chapter 4

thank you

“ chaerin, kau lihat benda ini? “ chaerin mengangguk, dia menatap sebuah kalung dengan liontin ruby. Kalung itu indah, pikirnya. “ ini benda paling berharga yang aku miliki. Pemberian eommaku sebelum dia menghembuskan nafas terakhir “ ada kesedihan di tiap kata yang diucapkan namja itu dan chaerin merasakannya.

                Mereka berdua terdiam agak lama sampai akhirnya namja itu memasukkan kembali kalungnya “ kau tahu? Aku sangat kehilangan ibuku saat itu, sampai rasanya aku ingin menyusulnya saja, aku benar – benar terpuruk. Tapi setelah kau datang, keterpurukanku tiba – tiba menghilang dan berganti menjadi keinginan untuk terus hidup. Terima kasih “ mereka berpelukan agak lama, mencoba menetralkan hati masing – masing.

                “ oppa, harusnya aku yang berterima kasih padamu “ mereka berdua sama – sama melepas pelukannya, chaerin memandang namja itu lekat “ kau mau menerimaku, kau melindungiku dan selalu ada untukku. Bahkan ketika orang tuaku pergi kaulah yang membuatku kembali hidup “ chaerin bahagia dan itu semua karena namja itu, dongwook.

                “ pabo yeoja… kau selalu saja seperti itu. Tapi kenapa aku malah semakin mencintaimu? Chaerin-ah… bisakah kau menjawabnya? “ dongwook tersenyum, dia bisa melihat semburat merah dari pipi chaerin.

                Chaerin sampai di rumahnya agak malam, kejadian tadi benar – benar membuatnya bingung sekaligus merasa bodoh. Chaerin duduk di sisi ranjang, dia mengeluarkan kotak yang tadi membuatnya menangis. Liontin ruby. Apa yang harus dia lakukan. Masih adakah kesempatan itu ? saat dia kembali hidup dan kami melakukan semua hal seperti sedia kala.

                Chaerin kembali menangis, dia benar – benar tidak sanggup. Tidak sanggup memenuhi janji dongwook untuk hidup bahagia dan melupakan dongwook. Itu sama saja memintanya untuk mati perlahan – lahan karena jiwanya hanya untuk dongwook.

                “ chaerin-ah… kau ingat liontin ruby yang pernah aku perlihatkan padamu? “ chaerin mengangguk, saat ini mereka sedang berada di dalam mobil. Mereka merencanakan piknik, piknik terakhir mereka sebelum dongwook pergi. “ dengar, saat ada yang menyerahkan liontin itu padamu. Entah itu aku atau orang lain tandanya kau harus melupakan semua kesedihan dan membuka lembaran baru dengan bahagia. Saat ini kau memang boleh larut dalam kesedihan, tapi nanti kau harus benar – benar bahagia “ chaerin terdiam, mencoba mencerna kata – kata aneh yang baru saja dikeluarkan dongwook.

“ oppa apa maksudmu? “

                Dongwook tidak menjawab pertanyaan chaerin, dia terlihat serius mengemudi. Sedangkan chaerin hanya bisa menatap bingung namjachingunya, kenapa aku merasa sedih mendengarnya berkata seperti itu?

“ oppa…kenapa kau meninggalkanku? Apa kau merasa sulit berada di dekatku? Apa aku membuatmu sulit? “ chaerin menangis, dia terus bicara sambil menggenggam liontin ruby dongwook. “ apa kau ingin aku melupakanmu? Aku tidak bisa oppa... dadaku terasa sakit tiap aku ingin melupakanmu, aku…benar – benar tidak bisa dan tidak mau “ chaerin memukul – mukul dadanya, ada perasaan sakit disitu, perih…sangat perih.

“ oppa… tempat ini sangat indah. Bagaimana kau bisa tahu tempat seindah ini? Dan kenapa kau baru mengajakku kesini? “ chaerin benar – benar takjub dengan tempat yang dongwook pilihkan. Dia baru mengetahui ada tempat seindah ini di bumi.

                “ dulu saat aku kecil eommaku selalu mengajakku kesini. Maaf rin-ah aku tidak mengajakmu kesini bukan karena tidak ingin. Tapi saat itu aku masih belum bisa, aku takut jika aku kesini maka aku akan menangis karena mengingat eommaku “

                Chaerin terdiam, dia memandang dongwook intens lalu memberikan ciuman di pipi namja itu dan menangkupkan kedua tangannya kepipi namjachingunya itu sambil bicara “ oppa pabo… jika oppa mengajakku kesini dari kemarin aku pasti bisa menghapus kesedihan oppa, kenapa tidak membiarkan air mata oppa keluar? Itu akan lebih baik. Aku ingin meringankan bebanmu walau hanya sebentar “

                Dongwook langsung memeluk chaerin erat. Ya, kenapa tidak dari kemarin? Kenapa baru sekarang? Padahal dongwook sendiri tahu bahwa chaerin pasti akan dengan senang hati menghapus kesedihannya. Lalu apa alasan dongwook sebenarnya? Dia hanya takut, takut akan kenangan yang ada di tempat ini. Kebersamaannya bersama eommanya, kebahagiaan yang terenggut setelah eomma yang sangat di sayanginya pergi untuk selamanya.

                “ rin-ah, gomawo “ mereka berpelukan lama, keduanya sama – sama bahagia. Sama – sama berharap bahwa kebahagiaan mereka akan terus ada.

Chaerin meremas liontin ruby ditangannya, “ kau benar – benar jahat oppa… bagaimana bisa kau memintaku melupakanmu. Apa kau benar – benar mencintaiku? Jika kau mencintaiku seharusnya kau tak meninggalkanku atau memintaku melupakanmu “

                Chaerin masih mengingat hari itu, piknik terakhir mereka. Saat dongwook pergi meninggalkannya untuk selama – lamanya. Harusnya hari itu menjadi hari yang membahagiakan untuknya. Ya, dia bahagia namun hanya sesaat. Sampai hal naas itu terjadi.

“ rin-ah, kau tunggu disini aku akan mengambilkan bunga untukmu “ dongwook berdiri dari posisi duduknya, dengan cepat chaerin menahan pergelangan tangan dongwook.

                “ oppa, tidak usah. Aku tidak butuh bunga itu. Lagipula itu berbahaya, oppa harus mengambilnya di dekat jurang. Andwae...aku tidak mau oppa celaka “ ucap chaerin dengan wajah memohon.

“ tenang rin-ah aku akan baik – baik saja. Kau hanya perlu tunggu disini “

                Dongwook tidak mendengarkan permintaan chaerin, dia terus melangkah menuju jurang. Ada sekumpulan bunga indah yang tumbuh subur di dekat jurang. Chaerin terus memperhatikan dari tempatnya, dongwook sudah menyuruhnya diam disana. “ rin-ah aku berhasil “

                Chaerin tersenyum senang, dia menghampiri dongwook yang sedang memegang bunga. “ ayo oppa naik, kau sudah berhasilkan? “ dongwook terdiam, dia hanya tersenyum tanpa berusaha untuk naik. “ oppa kenapa? “ dongwook tidak menjawab, dia hanya tersenyum.

                Akhirnya setelah keheningan yang cukup lama dongwook membuka suara “ rin-ah, bisakah kau ambil bunga ditanganku? “ chaerin mengangguk, dia mengambil bunga itu dan menaruhnya di sampingnya “ aku mohon kau jangan kaget, dengarkan aku baik – baik “ chaerin kembali mengangguk, entah kenapa dia merasa khawatir.

“ kakiku kram, aku tidak mungkin naik sekarang dan tanah yang menopang tubuhku sepertinya tidak terlalu kuat, mungkin ini akhir dariku “

                Chaerin merasa pandangannya mengabur “ op…oppa… ja…jangan bercanda… kumohon… in…ini tidak lucu sama sekali. Oppa cepat naik “ chaerin mencoba menenangkan dirinya, dongwook benar – benar keterlaluan, dia bercanda pada saat situasi seperti ini.

                “ rin-ah, aku tidak bercanda “ dongwook tersenyum, senyum itu benar – benar tulus. Air mata chaerin kembali turun, tidak bisa dibendung lagi. Chaerin menggeleng kuat, dia langsung menggapai tangan dongwook. Dapat.

                “ oppa, kau pasti bisa, ayo loncat…jebal oppa…kumohon “ tapi takdir berkata lain, pijakan pada kaki dongwook benar – benar rapuh, dongwook kehilangan pijakan. Tangannya yang satu digenggam erat chaerin sedangkan yang satu lagi untuk memegang akar pohon.

“ oppa… jangan lepaskan tanganmu… jangan sekalipun “ percuma, kata – kata chaerin tidak didengarkan dongwook. Perlahan, dia melepas genggaman tangannya pada akar pohon, setelah itu, dia hentakkan tangan yang bebas agar genggaman tangan chaerin padanya terlepas. Dia terjatuh kedalam jurang setinggi ratusan meter, chaerin meneriakkan nama namja yang sangat dicintainya itu kencang.

Chaerin segera berlari, dia mencari tasnya dan mengambil handphonenya. Setelah itu dia segera menghubungi polisi “ a…ah…ahjussi…jebal… tolong aku… dongwook oppa…dia…dia jatuh ke jurang…tolong cepat… ju…jurang… gu…gunung…bu…busan…jebal“ setelah memberitahu tempatnya kepada polisi tersebut chaerin langsung jatuh pingsan, dia benar – benar ketakutan.

Chaerin menangis lebih keras, dia mengingat semuanya dengan jelas. Dia tidak mungkin melupakan semuanya, dongwook mati karena dirinya, karena ingin membuat chaerin bahagia. Harusnya dia tidak menerima ajakan dongwook. Harusnya dia menolak dengan tegas.

***

                “ hyung, kau hutang cerita kepadaku. Ani…kepada kami “ jiyong menghembuskan nafas berat, jika seungri sudah tahu maka ketiga temannya yang lain juga pasti sudah tahu. Setelah kejadian tadi, seungri melarang jiyong ke kantornya dengan alasan apapun. Dia langsung menyeret jiyong ke café terdekat dan menghubungi ketiga hyungnya yang lain.

                Karena itulah sekarang mereka berlima bertemu dan berkumpul, padahal seharusnya mereka berkumpul lusa bukan hari ini dan bukannya mendadak. “ jiyong, kau hutang penjelasan pada kami. Siapa yeoja yang mampu mencairkan hatimu itu? “ jiyong kembali menghembuskan nafas berat. Inilah yang dia takutkan jika teman – temannya tahu, luka lamanya akan terkorek kembali.

                “ dia hanya seseorang yang kebetulan membantuku. Dia bukan siapa – siapa untukku “ ucap jiyong dingin, entah kenapa tiap mendengar ejekan teman – temannya selalu membuatnya kembali beku.

                Taeyang meneguk kopinya, setelah itu dia langsung menatap jiyong prihatin “ aku rasa sudah cukup kekerasan hatimu yong, lagipula kau tidak mungkin melajang untuk selamanya kan? “ kata – kata taeyang cukup membuat jiyong bungkam. Taeyang benar, dia tidak mungkin selamanya melajang tapi hatinya masih belum bisa mencari pengganti yeoja itu, yeoja yang telah membuatnya jatuh cinta sekaligus membenci cinta pada saat yang sama.

                “ oppa mianhe… sebaiknya kita berpisah sekarang. Selama ini aku mencintai namja lain dan aku hanya memanfaatkanmu agar namja yang aku suka cemburu “ ucap yeoja itu dingin, meninggalkan jiyong yang hanya bisa mematung saking shocknya.

                Setelah yeoja itu melangkah cukup jauh darinya barulah dia meneriakkan nama yeoja itu “ choi sulli… bagaimana bisa kau melakukan itu kepadaku?!! YAK!!! “ jiyong hampir mengejar sulli, tapi langkahnya terhenti saat dia melihat sulli dengan namja lain. Dia shock, tentu saja. Yeoja yang selama ini dia kira baik, polos dan imut ternyata bisa sangat kejam padanya.

                Jiyong mengepalkan tangan menahan kemarahannya, yeoja itu benar – benar mempermainkannya dan dia tidak suka dipermainkan. “ YAK choi sulli !! apa maksudmu?!! “ jiyong mengejar sulli yang sedang bergelayut manja di tangan namjachingu barunya. Dia kesal dan sangat terluka.

                Sulli membalik tubuhnya menghadap jiyong sambil tersenyum iblis “ kau tahu? Oppa adalah namja terbodoh yang pernah kukenal. Aku sangat berterima kasih karena jika tanpa oppa mungkin aku tidak akan mendapatkan barang – barang mahal dan akan menjadi gadis cupu selamanya. Tapi uang oppa membuatku benar – benar puas. Selamat tinggal “ sulli meninggalkan jiyong di taman sendirian, meninggalkan semuanya dan menorehkan luka yang cukup dalam.

                “ taeyang benar yong, kau harus benar – benar bisa melupakan yeoja menyedihkan itu. Kau pasti bisa “ kini TOP yang memberinya nasihat. Jiyong masih diam, mereka semua benar. Tidak seharusnya dia larut dalam kesedihan.

                “ hyung, kau kenapa? “ kali ini daesung yang bertanya. Dia khawatir karena jiyong terlihat agak lelah. Tapi jiyong hanya menggeleng, dia tidak ingin membuat teman  - temannya khawatir.

                “ aku hanya sedikit lelah “

                “ tapi hyung, kau masih hutang cerita kepada kami berempat “ seungri kembali bicara, kali ini dia menyenderkan tubuhnya di kursi.

                “ tunggu… sebelum jiyong bercerita. Sepertinya ada yang yang terjadi padamu seungri? Tanganku kenapa? “ taeyang yang sedari tadi penasaran pada seungri akhirnya mengeluarkan pertanyaannya. Dia heran dengan kondisi tangan seungri yang di perban dan sepertinya masih baru.

                Seungri hanya tersenyum kecil, dia malu jika harus menceritakan kejadian sebenarnya. “ haha… hyung, ternyata matamu sangat jeli hahaha… ini… ini hanya luka kecil “ ucap seungri sambil mengangkat tangannya sejajar wajahnya. Taeyang tidak bodoh, dia tahu jelas bahwa itu luka meskipun menurut seungri itu hanya luka kecil.

                “ dia terjatuh pada saat menolongku, sudahlah sebaiknya kita membicarakan hal lain. Aku janji akan cerita tapi tidak saat ini “ akhirnya jiyong bicara, dia langsung meminum kopinya. Seungri terlihat lega, dan kini dia berhutang kepada jiyong.

tbc

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cipluk #1
Chapter 5: Lanjuuuuuuuut dong