chapter 6

thank you

                Jiyong mengangguk, dia menyerah dan langsung kembali ke mobilnya. Sedangkan chaerin langsung berjalan, chaerin harusnya bisa merasa lega saat jiyong langsung menyerah, ya seharusnya dia lega bukan malah merasa sedih, seakan sesuatu yang menghangatkan hatinya lenyap begitu saja. Merasakan sesak yang tiba – tiba merambati hatinya.

                Langit sore yang seharusnya menentramkan hatinya malah membuatnya semakin sesak. Dia memang sudah memutuskannya, memutuskan untuk acuh kepada sosok yang beberapa hari ini mengganggunya namun hatinya malah menjadi sakit, jadi sebenarnya apa yang dia rasakan? Nyamankah? Bahagiakah? Atau malah sakit saat setiap penolakan dia luncurkan dengan tenang tanpa ekspresi.

                “ jadi, setelah kau menolakku. Kenapa wajahmu malah terlihat tidak senang? “ chaerin menghentikan langkah kakinya, dia kembali menghembuskan nafas. Haruskah dia tersenyum sekarang? Karena saat ini hatinya kembali menghangat.

                “ bukan urusanmu “ rasanya ingin sekali chaerin menutup mulutnya dengan rapat. Kenapa hanya kata – kata itu yang bisa dia keluarkan? Padahal saat ini dia memang membutuhkan seorang teman, teman untuknya berbagi dan tertawa bersama. Chaerin tahu, bahkan sangat tahu bahwa dia akan tersenyum dan tertawa meskipun jiyong hanya menemaninya tapi dia tidak bisa melakukan hal tersebut, dia benar – benar belum bisa membuka hatinya.

                Jiyong kembali menatap chaerin, tadinya dia memang ingin pergi karena dia merasa sangat percuma menghadapi seorang lee chaerin yang keras kepala tapi ternyata hatinya berkata lain. Dia memang merasa percuma, tapi hatinya ingin dia untuk berjuang dan mungkin itu akan terasa lebih baik meskipun dia yakin chaerin tidak akan dengan mudah menerima ajakannya.

                “ kalau begitu aku akan menemanimu, tidak dengan mobilku tapi dengan bus sama sepertimu “ chaerin kembali menatap jiyong, “ bagaimana? Kau mau? “

“ tidak usah, kau tidak perlu melakukan hal itu “

“ kalau begitu ikut aku dengan mobil? Ayolah, itu bukan suatu hal yang sulit lagipula aku bukan orang jahat yang akan menculikmu aku hanya ingin bermaksud baik dengan mengantarmu pulang “

                Bukan, chaerin bukannya meragukan jiyong. Chaerin sangat tahu jika jiyong benar – benar orang baik, satu – satunya yang membuat chaerin ragu hanya egonya saja. Chaerin belum bisa membuka hatinya untuk menerima pertolongan orang lain dengan mudah. “ aku… tidak bisa “ ada nada keraguan dari suara chaerin dan jiyong sadar itu. Berarti chaerin bukannya ingin menolak tapi ada rasa ragu, hanya sebuah keraguan dan jiyong sangat yakin bisa menghapus keraguan itu.

                “ aku mohon, ini hanya permintaan sederhana. Aku janji hanya mengantarmu ke rumah setelah itu aku langsung pulang “

baiklah, sekarang jiyong merasa menjadi namja yang terlalu meminta, ada apa dengannya? Kenapa dia menjadi namja yang menyebalkan seperti itu. Sudahlah, dia sudah tidak perduli dengan apapun lagi, yang penting sekarang dia bisa mengantar chaerin karena jiyong tahu, jika dia yang mengantar chaerin maka hatinya akan lega, lega karena tahu bahwa chaerin sudah aman di dalam rumahnya.

Chaerin akhirnya mengangguk, dia benar – benar lelah jika harus terus menolak bantuan jiyong, namja ini benar – benar tidak mau dibantah.

Mungkin karena terlalu senang, jiyong tidak sadar bahwa dia langsung menarik tangan chaerin dan membawanya ke mobil. Sedangkan chaerin hanya bisa membulatkan matanya, kaget atas perlakuan tiba – tiba jiyong.

***

                Selama perjalanan tidak ada percakapan yang terjadi, keduanya sama – sama diam. Jiyong terlihat sangat serius menyetir namun sebenarnya fikirannya kacau. Dia sibuk mencari bahan pembicaraan yang bisa menghapus diamnya, membuatnya merasa nyaman tanpa ada rasa canggung seperti yang dia rasa sekarang.

                Sedangkan chaerin, dia hanya memandang ke arah luar. Dia tidak memikirkan apapun, hanya kekosongan yang dia rasakan. Namun entah kenapa rasa kosong itu malah membuatnya nyaman, membuatnya merasakan ketenangan yang telah lama tidak dia rasakan.

                “ chaerin-ssi, menurutmu saat seorang manusia membuat janji dengan manusia lainnya di jam yang sudah direncanakan, akankah mereka bertemu di waktu dan tempat yang diinginkan tanpa membuat salah satunya menunggu lama tanpa kejelasan? “ tiba – tiba jiyong bersuara, chaerin langsung mengalihkan pandangannya kearah jiyong namun masih dengan ekspresi datarnya.

                “ tidak “ chaerin menjawab dengan singkat, padat dan jelas. Jiyong hanya bisa menghembuskan nafas pela, dia sudah bisa menebak jawaban chaerin.

                “ kau tahu? Ada satu cara yang bisa membuat hal itu tidak terjadi “ jiyong sengaja menghentikan kata – katanya, dia ingin melihat reaksi chaerin.

                Jiyong hampir tertawa saat raut wajah chaerin berubah bingung, ‘ yeoja ini sungguh manis ‘ batinnya. “ ya, ada satu cara “ lanjutnya saat sudah bisa mengontrol dirinya agar tidak tertawa “ orang itu berbagi nomor ponsel, sehingga yang satu bisa menghubungi yang lain. Jadi menurutmu apakah kita harus melakukan hal itu juga? Karena aku sangat amat tidak suka jika harus menunggu tanpa kejelasan hari minggu nanti “

                Jiyong tersenyum kearah chaerin yang masih mematung, mencoba mencerna kata – kata jiyong.

Jiyong POV

                Aku sudah berhasil mengatakannya, sekarang tinggal menunggu jawaban chaerin. Tapi, kenapa dia tidak juga menjawab? Tak tahukah dia bahwa aku benar – benar gugup? Aku benar – benar membutuhkan nomor ponselnya. Entahlah, aku hanya merasa aku membutuhkannya saja.

                “ baik, hanya nomor ponsel kan? “ aku langsung mengangguk senang, akhirnya, aku fikir akan sulit ternyata tidak sama sekali. Aku dapat melihat chaerin yang mengambil kertas dan menuliskan sesuatu diatasnya, mungkin nomor ponselnya. “ ini nomor ponselku “ chaerin menaruh kertas itu di atas dashboard, aku mengangguk tanda mengerti.

                “ gomawo “ ucapku sambil tersenyum dan chaerin hanya mengangguk.

                Suasana kembali hening, kami kembali diam. Aku benar – benar bingung menghadapi yeoja satu ini, dia benar – benar tertutup dan pendiam. Padahal jika dia mau tersenyum sebentar saja padaku pasti aku akan sangat bahagia. Aku ingin melihat senyum tulusnya yang seperti saat itu, saat pertama aku bertemu dengannya.

***

                Kami sampai di depan rumahnya, chaerin langsung keluar dari mobilku tak lupa dia berterima kasih padaku dan setelah itu dia langsung bergegas masuk ke rumahnya. Rumah yang sederhana namun terasa nyaman.

                Aku kembali menginjak gas meninggalkan chaerin yang sudah masuk ke rumahnya. Malam yang indah, semoga kau mimpi indah lee chaerin.

Jiyong POV end

***

                “ hyung, kau berhasil mengajaknya pergi? “ jiyong hanya mengangguk merespon pertanyaan seungri. Hari ini hari sabtu, hari yang dijanjikan kelima sahabat itu untuk berkumpul.  Mereka berkumpul di café langganan mereka. “ mwo? Secepat itu kah? Daebak! “

                Sepertinya kata – kata seungri berhasil mengundang rasa penasaran tiga orang yang memang sudah ada disatu tempat dengan kedua sahabat mereka -seungri dan jiyong- sedari tadi. Taeyang yang tadinya sedang memainkan handphone langsung menaruh handphonenya di meja, daesung dan TOP yang sedang mengobrol langsung menghentikan aktifitas mereka dan kini perhatian mereka semua 100% hanya tertuju pada jiyong dan seungri.

                “ sepertinya ada yang kami lewatkan “ ucap taeyang penasaran, dia menatap jiyong dan seungri bergantian. Jika sudah seperti ini jiyong hanya bisa pasrah dan membiarkan seungri berbicara semaunya, karena diantara mereka berlima seungrilah yang paling cerewet dan seperti ember bocor.

                “ jadi begini hyung “ seungri memulai ceritanya dengan ekspresi yang dibuat serius tapi kini wajahnya malah terlihat aneh dimata keempat hyungnya, atau malah hanya jiyong yang merasa aneh? Karena sejak seungri memulai cerita ekspresi ketiga sahabatnya benar – benar tidak berubah –mereka terlihat serius dan antusias- sedangkan jiyong hanya bisa menghembuskan nafas pelan.

                Setelah seungri menyelesaikan ceritanya –yang dia beri judul kisah cinta jiyong- seungri langsung meneguk minumannya sampai hampir habis, dia benar – benar merasa kehausan karena harus bicara panjang lebar.

“ jadi besok kau akan berkencan hyung? “ kini daesung bertanya sambil menatap jahil ke arah jiyong, yang ditatap malah terlihat cuek, dia langsung mengambil ice coffenya dan mengangguk. “ aku harus mengabadikannya, jadi kau akan pergi kemana? “ jiyong yang tadinya cuek langsung tersedak begitu mendengar perkataan daesung selanjutnya.

                “ YAK!! Kau pikir itu sebuah tontonan?! Ani besok tidak ada yang boleh membuntutiku “ ucapnya tegas, dia tidak mau acara jalan – jalannya berantakan hanya karena rasa penasaran keempat temannya.

                TOP yang biasanya diam langsung menepuk punggung daesung, “ sudah jangan mengganggunya lagi “ jiyong menghembuskan nafas lega, ternyata salah satu temannya masih ada yang waras “ kita bisa mengikuti mobilnya besok tanpa harus dia sadar “ TOP bicara dengan ringan, seolah – olah jiyong tidak sedang bersama mereka, dan itu membuat jiyong lebih kesal lagi.

“ hyung, kenapa kau jahat sekali kepadaku? “ ucapnya sambil cemberut, yang malah tak ditanggapi oleh TOP karena dia malah meminum hot coffenya.

Ketiga sahabatnya yang lain malah tertawa. Jujur, melihat jiyong yang seperti anak kecil seolah menjadi hiburan tersendiri bagi mereka karena biasanya jiyong jarang bercanda, dia selalu terlihat serius dan TOP yang cuek dengan sekitarnya membuat mereka berdua terlihat lebih lucu.

***

                Chaerin memandang pantulan wajahnya di depan cermin. Wajah yang pucat, mata yang sembab Karena menangis, pagi ini dia benar – benar terlihat kacau. Kemarin setelah jiyong mengantarnya ke rumah tiba – tiba saja air mata chaerin keluar tanpa bisa dia cegah. Untungnya dia menangis di dalam rumah, dia tidak ingin orang lain melihatnya menangis, apalagi seorang jiyong yang baru dia kenal.

                Chaerin tersadar dari lamunanya saat dia sadar handphonenya bergetar, ada satu pesan. Chaerin agak bingung juga karena biasanya tidak ada yang mengiriminya pesan karena sudah lama dia tidak berkomunikasi dengan teman – temannya, dan benar saja, dia mendapat pesan dari nomor tak dikenal.

From : +628xxxxxxx

Hai nona chaerin. Apa kabar? Aku hanya ingin mengingatkanmu besok  jangan sampai lupa, kalau kau tidak datang maka aku yang akan menjemputmu langsung. Kwon jiyong. Balas pesanku.

                Chaerin meremas ponselnya kuat, kenapa hatinya jadi tidak tenang? Tiba – tiba saja air matanya kembali menetes, sama seperti semalam. “ Aaah, kenapa tiba – tiba aku menangis? “ chaerin bicara dengan suara parau, air matanya tidak bisa berhenti, sesak, sangat sesak. Handphonenya kembali bergetar, ada satu pesan masuk, masih pengirim yang sama.

From : +628xxxxxxx

Hai nona chaerin, apa jam segini kau masih berada di alam mimpi? Ayo bangun, kau tidak mungkin terus tidurkan???? Dan segera balas pesanku setelah kau membacanya, palli

                Apa yang harus chaerin lakukan sekarang? Apakah dia harus membalas pesan ini? Atau tetap mengabaikannya? Tapi, jika dia tidak membalasnya apa jiyong akan berhenti mengiriminya pesan? Atau malah membomnya dengan pesan – pesan tidak penting? Akhirnya setelah berfikir cukup lama chaerin membalas pesan jiyong.

To : +628xxxxxxx

Ne, aku akan datang.

                Singkat, jelas, padat. Itulah lee chaerin. Dia tidak mau membuang waktunya memikirkan kata – kata yang baik untuk membalas pesan jiyong. Lagipula namja itu hanya mengingatkannya. Chaerin berniat memasukkan ponselnya ke saku celana saat lagi – lagi ponselnya bergetar, menandakan sebuah pesan masuk. 

From : +628xxxxxxx

Hai nona chaerin, akhirnya kau bangun juga. Baiklah, sampai jumpa besok ^^

                Chaerin memijit pelipisnya pelan, namja ini benar – benar membuang waktunya. Chaerin keluar dari kamarnya menuju dapur, dia segera mengambil air minum. Dalam satu tegukan minuman yang dia pegang akhirnya habis. Saat dia akan kembali ke kamar tiba – tiba ponselnya bergetar lagi. Chaerin menghembuskan nafas berat, “ kwon jiyong kau benar – benar membuatku kesal “ rutuknya dalam hati. Chaerin membuka pesan dari jiyong dan hanya bisa menahan rasa kesalnya.

From : +628xxxxxxx

Nona chaerin, izinkan aku bertanya kepadamu. Beritahu aku jawaban yang benar – benar bisa membuatku puas, aku mohon.

                Chaerin mendengus kesal, “ pertanyaan apa yang mau dia tanyakan? “ chaerin berucap pelan tapi penuh penekanan, dia kesal. “ sudahlah, aku sudah tidak perduli. Aku benar – benar tidak perduli lagi “ ucap chaerin sambil menaruh ponselnya di meja dapur, setelah itu dia langsung kembali ke kamar.

                Chaerin duduk di tepi ranjang, hari ini chaerin tidak bekerja karena toko bunga akan tutup selama 2 minggu. Perkebunan bunga milik ahjumma sedang terkena masalah, bunga – bunga yang ada disana setengahnya habis karena hama karena itu ahjumma harus memantaunya lagi, mungkin toko akan tutup selama 2 minggu, itupun kalau kerusakan di perkebunan tidak terlalu parah kalau parah ahjumma terpaksa tinggal disana lebih lama.

                Mendengar berita itu membuat chaerin khawatir, dia bukan khawatir kepada dirinya sendiri, dia khawatir kepada ahjumma. Padahal kemarin sore ahjumma terlihat biasa saja, pantas chaerin diminta pulang cepat. Ahjumma mengirim pesan pada malam hari, setelah tangis chaerin reda. Karena itu setelah chaerin menerima pesan tangisnya langsung benar – benar berhenti, dia sangat terkejut.

                “ semoga ahjumma baik – baik saja, aku benar – benar khawatir “ ucapnya pelan namun benar – benar tulus. Chaerin mengedarkan pandangannya ke laci kecil di sebelah tempat tidurnya, di atas laci terpampang jelas fotonya dan dongwook. “ oppa, hari inipun aku tidak tahu harus melakukan apa. Tapi, meskipun begitu, aku…aku… aku takut oppa… bagaimana ini? “ tiba – tiba air mata chaerin kembali jatuh, memandang foto itu selalu saja membuatnya sedih.

                “ aku takut akan melupakanmu, aku takut jika perasaan ini mulai berubah… oppa, bagaimana ini? Aku… aku sungguh takut “ chaerin memegangi dadanya yang terasa sesak “ oppa… kenapa kau harus meninggalkanku? Kenapa kita harus berpisah seperti itu? A…aku tidak ingin kehilanganmu… aku… aku benar – benar mem…butuhkanmu “

                Chaerin terduduk di lantai, memukul lantai dengan tangannya sambil terus merutuki dirinya. Biarlah kali ini dia menyiksa dirinya, biarlah dia menangis sampai air matanya benar – benar habis, dia sudah tidak perduli lagi. Dia benar – benar tersiksa dengan semuanya, perasaannya, kehidupannya, dirinya, kenangannya, semua benar – benar membuatnya hampir gila.

                Setelah puas menangis, chaerin memutuskan untuk keluar kamar. Dia mengambil handphonenya yang sedari tadi dia biarkan di meja dapur karena tidak ingin diganggu oleh jiyong, dan benar saja di layar ponselnya terpampang dengan jelas pemberitahuan 1 pesan masuk. Setelah chaerin membuka pesannya, yeoja itu hanya bisa mematung di tempat.

                “ bagaimana ini? Sekarang, aku tidak tahu harus menjawab apa. Oppa, aku bingung “

 

tbc

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cipluk #1
Chapter 5: Lanjuuuuuuuut dong