Like the Wind

Please Subscribe to read further chapters

Description

|| Author : Lovein || Genre : - || Rating : General || 

 

@LoveLoveinn

©Lovein

Foreword

   Lelaki itu memasuki ruangan, sunyi nan senyap. Sekejap ia mendekati jendela kayu besar, ia membukanya lebar-lebar, lalu tersenyum memandang pepohonan menjulang di luar sana. Angin berhembus kemudian, menerpa wajah putihnya. Ia mendapati bulu kuduknya berdiri ketika terpaan itu kembali datang, bersamaan dengan hawa dingin yang menyerang pori-porinya. 

    Ia mematung di jendela itu beberapa saat, ia berharap salju akan datang. Di naikannya scraft putih yang sedari tadi melingkar di lehernya, ia mendongak ke atas, lalu memejamkan kedua matanya. Sel kelabu miliknya, kembali menyusuri kenangan lama. Selangkah, dua langkah memasuki setiap derap memori yang hendak ia kubur. Bagaikan gelembung, semakin dalam ia mencoba memasukkannya lebih dalam semakin cepat ia kembali ke permukaan. Kenangan itu memasuki sel-sel otaknya, mengcaukan setiap tatanan yang ada di dalamnya.

   Kyuhyun membuka kelopak matanya, cairan hangat itu meleleh. Angin berhembus kemudian. Membuat matanya semakin panas. Ketika cairan itu semakin banyak keluar, ia mengusap mata kirinya dengan punggung tangan kanannya.

   "Aku menangis karena angin, angin selalu sukses membuatku menangis," gumamnya pada dirinya sendiri.

   Kyuhyun hendak meninggalkan jendela itu, angin bertambah kencang di luar sana. Ketika ia benar-benar ingin menggeser engsel di kayu itu, setitik salju turun. Menyentuh punggung tangannya dengan lembut.  Dan dingin.

   Seketika itu pula ia mengurungkan niatnya. Kyuhyun terpaku lebih lama di jendela itu. Ia mengadahkan kedua tangannya. Mencoba menggenggam salju sebanyak yang ia bisa. Butiran-butiran itu terasa dingin. 

   "Sedingin hatimu," gumamnya.

   "Jika kau bisa melewati musim salju lagi, atau melihat bunga bermekaran di musim semi, aku akan menggenggam tanganmu lebih lama. Dan kita bisa merasakan hangatnya hembusan angin musim semi."

   Kedua manik hitamnya, mulai memanas, buliran kristal itu sudah siap turun. Kyuhyun menahannya sebisa mungkin.

   "Cho Kyuhyun, sudah waktunya pulang. Ayo kita pergi, sebelum salju turun semakin lebat."

   Donghae telah mematung di depan pintu. Di tangannya, ia membawa dua buket bunga Oriental Poppy berwarna merah muda. 

   "Aku ingin di sini sebentar lagi," ujar Kyuhyun.

   Donghae memasuki ruangan itu, menyentuh pundah Kyuhyun lembut. Ia tahu apa yang di rasakan temannya itu. Sangat tahu. Tapi ia juga tidak bisa membiarkannya terlalu berlarut-larut.

   "Jika kau tetap di sini, maka kau tak akan bisa mengunjunginya," ujar Donghae, sembari melepas tautan tangannya di pundak Kyuhyun.

  "Kau benar, aku ingin mengunjunginya. Ayo kita pergi." 

  Saat ia keluar, salju semakin deras. Sepatu hitamnya sedikit tenggelam di bawah gundukan salju. Donghae berada di belakangnya, berjalan dengan pelan, mencoba untuk tidak merusak buket bunga yang dia pegang. 

   Donghae memberikan satu buket kepada Kyuhyun. Lalu ia meletakkan buket itu di bawah pohon oak yang cukup besar.

   "Kau harus menyapanya. Taruh bunga itu di bawahnya, dan aku tahu kau membutuhkan waktu sendiri. Ku tunggu kau di mobil," kata Donghae. Ia berjalan menjauh. 

   Kyuhyun menaruh buket bunganya, ia menoleh ke belakang, melihat apakah Donghae sudah memasuki mobil hitam miliknya. Sejurus kemudian ia bersimpuh, salju menerpa wajahnya. Kendati demikian, ia tidak terlalu memikirkan masalah tersebut. 

   "Aku datang, ini musim dingin. Kau harus merapatkan jaketmu ketika ingin berpergian. Dan itu bunga kesukaanmu, Donghae yang membelinya. Dan entah bagaimana ia mendapatkan bungan semacam itu di musim dingin. Aku akan segera pindah ke Korea, mungkin aku tak akan bisa sering menemuimu Yuki," ucap Kyuhyun.

   Sebelum air matanya kembali turun ia segera bangkit, di bersihkannya salju-salju yang menempel di seluruh tubuhnya. Ia segera bergegas, sebelum itu benar-benar terjadi, ia kembali membalikkan tubuhnya. Angin musim dingin kembali menerpanya, dengan dingin yang seakan hendak menggigit tubuh. 

  Dengan enggan ia kembali berjalan, kemudian duduk di kursi mobil empuk milik sahabatnya itu.

  "Kau lebih cepat di banding kunjungan minggu lalu, kenapa?" 

  "Tak bisakah kau cukup menyetir mobil ini dengan benar, lalu segera pergi dari sini?" 

  "Baiklah tuan Cho, dengan senang hati aku akan melayani anda," jawab Donghae sembari terkikik.

 

*****

"Kau seperti angin, singgah sebentar lalu pergi.

Kau datang kepadaku tanpa peringatan, lalu pergi begitu saja tanpa jejak.

Aku benar-benar tidak suka angin musim dingin, mereka seakan menyayat pori ku ketika bertemu,

tapi entah mengapa angin musim gugur seperti candu, cara mereka menerpa kedua pipiku. Hangat.

Aku benar-benar tak menyukaimu, kau pergi meninggalkanku dan itu menyayat hatiku, tapi memori tentang mu seperti candu. Ketika hembusan nafasmu yang hangat terus mencoba mengejarku.

Ketika hembusan angin mengingatkan aku kepadamu.

Ketika aku mencoba menyampaikan rinduku kepada angin musim semi.

Di saat itulah aku benar-benar yakin aku mencintaimu, 

Like the wind, you come and go 

But my heart never change." 

   Kyuhyun menutup buku hitam miliknya. Memasukkannya ke dalam tas, lalu beranjak pergi dari taman. Langkahnya terasa berat, angin musim semi berhembus riang, membawa aroma bunga yang harum di balut dengan cahaya senja.

   "Aku menangis karena angin, angin selalu sukses membuatku menangis."

 

-FIN-

 

 

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet