Waiting for "Them"

ODENG~

"Leo! Leo!" dan lagi, Odeng menghampiri gue yang lagi ngantri buat beli jus. "Ada apa?" Odeng menggeledah tasnya terus ngeluarin ponselnya. Sempat terdengar bunyi tak-tak-tak-tak sebelum dia nyodorin hapenya ke gue. Dan woh! Betapa terkejutnya gue sampe-sampe gue narik Odeng dan ninggalin jus yang lagi dibuat namun belum gue bayar.

"Leo,Leo,Leo! Kita mau kemana?" terus gue berhenti dibawah salah satu pohon yang ada, ngajak Odeng duduk, dan, "Kapan dia update ini? Kamu tau siapa cewe ini?" Odeng ngangkat alisnya, "Lihat saja, disana kan ada waktunya." yaampun, gue bener-bener kacau. "Sini." pinta Odeng, tak-tak-tak-tak, "Oh? yang tadi itu kekasihnya Luhan!" Odeng memekik.

"Ckck.. ternyata Luhan tidak semanis wajahnya. Lihat, belum sebulan hubungan kalian berakhir dan dia sudah punya kekasih lagi? Yaampuunn" kenapa Odeng jadi ikutan sebel, deh? "Emang cewe tadi itu beneran pacarnya?" Odeng mengangguk, "Sepertinya sih begitu. Teman-temannya sedang ramai membicarakan mereka" Oh! Rasanya itu, semua jadi mendadak panas, udara, hati, muka, idung sama mata, panaaaasss.

"Leo?" "Hmm?" gerakan refleks, begitu rasanya air mata ini mau jatuh, tangan gue langsung menyekanya dengan kasar. "Kamu nangis? Ah! Maaf, Leo, maaf. Pasti karena Odeng..." gue tersenyum, "Yaampun, Odeng. Kalaupun ada yang harus disalahinn, itu udah pasti gue." Odeng terdiam mandang gue.

Ting!

Muncul gambar surat kecil di pojok atas ponselnya Odeng, terus ada tulisan 민아, yang gue tau kalo artinya itu Min Ah. Odeng membuka e-mail itu dengan agak ragu. dan kurang lebih isinya begini; Oppa, sudah lama tidak menghubungiku, bagaimana kabarmu? Oh iya, tiga bulan lagi aku akan menikah, kau datang, ya? Sebenanya aku akan memberi undangan nanti, tapi bukankah kalau ku beri tahu sekarang, kau akan lebih mudah untuk mengatur jadwalmu nanti. Iya kan? Yasudahlah, pokoknya kau datang ya tiga bulan lagi. Annyeong!

Iya, semenjak kejadian e-mail dari ibu Odeng, gue jadi pengen belajar bahasa dia, makanya gue mulai ngerti sedikit. Dan, oh! Sudah bisa ditebak, sekarang Odeng mewek-mewek lagi ke gue. "Ayo, kita menangis bersama!" ajaknya lalu meluk gue. Iya, Odeng kalau lagi mewek-mewek emang pasti meluk gue. Makanya gue sebel.

"Sayangnya aku gak pernah nangisin apa yang udah buat aku hancur." Odeng melepas pelukannya, "Apa itu?" "Penantian kita." jawab gue cepet, "Kita sama-sama menunggu. Namun mereka dengan brengseknya malah pergi sama orang lain. Harusnya kita marah, bukan malah nangis." Odeng nyengir, "Ah, aku jadi malas menangis. Daripada menunggu mereka, bagaimana kalau kita menunggu di antrian es krim itu?" tawar Odeng.

"Ayo!" dan selanjutnya gue narik-narik Odeng buat sampe kesebrang. Yeah, dari pada nunggu Luhan yang gak pasti, mendingan gue nunggu es krim.

kalian brengsek, go to hell with your's aja sana!

 

 

 

ini chapter 3 nya. Heheh.. Annyeong!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet