chapter 5

thank you

Ada seseorang yang mengatakan kepadaku…Bahwa tidak ada baiknya tenggelam dalam masa lalu…

Bahkan orang itu menggenggam tanganku…Memberiku kekuatan… dan tersenyum padaku…

Seseorang itu kunamakan masa lalu…Dia memintaku untuk melupakannya…

Tapi dia mengatakannya secara halus…Sehingga saat itu aku hanya dapat mengangguk…

Dan aku baru menyadari arti dari kata – katanya sekarang…Hari ini…

Chaerin POV

                Aku melihat namja itu lagi, di toko bunga. Jujur, aku sangat malu padanya bahkan aku mencoba menghindarinya tapi ahjumma menyuruhku melayaninya. Akhirnya aku terpaksa berhadapan lagi dengannya. Rasanya terlalu canggung, kemarin aku langsung pergi begitu saja tanpa menanyakan keadaannya.

                “ seperti biasa nona chaerin, bunga seperti kemarin “ namja itu berucap tanpa dengan santai, apa dia lupa dengan kejadian kemarin. Tapi aku tidak bisa bertanya, seperti yang tadi kuucapkan aku terlalu malu. Akhirnya aku langsung mengambilkan pesanan bunganya. “ ah ya, aku hampir lupa. Bagaimana keadaanmu setelah kemarin hampir tertabrak mobil dan meninggalkan penyelamatmu begitu saja? “ apa hanya aku yang berfikir bahwa namja satu ini punya 2 kepribadian berbeda ataukah aku yang terlalu mendramatisir?

                Ayolah baru saja dia bersikap biasa kepadaku, tapi beberapa menit kemudian dia langsung mengejekku. Apa itu bisa dikatakan normal? Aku tidak yakin. Bahkan aku sempat terdiam untuk beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk.

“ baiklah, sepertinya tidak ada permintaan maaf hari ini “

                Aku hanya bisa menatapnya datar, mungkin saking kagetnya karena tiba – tiba namja ini menjadi banyak bicara dan menuntut. “ maaf “ ucapku kalem, mungkin namja ini agak sedikit kesal karena ekspresinya benar – benar menunjukkan kalau dia tidak senang dengan permintaan maafku.

                Dia menghembuskan nafas pelan dan langsung menatapku tajam. Oke, aku benar – benar bingung. Kemarin dia memang menolongku tapi aku tidak pernah memintanya. Dia yang tiba – tiba datang kepadaku dan memelukku begitu saja. Harusnya aku marah padanya karena pelukan itu, bukan malah dia yang menuntutku untuk meminta maaf padanya, baiklah kami sama – sama berhak marah.

“ permisi nona chaerin, izinkan aku bertanya. Apakah itu cara yang benar dalam meminta maaf? Punggungku bahkan masih terasa sakit sampai sekarang, “

                Namja satu ini benar – benar cerewet. Jadi maksudnya apa mengatakan hal itu? Dia meminta imbalan? Apakah kehidupannya sangat menyedihkan sampai – sampai dia harus seperti itu? Aku benar – benar tidak mengerti jalan pikiran para namja “ baiklah, apa yang kau inginkan? Katakan padaku, aku akan memberikannya sebagai permintaan maaf “

                Namja itu tersenyum, dan aku baru sadar bahwa perkataanku benar – benar salah. “ sebelum aku meminta sesuatu darimu, aku ingin bertanya apa kamu tahu namaku? “ aku langsung menggeleng, sepertinya namja itu kembali kesal karena dia tidak tersenyum lagi. Apa aku melakukan kesalahan? “ baiklah, namaku kwon jiyong. Kau bisa memanggilku jiyong “ aku kembali mengangguk, ayolah hanya itu yang bisa aku lakukan, aku tidak mungkin memeluknya karena itu bukan gayaku.

                “ baiklah jiyong-ssi, jadi apa yang harus aku lakukan? Aku harap bukan permintaan aneh dan sulit “ namja itu kembali menggeleng, dan senyum itu kembali menghiasi wajahnya yang lumayan tampan. Aku hanya memujinya karena itu memang kenyataan tapi aku tidak menyukainya, apalagi sikapnya. Aku serius.

“ aku hanya ingin kau menemaniku berkeliling pada hari minggu. Bagaimana? Aku hanya butuh teman, dan tidak ada maksud lain “

                Ternyata manusia seperti dia memang ada, ya memang ada. Dia bahkan baru mengenalku beberapa hari, bahkan kami hanya berbicara sedikit tapi kenapa dia dengan mudahnya mengajakku pergi? Aku kira orang sepertinya sudah punah, ternyata masih belum. Jadi aku harus menjawab apa? Aku bahkan belum mengenalnya dengan  baik, apa yang harus aku jawab?

“ bagaimana? Apa kau bisa? Sebaiknya bisa karena kau harus ingat aku adalah penyelamatmu “

                Namja yang baru aku tahu bernama jiyong itu kembali bicara, dan sepertinya aku tidak punya pilihan lain. Aku menghembuskan nafas pelan, menyerah “ baiklah, hari minggu. ditaman “

                Mungkin aku sudah sangat gila saat ini karena menerima ajakan jiyong begitu saja, tapi jauh dilubuk hatiku yang paling dalam harus kuakui, aku butuh teman. Teman yang bisa menghiburku meskipun aku baru berkenalan dengannya. Dia baik, kuakui itu tapi aku masih ragu padanya.

Chaerin POV end

                “ kalau begitu sampai bertemu hari minggu, ah mungkin besok juga kita akan bertemu. Aku pasti akan membeli bunga lagi untuk eommaku “ jiyong kembali tersenyum, sedangkan chaerin hanya bisa memandangnya datar. “ baiklah, aku pergi “ jiyong pergi setelah membayar dan mengambil bunga dari chaerin.

                Chaerin hanya memandang sendu sosok jiyong yang telah pergi, dia senang sangat senang karena ternyata masih ada orang yang mau mengajaknya pergi. Tapi, dia juga sedih karena yang mengajaknya bukanlah orang yang ingin dia temui, bukan dongwook melainkan kwon jiyong.

***

                Dulu salah satu hal yang mampu membuat mood jiyong naik adalah harga sahamnya yang setiap tahun bertambah, tapi meski begitu jiyong tidak pernah mau memberi senyum kepada karyawan – karyawannya.

                Namun hari ini sungguh berbeda, padahal hari ini harga sahamnya masih stabil tidak ada kekurangan namun tidak juga bertambah bahkan hari ini tidak ada sesuatu yang jiyong menangkan tapi dari sejak dia sampai di kantor senyumnya yang lebar itu sudah terpasang dengan indah di wajahnya yang memang tampan. Semua karyawan yang berpapasan dengannya benar – benar dibuat heran, masalahnya jarang sekali jiyong tersenyum jika berpapasan dengan mereka, jangankan tersenyum menatap ramah pada merekapun jiyong tidak pernah.

                Karena itu begitu jiyong sudah masuk ke ruangannya, hampir semua karyawan membicarakan perubahan yang terjadi sangat mendadak terhadap boss mereka.

                “ apa yang terjadi dengannya? Apa dia salah minum obat? Tapi dia sangat tampan saat tersenyum  “ ucap salah satu karyawan wanita yang tadi melihat senyum jiyong. Mereka semua terus membicarakan perubahan mendadak jiyong.

                Sedangkan jiyong sendiri merasa heran pada dirinya. Semenjak chaerin menyetujui rencanya, jiyong merasa sangat bahagia, perasaan bahagianya melebihi saat dia mengetahui bahwa sahamnya naik bahkan melebihi perasaan bahagia saat dia berkumpul dengan teman – temannya. Padahal dia hanya akan pergi bersama chaerin, bahkan sampai sekarangpun senyum jiyong tidak pudar.

Jiyong POV                                                                                           

                Seseorang mengatakan kepadaku jika kita sedang bahagia karena cinta maka hal yang kita bencipun akan terasa menyenangkan. Dulu aku tidak mengerti dan malah menertawakan orang yang mengatakan hal itu kepadaku, tapi sekarang akulah yang harusnya ditertawakan karena tidak percaya dengan perkataan orang itu.

                Aku sangat benci jika harus tersenyum sepanjang perjalanan kemanapun aku pergi,  bahkan dulu saat aku masih berpacaran dengan sulli -cinta pertamaku sekaligus yeoja yang membuangku dan menghancurkan hatiku- akupun sangat jarang tersenyum.

                Namun kini, dengan tiba – tibanya aku menjadi orang yang sangat suka tersenyum. Hal yang sangat ajaib mengingat sepanjang hidupku sampai tadi pagi aku tidak pernah tersenyum di depan umum, bahkan saat aku di wawancaraipun aku tidak pernah tersenyum, sampai – sampai semua wartawan yang pernah mewawancaraiku memberiku julukan kutub es.

                Bukannya aku sombong tapi dengan atau tanpa senyumpun banyak yeoja yang mengantri untuk mendapatkan hatiku, hanya saja aku tidak pernah membalas mereka. Aku serius, bahkan saat aku masih berstatus sebagai siswa SMA lokerku selalu dipenuhi dengan surat, coklat bahkan mawar dan itu semua dari para yeoja yang  mengaku menyukaiku.

                Semua ini hanya karena satu orang, ya hanya karena chaerin. Aku mungkin sudah tidak waras, mengingat kami baru beberapa kali bertemu tapi ternyata aku sudah jatuh cinta padanya. Dialah satu – satunya yeoja yang berhasil membuatku mengakui perasaanku sendiri dengan cepat padahal saat dengan sulli aku bahkan menyangkal rasa sukaku sampai berkali – kali dan butuh waktu lama agar aku dapat menyadari perasaanku sesungguhnya kepada sulli, tapi hey chaerin berbeda dia mampu membuatku bahagia hanya karena melihat senyumnya.

                Karena itu mulai sekarang aku akan benar – benar menegaskan rasa sukaku, terserah jika nanti semua orang akan berfikir buruk tentangku yang penting aku bahagia. Bahkan manusia – manusia itu tidak akan mampu menghentikanku, aku akan membuat dia menyukaiku, cepat atau lambat.

Tok…tok…tok…

                Ketukan pintu membuatku berhenti berfikir, tanpa menunggu perintahku pintu ruanganku terbuka menampilkan sosok yeoja yang berpakaian terlalu ketat dengan rok yang terbilang sangat pendek. Krystal, dia salah satu karyawan yang menurutku cukup berani. Dia mencoba untuk menggodaku, itu sangat jelas bahkan anak kecilpun bisa langsung menebaknya jika dilihat dari caranya berpakaian. Tapi aku bukanlah tipe namja yang mudah tergoda apalagi oleh karyawanku sendiri.

“ sajangnim, ini laporan keuangan yang sajangnim minta “ krystal menaruh laporan itu diatas mejaku, dia tersenyum dengan sangat lebar kepadaku dan aku hanya membalasnya dengan menganggukkan kepalaku, terlalu malas untuk meladeninya.

“ baiklah, terima kasih. Kau boleh keluar sekarang “

                Aku bisa melihat raut kecewa krystal saat aku menyuruhnya keluar. Aku memang tidak terlalu suka berlama – lama apalagi berduaan dengan yeoja yang memakai baju ketat, aku juga tidak mengerti apa alasannya tapi yang jelas aku lebih menyukai yeoja yang berpakaian sederhana, seperti lee chaerin.

                “  chaerin, lee chaerin “ aku menggumamkan namanya pelan, tak terasa senyumku mulai terbentuk lagi. Haah mungkin sudah saatnya aku membuka lembaran baru.

Jiyong POV end

***

Chaerin POV

                Ku lemparkan pandanganku  ke arah jendela kaca toko bunga, sekarang sudah sore, terlihat jelas dari langit yang berwarna kuning tapi entah mengapa aku enggan meninggalkan toko bunga ini. Ah, aku ingat sekarang, hari ini adalah tepat 2 tahun aku bekerja di toko bunga ini. Aku jadi ingat pertemuan pertamaku dengan ahjumma, jika tanpa dia mungkin sekarang nasibku lain, mungkin aku hanya akan jadi gadis lemah yang mati karena kelaparan.

Flashback on

                Aku berjalan tanpa tujuan, rasanya benar – benar hampa. Setelah kepergian dongwook oppa aku memutuskan keluar dari pekerjaan lamaku sebagai pelayan café, sekarang aku benar – benar gadis pengangguran. Sudah setahun aku tidak memiliki pekerjaan tetap, aku hanya bekerja part time sebagai pengantar susu di pagi hari, setidaknya gajinya cukup untuk makan seminggu.

                Aku tidak ada niat menjadi chaerin yang lama, yang begitu memperhatikan penampilan dan pola makan, karena sekarang aku tidak  memiliki dongwook oppa. Aku sudah tidak memiliki seseorang yang memuji penampilanku dan menasehatiku jika aku tidak makan dengan baik. Aku sekarang hanya sebatang kara, tinggal menunggu kematian yang akan menjemputku entah bagaimana caranya. Aku manusia tanpa ambisi.

                Tiba – tiba langkahku berhenti di depan toko bunga, entah kenapa hatiku rasanya sedikit lega. Aku ingin masuk, wangi segar bunga yang tercium meskipun jaraknya jauh dariku setidaknya memberikanku sedikit kekuatan, tapi kakiku seakan enggan melangkah, ah, aku hampir lupa seharusnya aku tidak merasa lega meski sedikit, karena rasa bersalah ini benar – benar tidak boleh aku lupakan.

                “ hai, apakah nona ingin mampir sebentar? Toko kami sedang panen bunga mawar beraneka warna dan kami akan memberikan diskon 20% kepada nona jika nona mau membeli satu saja bungan mawar kami “ seorang wanita yang usianya diatasku tiba – tiba membuyarkan lamunanku, tanpa menunggu jawabanku dia langsung menarik tanganku.

                Wangi bunga – bunga ini sangat menyejukkan, oppa apakah kau mengingatnya? Tiba – tiba saja air mata yang tidak pernah keluar selama beberapa bulan ini kembali menetes, membasahi pipiku yang sudah mulai kurus ini, aku tidak sanggup menahannya lagi. “ nona, kau kenapa? “ ahjumma itu menghadapku, menatapku dengan tatapan khawatir.

                “ ahjumma, mianhe… aku juga tidak mengerti… mengapa?... mengapa air mataku tidak bisa aku tahan?... aku sudah berusaha… tapi tetap tidak bisa… tolong aku “ ahjumma itu langsung memelukku, dia mengusap punggungguku dengan penuh kasih sayang dan akupun tak ragu mengeluarkan air mataku di pelukannya, aku merasa nyaman dan tenang.

                “ apa kau ingin bahagia dan menghilangkan sedikit bebanmu? “ aku mengangguk, saat ini ahjumma yang baik itu sudah melepas pelukannya, kami duduk di kursi yang memang disiapkan untuk pelanggan. “ bekerjalah disini, bagaimana? Aku yakin kau bisa melepas bebanmu meski hanya sedikit? “

                Entahlah, mungkin karena senyum ahjumma yang terlihat tulus atau kata – katanya yang membuatku terbuai, akupun mengangguk meskipun tidak membalas senyumnya, dia sepertinya mengerti akan kesedihanku buktinya dia tidak tersinggung meskipun aku tidak membalas senyumnya.

                Dan mulai dari ini itu, akupun menjadi pegawai tetap di toko bunga ini.

Flashback off

                “ rin-ah, sebaiknya kau pulang sekarang. Hari sudah sore, dan kau tidak mungkin membiarkan temanmu menunggu kan? “ ahjumma menepuk bahu bahuku pelan, aku tidak begitu jelas mendengar kata – katanya tapi aku yakin dia menyuruhku pulang sekarang karena hari sudah sore. Ahjumma memang tidak pernah membiarkanku pulang larut padahal terkadang aku sampai rumah tengah malam karena lebih memilih berjalan – jalan sebelum pulang, tapi dia tidak pernah tahu.

                Akupun mengangguk dan mengambil tasku yang sejak tadi berada di dekatku. Aku pamit dan keluar toko, tapi aku langsung memperlambat langkahku begitu aku lihat mobil hitam itu terparkir rapih di dekat toko bunga, mobil milik satu – satunya pria menyebalkan yang mengusikku belakangan ini. Kwon jiyong. Mau apa dia sekarang? aku sudah benar – benar kesal.

                Kalian pasti bingung kenapa aku bisa tahu mobilnya, jelas saja karena beberapa hari ini hanya mobilnya lah yang dengan setia mengantar pemiliknya ke toko bunga ini, dan yah harus kuakui hanya dia pelanggan tetap kami yang menggunakan mobil untuk ke toko bunga. Jadi wajar saja jika aku sampai hafal mobilnya baik itu model, warna bahkan plat nomernya. Aku memang tidak menyukainya karena itu aku harus waspada kepadanya.

                “ hai nona lee chaerin, sepertinya kau sudah selesai bekerja. Bagaimana kalau kita pulang bersama? “ dia berkata seperti itu setelah menghampiriku yang diam mematung, dia menunggu jawabanku sambil tersenyum, dia piker dengan senyumnya aku bisa luluh, tidak.

                “ tidak “ seketika senyum yang tadinya menghiasi wajahnya menghilang, apa dia shock? Entahlah.

                “ kau… bilang apa? “

                 Ayolah, apa sekarang seorang kwon jiyong berubah tuli? Sampai – sampai aku harus mengulang kata – kataku, ralat satu kata dariku. Aku menghembuskan nafas berat, namja ini benar – benar menguji kesabaranku. “ tidak “ jawabku lagi masih dengan wajah datarku.

Chaerin POV end

                “ kau… bilang apa? “ jiyong masih belum mengerti dengan apa yang chaerin katakan, apa mungkin dia salah dengar? Karena tidak mungkin seorang kwon jiyong dengan ego selangit akan ditolak seorang yeoja.

                “ tidak “ chaerin menjawab pertanyaan kedua jiyong dengan lancar bahkan wajahnya datar, menunjukkan bahwa dia tidak sedang bercanda, dan jiyong hanya bisa menarik nafas. Apa dia harus menyerah sekarang? Membiarkan lee chaerin pulang sendiri, dia bingung. Chaerin benar – benar yeoja tanpa ekspresi dan itu membuat jiyong ragu. Padahal jiyong sudah merasa bahagia sejak pagi tadi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cipluk #1
Chapter 5: Lanjuuuuuuuut dong