meet up pt.3
PHONE
If I could only be with you
I’d kiss you starting from the morning
Can’t forget to grab some brunch
I’d hold your hand and soak up the sun
It’s not over yet, in the middle of a beautiful night
I’ll confess to you, with the moon as our light
All of these things tell me
(BTS - Just One Day)
.
.
.
.
.
.
.
.
151204 - Yixing at Guangzhou for Oh My God promo session
'Yuexiu Park, jam 10 malam tepat. Pakai mantel yang tebal karena suhu Guangzhou semakin menurun. Love ya ❤'
Wu Yifan itu.. Memang stalker nomor satu. Yixing tak pernah sekalipun memberitahunya bahwa ia akan ada di Guangzhou hari ini untuk jadwal promosi filmnya karena berpikir ia juga tidak akan lama berada disana, hanya kurang dari dua hari. Tapi malam ini Yixing menerima pesan singkat tanpa basa-basi seperti yang biasa Kris lakukan. Jika sudah begitu Yixing tidak bisa menolak, lagipula tidak ada salahnya melepas rindu dengan sedikit mengorbankan jam istirahatnya. Ya, Yixing baru saja sampai di hotel saat menerima pesan itu.
Manager ge bilang suhu di luar hampir mendekati titik beku, dua derajat, kalau Yixing tidak salah dengar. Langkah kakinya membawa ia memasuki area taman lebih jauh. Tidak banyak orang disana, mungkin karena waktu yang kurang dari dua jam akan mencapai tengah malam. Hanya orang dengan kadar kenekatan tinggi sajalah yang mau berjalan-jalan di taman dengan suhu nyaris beku dan jam yang hampir tengah malam. Kris termasuk di dalamnya. Entah memang nekat atau ia terlalu bodoh untuk bisa mengendalikan rindu yang sudah tidak bisa lagi terselesaikan hanya melalui sambungan telepon.
Yixing berhenti melangkah saat jalan setapak yang panjang tepat berada di depannya. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam saku mantel yang ia kenakan, berniat menghubungi si pengirim pesan menyebalkan yang Yixing terima setengah jam lalu.
Satu sampai tiga nada sambung terdengar dan masih belum mendapat jawaban. Yixing mengetuk-ngetukan kakinya, berusaha menahan kesabaran.
"Ya?"
"Tuan Wu Yifan yang terhormat, dimana kamu sekarang? Jangan berpikir hanya dengan deskripsi seperti di pesan tadi aku bisa langsung menemuimu."
"Kemana kemampuan telepati yang selalu kamu banggakan itu, Zhang Yixing?"
"Demi Tuhan, bahkan taman ini lebih luas dari Hanggang, bodoh!"
"Tapi aku berhasil menemukanmu."
"Hah?"
"Putar badanmu ke belakang dan coba lihat aku."
Yixing melakukannya dengan gerakan kaku. Antara sadar dan tidak sadar tubuhnya langsung menuruti perintah Kris di seberang sana.
"Apa yang kau lihat?"
Dan sebuah senyuman lebar milik Yixing mengawali pertemuan mereka malam itu. Kris tepat beberapa meter di depannya, dengan ponsel yang masih menempel di telinga karena jarak mereka masih belum memungkinkan untuk melakukan komunikasi langsung.
"Raksasa botak yang kelewat bodoh."
Kris tertawa cukup keras, Yixing bisa melihat siluet disana berguncang-guncang dalam tawa. Lalu Yixing ikut tertawa juga. Biarlah mereka menjadi sepasang makhluk gila malam ini.
"This giant is your beloved lover, Xing."
"Oh, blame on me who loves that giant so much!"
"I love you too!"
Angin musim dingin yang lewat seolah menyampaikan pernyataan Kris secara langsung. Mengabaikan perantara jaringan telpon yang masih tersambung diantara mereka.
Satu langkah dua langkah, Kris bergerak semakin dekat ke arahnya. Yixing merasa aneh pada jantungnya yang berdetak-detak tidak normal. Hubungan mereka sudah berjalan dalam hitungan tahun jadi Yixing rasa terlalu kekanakkan jika ia selalu gugup saat akan bertemu Kris seperti ini.
But no one ever know what loves itself should be.
.
Tap
Untuk malam ini saja, musim semi ada di bulan Desember. Yixing sedang merasakan kehangatan yang sama dengan sang musim karena Kris berada tepat di depannya, nyaris tak ada jarak.
"Katakan apa kamu bertambah tinggi akhir-akhir ini, Wu?"
Kris tertawa lagi, kali ini cukup manis dan enak di dengar sehingga Yixing tidak protes karena pertanyaannya dikira lelucon atau apa.
"Kenapa memangnya, sayang?"
Diiringi sebuah decakan serta kepastian tak ada satu orang pun di sekitar mereka kecuali pepohonan menjulang yang daunnya meranggas, Yixing memberanikan diri menarik kerah jaket hitam Kris dengan kedua tangannya hingga si tinggi membungkuk ke arahnya. Menipiskan jarak mereka sampai tahap dimana hidung mereka saling bersentuhan, juga satu lingkup oksigen yang mereka bagi bersama dalam udara.
"Karena kurasa semakin jauh saja jarak saat aku menatap langsung ke dalam matamu."
Ini bukan seperti Zhang Yixing yang biasanya. Ia memang menciptakan lagu-lagu dengan lirik super romantis, tapi tidak untuk di katakan secara langsung. Tapi biarkan saja, toh sejak awal Yixing berniat untuk menjadi dirinya yang lain malam ini. Seperti musim dingin yang berubah hangat bagai musim semi.
Jawaban pertama yang Kris berikan hanya berupa senyum kecil yang tulus menunjukan rasa bahagia dengan jelas. Lalu yang berikutnya, sebuah kecupan yang tak kalah manis dengan senyumnya tadi Kris berikan pada bibir di hadapannya. Hanya saling menempel dalam ketenangan pada awalnya, tapi siapa sangka jika Zhang Yixing mulai memejamkan mata bersamaan dengan bibir yang bergerak melumat bibir lainnya. Kris tersenyum dalam ciuman itu, lembut yang menjalari bibir hingga tubuhnya menghangat dan jantungnya berdetak sama cepatnya dengan milik Yixing yang bisa samar ia rasakan. Keduanya merasa rindu yang menyesakkan hampir sebulan ini melumer dalam kuluman-kuluman kecil yang memabukkan.
"Ada yang aneh denganmu malam ini."
Kris jadi orang pertama yang menarik diri, ia mengusap pelan bibir Yixing yang basah dengan ibu jarinya. Mata mereka bertemu lagi setelah yang lebih muda membuka mata. Yixing melihat ada sedikit rasa khawatir yang berusaha Kris tutupi dalam nada suaranya barusan.
"Apanya yang aneh? Mencium pacar sendiri itu aneh?" satu seringai Yixing berikan untuk si tinggi yang masih tampak sedikit linglung.
"Tidak tahu, aneh saja. Zhang Yixing malam ini jadi sedikit lebih menyenangkan."
Gantian Kris yang menyeringai dan Yixing tahu apa arti di balik itu jadi ia mulai menjauhkan diri, salah satu tangannya terangkat untuk menutupi bibir Kris yang masih tersenyum miring.
"Don't show me your smirk!"
"Why? You're the one who do that first." Suara Kris tidak terlalu jelas terdengar karena memang Yixing masih menutup mulutnya dengan tangan.
"Sudah jangan di bahas lagi! Apa yang akan kita lakukan disini sebenarnya?!"
Kris meraih tangan Yixing untuk ia bawa dalam genggaman erat. Angin musim dingin lagi-lagi berhembus dan tetap tidak mampu menembus kehangatan yang mereka ciptakan. Jantung Yixing kembali berdetak keras saat Kris menatapnya dalam posisi berhadapan dan tangan kanan yang saling bertaut.
"Ayo jalan."
Dengan itu mereka memulai langkah menyusuri jalan setapak taman Yuexiu, di temani angin musim dingin yang menimbulkan bunyi khas pada daun-daun tersisa saat saling bergesekan. Kris masih menggenggam tangan Yixing. Situasi seperti sekarang mengingatkan Yixing akan malam tahun baru kemarin yang bisa mereka lalui berdua disini. Yixing tidak tahu harus sedih atau bahagia saat sadar itu sudah nyaris setahun yang lalu, bahkan tahun baru yang lain sudah siap menyambut mereka beberapa hari ke depan.
"Saat itu kita juga menghabiskan malam tahun baru disini." Yixing berbisik kecil. Terdengar nyaman di telinga Kris.
"Ya, dan aku mendapatkan ciuman pertamaku di tahun 2015." sebuah kepalan tangan mendarat cukup keras di bahu, Yixing pelakunya.
"Hanya ciuman saja yang kamu ingat!"
Tawa besar Kris terdengar, memecah sunyinya suasana malam. Yixing pilih mengabaikannya kali ini dan kembali jatuh dalam lamunan kecilnya.
"Hey."
Yixing menoleh, menemukan Kris yang tidak balik menatapnya. Yixing membalasnya dengan gumaman kecil.
"Bagaimana acara promo film-mu hari ini?"
Kali ini Kris menoleh, lalu menyadari senyum Yixing yang begitu lebar saat obrolan mereka mulai mengarah pada film yang ia mainkan. Kris selalu tahu betapa seorang Zhang Yixing kini membanggakan karier aktingnya, mereka sering berdiskusi tentang akting akhir-akhir ini dan Kris menyukainya. Seperti ia bisa jadi jauh lebih bermanfaat bagi Yixing, begitupun sebaliknya. Yixing yang ia kenal sekarang juga lebih percaya diri, lagi-lagi Kris menyukainya karena Yixing yang selalu merendahkan dirinya sendiri adalah salah satu sifat yang Kris benci. Zhang Yixing itu sempurna, tidak hanya dalam pandangan Kris, bahkan duniapun sudah mulai mengakui.
"Berjalan lancar! Banyak media yang mendukung, aku senang sekali, Wu."
Ah, jika Yixing sudah mulai masuk tahap menggemaskan begini, Kris mana bisa tahan untuk memeluknya. Jadi ia rela melepaskan tautan erat tangan mereka untuk melingkarkan tangannya di bahu Yixing, menambah kehangatan di sekitar mereka.
"Aku juga akan mendukungmu, selalu."
Tiba-tiba Yixing menghentikan langkah, memutar sedikit tubuh agar bisa menatap langsung Kris disampingnya. Matanya yang tadi terbuka lebar penuh antusias, kini memicing curiga kearah Kris yang hanya bisa mengerutkan dahi keheranan.
"Jangan memposting apapun kali ini di weibo! Oh yaampun, kamu benar-benar membuatku kerepotan saat terakhir kali melakukannya."
Kris ingat sekarang dan tertawa lagi. Yang di maksud Yixing adalah saat ia memposting ulang poster film Ex-Files : 2 dimana Yixing ikut berperan disana. Yah, sekali-kali bersikap sedikit frontal Kris pikir tidak masalah.
"Aku di marahi fans-fansmu tau." Cara Yixing protes memang seperti bukan masalah besar tapi Kris yakin ada sebagian komentar yang menyakitinya.
"Aku juga sudah memarahi balik mereka. Tenang saja, sayang."
Mereka mulai melangkah lagi, karena diam membuat dingin semakin menusuk. Memang pada akhirnya Kris sadar, untuk saat ini mereka masih jauh dari kata go public karena frontal sedikit saja Yixing langsung di serang komentar tidak mengenakan dari fans. Jika itu dirinya sendiri tidak masalah, Kris yakin hatinya kuat untuk itu. Ini Zhang Yixing, yang selalu terlihat kuat di luar tapi perasaannya begitu rapuh dan mudah terluka.
"Cukup aku saja yang tahu bahwa kamu selalu mendukungku, itu terdengar lebih romantis."
"Baiklah, baiklah. Tuan aktor yang posesif."
"Apa? Aku tidak posesif!"
Kris mengabaikan protes Yixing yang ini, jika di perdebatkan akan jadi panjang. Yixing itu kadang bisa jauh lebih kekanakkan dari Kris sendiri.
"Wu?"
Giliran yang lebih muda memulai obrolan. Kris langsung menoleh dan pandangan mereka tepat bertemu, satu senyuman di berikan lalu di balas senyuman yang lain.
"Ya, sayang?"
"Tidak terasa, satu lagi tahun akan segera kita lewati."
Ya, satu tahun lagi terlewat dan bahkan Kris belum bisa melakukan apapun untuk kemajuan hubungan mereka. Masih lebih sering berhubungan lewat telepon atau semacamnya di banding bertatap muka secara langsung, masih saling menolak membahas satu sama lain di media, masih tetap bersembunyi seperti pengecut.
"Maaf ya."
Yixing mengernyit, ucapan Kris yang mendadak dan tanpa alasan jelas memang selalu membuatnya kebingungan.
"Maaf untuk hal apa?"
"Ya untuk semua hal, aku banyak salah kan?"
Sebuah anggukan tidak mengerti dari Yixing, "Aku juga banyak salah padamu."
Yixing membuang pandangannya lurus ke depan, jalan setapak yang sedang mereka lalui masih membentang panjang entah akan ke arah mana, Yixing tidak begitu kenal taman ini.
"Nanti akan ada saatnya semua orang tahu. Saat kita tidak perlu bersembunyi dan saling mendukung diam-diam."
Oke, cukup. Kalimat Kris barusan membuat Yixing menghentikan langkah untuk kedua kali, ia bahkan menghentak turun tangan Kris yang masih melingkari pundaknya dan membawa tubuh mereka untuk saling berdiri berhadapan. Yixing masih sempat meyakini dirinya bahwa sekarang pacarnya bertambah tinggi, karena tidak mungkin Yixing yang bertambah pendek.
"Sebenarnya aku tidak mengerti kemana arah pembicaraan kita ini. Coba jelaskan padaku pelan-pelan!"
Bukannya mulai bicara, yang Kris lakukan justru mencondongkan sedikit berat tubuhnya ke arah Yixing sehingga mata mereka bisa tepat bertemu tanpa harus Yixing mendongakan kepalanya. Masih belum ada kalimat yang Kris suarakan. Ia sedang menikmati saat dimana bisa bebas memandangi wajah Yixing tanpa gangguan. Membuatnya merasa seperti dalam dunia khayal jika mengingat bahwa sang pemilik wajah adalah miliknya selama bertahun-tahun ini.
"Wu.." Yixing berdesis penuh kecanggungan. Gugup juga jika ditatap begitu intens dari jarak sedekat ini. Disisi lain ia sangat menikmati cara Kris memandangnya dengan begitu tulus tanpa ada kadar kemesuman sedikitpun.
Cup
Satu kecupan ringan mendarat untuk yang di dominasi. Yixing menunduk, berharap wajah merahnya bisa tersembunyi di balik kerah tebal mantel yang ia kenakan. Ciuman ini bahkan sudah yang ke seribu sekian mereka lakukan. Yixing merasa malu sekali jika wajahnya masih tetap memerah saat ini.
"Aku mencintaimu. Percaya saja untuk saat ini dan ke depannya kurasa akan lebih mudah untuk kita."
Suara berat Kris terdengar, Yixing di buat merinding. Ia memang tidak mengerti apa sebenarnya yang Kris bicarakan. Tapi jika di minta untuk percaya bahwa Kris saat ini mencintainya dan begitupun untuk seterusnya, Yixing bisa melakukannya dengan mudah. Karena ia melakukan hal yang sama delapan tahun terakhir ini.
.
.
.
.
.
.
"Ayo jalan lagi."
"Sebenarnya kita akan kemana sih?"
"Ke rumah keluargaku disini, mengenalkanmu pada mereka."
"Bajingan gila!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Thank you for everything, my beloved reader. Also sorry for being so-not-active in here.
Aku bukannya lupa sama semua ff-ku, cuma butuh waktu lebih lama untuk memikirkannya ulang(?)
Comments