayi. Ia benar2 kesal dengan kelakuan minus sang adik yang semakin hari semakin tidak bisa dimengerti akal sehatnya. Ia kembali melirik jam, tapi Jiayi belum juga pulang. Luhan semakin frustasi ketka Jiayi mengetuk pintu kamar mereka dan ia mendapati Yifan ada bersama dengan Jiayi, dengan keadaan mabuk.

 

Luhan segera mengusir Yifan dari kamar mereka. Yifan yang tak sepenuhnya mabuk hanya memandang kakak-beradik itu dengan tatapan heran ‘ mengapa kau begitu mendominasi Jiayi, Luhan? ‘ tanyanya dalam hati.

 

Luhan menatap Jiayi yang sedang tertidur. Wajah polos Jiayi sterlihat semakin polos ketika semua pakaiannya ditanggalkan Luhan.  Luhan kembali menyeringai ketika Jiayi menyerukan namanya dalam mimpinya. Ia maju mendekati tubuh Jiayi, namun dalam jarak beberapa senti, ia mengurungkan niatnya. Ada tanda kemerahan di leher Jiayi dan itu bukan tandanya. Luhan sadar betul kalau seharian ini ia hanya mengecup lembut Jiayi. Ia tidak meninggalkan tanda2 seperti itu karena ia sudah memilihkan gaun malam yang sangat cantik untuk Jiayi kenakan malam ini dan gaun itu akan mengekspos leher jenjang Jiayi sehingga Luhan dengan mati2an meredam hasratnya untuk tidak menyentuh Jiayi. Tapi kali ini Luhan mendapati leher Jiayi penuh dengan kissmark yang diyakini Luhan adalah milik Yifan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet