wind
PHONEdouble update untuk hari raya ini~ bikinnya cuma satu jam jadi maaf kalo aneh..
Untuk chapter ini bakal aku lanjut sesuai realnya, yaitu pas ulang tahun my beloved healer Zhang Yixing *disembur naga* tapi kalo ga ada yang comment dan minta lanjut seperti biasa mungkin ga akan aku post juga *nyengir*
Sret
Yixing jadi orang terakhir yang masuk van dan menutup pintu, tanda mobil van yang mereka tumpangi mulai bergerak menuju dorm mereka. Disebelahnya duduk Luhan yang sudah nyaris melanjutkan tidurnya saat di pesawat tadi, kondisinya masih kurang sehat menjadikannya seperti hewan-hewan mamalia yang berhibernasi di musim dingin, ia akan tidur dimanapun ada kesempatan. Dikursi paling belakang ada tiga member EXO M lainnya. Minseok yang mulai menyumbat telinganya dengan earphone, Jongdae juga mulai menyamankan diri untuk tidur, serta Tao yang senyum-senyum sendiri memainkan smartphone-nya. Yixing tebak, maknae mereka itu tengah memberi kabar kedua orangtuanya bahwa ia sudah tiba di China. Ya, Tao memang yang paling senang saat ada jadwal di China terlebih dia bilang kedua orangtuanya juga sedang ada di Beijing, jadi kemungkinan Tao bertemu orangtuanya sangatlah besar.
Setelah melihat keadaan membernya, Yixing menghela nafas perlahan. Menyingkirkan rasa sesak tak kasat mata. Ia juga ingin seperti Tao, bertemu dengan orang terkasih. Memang ada rencana setelah jadwal selesai, mereka masih punya waktu lebih satu hari untuk bisa mengunjungi keluarga. Yixing juga akan menggunakan kesempatan itu untuk pulang ke Changsa tentunya, meski mungkin tidak sampai menginap. Tapi bukan hanya keluarga saja yg sangat Yixing ingin temui. Ada satu orang lagi. Berjarak jutaan kilometer dari tempat Yixing sekarang. Seseorang tanpa kabar apapun setelah dua minggu kepergiannya.
Memutuskan untuk membuka sedikit celah pada jendela van, hingga angin malam perlahan membuatnya menutup mata, merasakan setiap inchi wajahnya disentuh lembut oleh sang angin. Yixing berharap ada mitos yg mengatakan bahwa angin bisa mengabulkan suatu keinginan orang yg beberapa jam lagi akan memasuki umur baru. Karena saat ini, diam-diam Yixing tengah membuat permohonan..
Drrt drrrt drrt drrrtt
Jantungnya mendadak berdetak cepat seiring dengan getaran smartphone di genggamannya semakin terasa. Ia sempat melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul sepuluh malam lebih, ketika memutuskan memeriksa benda ditangannya yang entah kenapa tak pernah lepas dari genggamannya bahkan saat dipesawat tadi. Ya, karena Yixing sedang menunggu sesuatu.
Dan saat id caller muncul ditengah layar yang berkedip, saat itu juga Yixing percaya bahwa seseorang benar-benar mengatakan mitos tentang angin itu benar. Permohonannya terkabul.
"Hai.."
"Bagus sekali, tuan Wu. Dua minggu dan baru menghubungiku, bahkan telepon dan pesanku ga dijawab. Apa bule disana sangat sempurna sampai kamu lupa ada seseorang yang menunggu kabar darimu? Brengsek sekali!"
Meski mengumpat kasar, ketara sekali suaranya bergetar. Tao dibelakangnya sampai bengong, mendengar gege yang biasanya lembut mengumpat seperti itu.
Yixing mengatur deru nafasnya sambil menunggu orang disebrang sana mengucapkan kalimat. Sesak didadanya mulai merambat sampai matanya yang memanas.
"Kamu bisa memarahiku sepuasnya saat kita bertemu nanti, Xing."
"Apa maksudmu?"
"Aku di Seoul sekarang. Jadi ayo bertemu."
Si brengsek Wu dan sikap sok taunya, Yixing hanya mampu mengumpat dalam hati. Menyadari ada maknae mereka yg masih terjaga akan mendengar semua kata kasar yang ingin sekali ia teriakan untuk si penelpon.
Ia sudah menyerah dengan panas dimatanya yang mulai menghasilkan aliran air dilekuk wajahnya.
"Tidak mau."
Jeda sebentar. Yixing seperti telah berhasil membuat orang itu kehilangan kata-katanya.
"Kenapa?"
Terdengar lirih. Angin disebelahnya masih menyentuh lembut. Zhang Yixing menyadari, angin tak mengabulkan seluruh permohonannya.
"Aku dan yang lain baru saja tiba di Beijing, bodoh."
"Benarkah?"
"..."
"Yixing, maafkan aku."
"Karena apa? Karena sudah menjadi orang bodoh yang sok tau?"
"Karena ga bisa disampingmu saat jam duabelas nanti."
Sesaknya tidak membaik, malah bertambah buruk. Yixing mati-matian menahan isakan saat sadar jika beberapa jam lagi akan jadi ulangtahun pertamanya tanpa Kris setelah hampir tujuh tahun saling mengenal.
"Maafkan aku, Xing."
"Demi Tuhan, bisa tidak berhenti bicara sebentar?"
"..."
"..."
"..."
Dalam diamnya, Yixing menenangkan diri. Mengatur perasaan setidaknya untuk tetap tenang karena jika Kris bicara setelah larangannya tadi, ia yakin akan benar-benar meledak. Entah meledak dalam konotasi seperti apa.
"Aku masih dalam perjalanan, kuhubungi lagi nanti. Sampai berani tidak mengangkat telponku, Demi Tuhan, kita akan benar-benar berakhir."
Benar, itu pilihan terbaik. Saat ini bahkan seluruh pandangan penghuni van tertuju padanya, termasuk yang tadinya tertidur. Yixing merasa tidak enak jika bicara dengan Kris sekarang terlebih menejer yang duduk disamping kursi kemudi ikut menatapnya sedingin es yang bisa buat Yixing membeku.
"Kalau begitu, pasang saja earphone-mu dan jangan tutup sambungan telponnya. Aku akan menunggumu sampai tiba didorm dan kita bisa bicara."
Tanpa berkata apapun lagi, Yixing menurut. Mengambil earphone di tas untuk disambungkan pada smartphone-nya. Bersikap seolah sudah mematikan sambungan telpon dan bersiap mendengarkan musik.
Yixing bisa merasakan yang lain menghela nafasnya. Dan berusaha mengalihkan perhatiannya pada apapun itu, asal tak membuat suasana bertambah canggung. Setelah earphone terpasang ditelinganya, ia bisa mendengar deru nafas diseberang. Memberikan ketenangan yang secara ajaib membuat sesaknya perlahan berkurang meski tak menghilang. Punggung tangannya bergerak menghapus kasar bekas airmata yang masih menggenang di matanya. Ia tak pernah ingin lagi terlihat seperti ini didepan orang lain. Cukup waktu itu saja ia memperlihatkan keadaan menyedihkan dirinya.
Tangan kirinya yang bebas-smartphone ia pegang di tangan kanan- terasa digenggam lembut. Yixing menoleh dan menemukan wajah yang sedikit pucat dari partner in crime-nya, tersenyum. Seolah mengatakan 'semua akan baik-baik saja'. Iya Luhan, semua akan kembali baik-baik saja. Setidaknya itu permohonan kedua Yixing pada sang angin yang masih setia menyentuhnya lembut.
Dan sebuah kalimat dari sebrang sana benar-benar membuatnya jatuh tenang kealam mimpi.
"Aku masih sangat mencintaimu, Yixing."
.
.
.
.
Agak sedih ya, mungkin pengaruh saya yg lagi galau juga/slap/ tapi lanjutannya ga akan sedih2 amat kok, muka kris ganteng gitu mana tega dibikin sedih -_-
Hmmm,
Comment?
Comments