Part 1

Cinta Tak Pernah Berhutang

Surat lagi. Yang ketiga dalam minggu ini. Dengan kilat pula. Cuma kali ini bukan kilat khusus. Kilat biasa. Dan seperti biasanya, surat kilat ke tempat ini bisa sampai dalam dua hari. Tapi bisa juga sampai dua minggu.

 

"Surat lagi,surat lagi." gerutu Hyuna dari atas tempat tidurnya. Tidak jelas nadanya, main-main atau sungguhan.

Kalau saja Krystal tidak tahu, Hyuna sudah seminggu menanti balasan suratnya dengan sia-sia. Cuma bedanya, surat Hyuna tidak dikirim melalui pos. Di selipkan di bawah pintu kamar.

Tetapi Krystal tau. Dia tau Hyuna cemburu. Kesal. Iri hati. Dan dia membaca perasaan itu dalam suara Hyuna.

"Paling paling dari Hyunseung! Bilang sama dia, Tal, lain kali gak perlu nulis alamatmu. Tulis saja Yangg Tercinta Dokter Jung Soo Jung. Taruhan deh, bapak-bapak di kantor pos sana juga sudah tau!"

 

Cemburu memang jahat, pikir Krystal sambil merobek sampul surat itu. Tentu saja dia tau, Hyuna sudah mengejar-ngejar Jidi sejak 6 tahun yang lalu. Tapi... Benarkah kali ini yang dicemburuinya hanya Hyunseung?

"Tapi cowo memang bodoh," Krystal ingat kicauan Hyuna dulu. Tentu saja di belakang kepalanya.

" Gak tau tuh apa yang di lihat, milih pensil daripada gitar Spanyol!"

Tentu saja Krystal lah pensil itu. Tinggi badannya cuma 165cm. Berat badannya cuma 43kg. Kalau ujian, jangan ditanya lagi. Dia memang jadi malas makan kalau sedang menghadapi ujian.

Untung tidak semua mahasiswi seperti dia. Bisa bangkrut restoran-restoran di Seoul.

Seoul!

Begitu saja nama itu melompat ke benaknya. Rasa rindunya sudah hampir tak tertahankan lagi. Rasanya dia ingin cepat-cepat pulang ke sana.

Seoul. Alangkah berbeda dengan kota sekarang yang Krystal tinggal. Kota yang lenggang dengan hanya beberapa ratus ribu penduduk yang lebih suka nonton TV di rumah daripada berkeliaran di jalan.

Sudah hampir setahun dia mengurung diri di kota ini. Begitu bang suka-duka yang dialaminya.

Dan lamunannya lenyap seketika. Surat itu bukan dari Hyunseung. Dari Kris. Isinya pun hanya 7 baris. Tapi cukup untuk mencampakkan ingatanya tujuh tahun ke belakang.

-------------------------*******************************------------------------------

 

Krystal masih ingat. Malam itu SMA-nya mengadakan pesta perpisahan. Di sanalah dia bertemu kembali dengan Kris.

Wu Yi Fan adalah kakak kelasnys. Krystal tidak tau siapa yang mengundangnya datang ke pesta perpisahan ini. Dia malah tidak tau Kris ada di Seoul.

Fika sedang bertugas membagikan minuman ketika Kai bergegas menghampirinya.

"Tal," katanya seperti mengabarkan ada demo di depan gedung sekolah mereka.

"Ada kabar gembira untukmu!"

"Sudah tau," potong Krystal. Kalau ada kabar gembira dari Kai, pasti hanya gembira untuk dia. "Sulli naksir kamu."

"Bukan! Ini tentang kamu, Tal!"

"Aku dinobatkan jadi cewek berpenampilan terburuk dalam pesta perpisahan kita."

"Bukan! Bukan!"

"Lalu apa?"

Kai menyeringai nakal. Setan yang satu ini memang punya bakat jadi playboy. Kalau saja berat badannya bisa dikorting sedikit. Seringainya menggoda. Tapi Krystal membaca akal bulus dalam matanya.

"Sogok dulu."

Nah, benar kan? Kai memang licik!

"Dengan apa? Minuman ini bukan punyaku kok. Ambil saja yang mana yang kamu mau."

"Bukan minuman."

"Habis apa?"

"Cium aku."

Krystal berpura-pura kesal.

"Itu namanya pemerasan!"

"Tapi gak rugi kan?"

"Mana aku tau? Aku kan belum pernah dicium."

"Sama Babeh juga belum?"

"Maksudku, sama buaya macam kamu!"

" Oh, gak usah khawatir, Neng! Aku gak mengigit!"

"Daripada dicium kamu, mending aku gak usah dengar beritamu!" Dengan kasar Krystal mendorong tubuh Kai yang menghalangi jalannya.

"Minggir!"

"Tal, jangan begitu dong!" Kai berusaha menangkap lengan Krystal.

Karena Krystal mengelak, gelas hampir terlepas dari tangannya. Untung ada seseorang didekatnya yang dengan sigap menangkap gelas yang sedang melayang jatuh ke lantai itu.

"Gamshahamnida," kata Krystal sambil meraih gelas itu dari tangan penolongnya.

Dia sudah hendak melangkah meninggalkan pemuda itu tanpa sempat melihat wajahnya ketiba tiba-tiba pemuda itu menyapa denga sopan.

"Boleh minta minum?"

"Minum apa?" Sahut Krystal segan.

"Mesti minta minum apa supaya bisa ngobrol dekat kayak dia?"

Sekarang Krystal menoleh. Dan tatapannya yang sudah sangat dikenalnya.

"Kris!" sergahnya tidak percaya.

"Kamu atau Hantumu?"

Pemuda itu tertawa geli.

"Aku belum mati," katanya sambil meraih tangan Krystal dan menggenggamnya erat.

"Belum jadi hantu! Apa kabar, gadis manisku?"

Gadis manisku! Aduh. Dia masih menggunakan ungkapan yang biasa dipakainya ketika mereka pacaran 2 tahun yang lalu!

 

"Sama siapa kamu kemari,Kris?"

"Sendiri. Kudengar dari Yoochun ada pesta perpisahan."

"Ngapain kesini?"

"Masih nanya lagi! Jelas buat ketemu kamu!"

"Jangan bilang kamu pergih jauh-jauh dari Canada untuk mencariku!"

"Kalau iya, memang kenapa? Gak percaya?"

"Kamu lupa 1 hal"

"Apa?"

"Kamu gak pernah bisa ngibulin aku!"

Mereka tertawa geli. Begitu riang. Begitu cerah. Seolah-olah bumi pun turut tertawa bersama mereka.

"Kamu Kris, mantan ketua OSIS kan?" sela Kai yang merasa tersisih. Siapa sih nih cowok, datang-datang menguasai medan?

"Matamu boleh juga,"sahut Kris sambil tersenyum tipis. "Tapi sorry, aku gak kenal kamu."

Biasa. Senior memang biasanya gak kenal juniornya. Apalagi yang tidak begitu populer macam Kai.

"Permisi,kami ingin berduaan dulu. Tanpa melupakan senyumnya, Kris menggandeng Krystal pergi. Meninggalkan Kai melongo jengkel.

Sialan, maki Kai dalam hati. Lagaknya saja selangit!

 

"Jangan jauh-jauh, Kris" protes Krystal. "Aku lagi tugas nih!"

"Oke, kita ngobrrol di dekat sini saja."

"Gimana sekolahmu?"

"Ngapain lagi nanya sekolah!"

"Habis nanya apa dong?"

"Nanya yang lain! Yang lebih seru!"

"Apa? Kamu sudah punya pacar belum?"

"Aku masih setia sama kamu."

"Bohong! Katanya sekolahmu itu banyak cewek-cewek cantik."

"Iya sih. Tapi aku masih tetap kembali ke pangkuanmu."

"pasti ada alasannya. Orangtuamu rujuk kembali?"

"Apa hubungannya?"

"Kamu ikut Ibumu ke Canada karena orangtuamu bercerai kan?"

"Sekarang aku ikut Ayahku di Seoul."

"Berapa tahun kontrakmu di sini?"

"Kontrak?"

"2 tahun kamu ikut Ibumu ke Canada. Berapa tahun kamu boleh ikut ayahmu disini?"

Kris tersenyum pahit.

"Kalau boleh memilih, mendingan aku di sini selamanya. Di samping gadis manisku."

Tidak sadar Krystal tersenyum sendiri. Memang manis mengenang masa lalu. Apalagi menyangkut masa remaja. Masa pacaran. Cowok pujaan.

 

Tapi Hyuna memang sentimen. Setiap kali Krystal menerima surat, setiap kali dia mulai melamun, Hyuna pasti memutar kasetnya keras-keras.

Dan lagu-lagu underground yang memekakan telinga itu memang cuma cocok untuk membangunkan orang tidur. Tidak cocok untuk mengenang manisnya cinta pertama.

"Kecilin dikit dong kasetnya!" Teriak Krystal marah.

Terus terang dia sudah bosan teriak-teriak. Beberapa minggu belakangan ini, Hyuna memang mengajak bertengkar terus. Tapi kalau dia tidak berteriak, bagaimana Hyuna dapat mendengar suaranya?

Dan karena Hyuna tidak mendengar juga suaranya, Krystal bangkit dari tempat tidurnya. menyambar speaker milik Hyuna. Dan mengecilkan volumenya dengan gemas.

"Kenapa sih?" gerutu Hyuna sengit. "Memangnya kamar ini punya nenekmu?!"

"Punya siapa kek, asal kupingmu belum budek, gak perlu nyetel kaset begini keras!"

Memang susah punya teman sekamar yang cemburuan. Tapi dari pada tidur dengan Sulli, Krystal milih Hyuna.

Sulli sangat cerewet. Dia tidak henti-hentinya bicara. Juga waktu tidur. Hyorin tidurnya mendengkur. Jadi pagi-pagi dia sudah memilih Yoochun. Supaya bisa membuat paduan suara saat tidur. Eunjung lain lagi. Dia yang paling penakut. Hatinya cuma sebesar kelingking. Tidur ataupun bangun , lampu harus menyala seterang-terangnya di kamar mereka. Dia percaya, setan tidak berani masuk ke kamar yang terang. Entah dari mana dia dapat kecepercayaan seperti itu. Siapa yang bilang setan nitu fotophobia.

Yang jelas, Krystal tidak bisa tidur kalau kamarnya tidak gelap. Jadi tidak ada pilihan lain. Dia terpaksa tidur bareng Hyuna.

Dan Hyuna tidak merepotkan. Sebelum dia bertemu dengan Xi Luhan.

Luhan. Hhhh.. semua memang gara-gara dia! Krystal menjatuhkan dirinya dengan jesak ke atas tempat tidur. Dan memekik kesakitan.

Dia selalu lupa ranjang itu bukan beralas karet busa seperti miliknya dirumah. Tempat tidur itu cuma sebuah ranjang besi nomor 4 yang dipinjam dari rumah sakit.

Hari pertama masuk asrama, Eunjung malah protes tidak mau tidur di situ. Dia takut berampur jijil melihat kasur penuh dengan bercak darah kering itu. Tetapi sekarang dia malah yang paling malas meninggalkan tempat tidur.........

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet