Part 2

Cinta Tak Pernah Berhutang

“Tal!!!” teriak  Eunjung hari itu, hari pertama mereka sampai di asrama.

“Aku gak mau tidur di situ! Biar mati, aku gak mau! Hi.. Aku takut!”

“Ada apa , Eun?” Tanya Sulli sambil mundur dua langkah. Tidak jadi masuk ke kamar. Matanya terbuka lebar ketakutan. “Ada hantunya, ya?”

“Kasurnya penuh darah!” teriak Eunjung yang cukup untuk membangunkan sekandang kerbau.

“Jangan cerewet!” bentak Krystal tegas. “Mau jadi dokter masa takut sama darah?”
“Ranjang itu pasti bekas orang mati, tal. Aku takut. Bukan sama darahnya. Tapi sama setannya!”

“Seingat saya, di sini tidak pernah ada setan, Dok.” Potong perawat yang mengantarkan mereka.

“Tentu saja,” sambar Hyuna. “Suster kan belum pernah tinggal di sini!”

“Katanya asrama ini dulunya bekas rumah sakit ya? Yang mana kamar mayatnya?”

Dan ketakutan itu menjalar bagai wabah penyakit. Krystal sampai kewalahan menenangkan teman-temannya.

“Daripada disuruh tidur di sini, mendingan aku pulang saja.”

Hyuna bukan yang paling penakut. Tapi dia yang paling cerdik. Barangkali dia hanya ingin menakut-nakuti temannya, pura-pura mengigil. Tetapi ketika da betul-betul menggigil, keempat teman putrinya yang lain benar-benar sudah siap bila di ajak pulang sekalipun.

Dan kesabaran Krystal habis sudah. Dia benar-benar meledak.

“Lantas kalian mau tidur dimana? Di hotel? Kita ini mau belajar! Bukan piknik!”

“Bohong,” sambar Luhan dari dalam kamarnya. Pintu kamarnya terbuka lebar. Sekali lirik saja Krystal bias melihatnya sedang duduk di atas bingkai jendela. Hanya mengenakan celana pendek. “Belajar sih bawa-bawa pacar!”

“Diam!” bentak Krystal geram. Lalu sambil menoleh kepada teman-temannya, perintahnya tegas,” Sekarang jangan rebut! Kita bersihkan kamar masing-masing. Apa pun namanya, tempat ini akan menjadi istana kita selama setahun penuh!”

“Tapi aku bias mati, Tal” ratap Eunjung memelas sekali. “Aku gak berani tidur di kamar yang ada setannya!”

“Bagaimana kamu tau sih kamar itu ada setannya? Kamu kan belum pernah tinggal disana!”

“Tapi ranjang itu bekas orang mati, Tal!”

“Lalu kamu mau apa? Panggil dukun buat ngusir setannya? Pakai otakmu! Kamu tuh mahasiswi! Yang realistis saja kenapa sih?!”

“Tapi kalau ranjang itu ada penunggunya…”

“Kamu lebih suka tidur di lantai? Please! Aku sih oke aja.”

Aku sih oke aja. Hyuna menirukan kata-kata Krystal tanpa bersuara. Ketika krystal menoleh ke arahnya dan melihat bibirnya yang berkomat-kamit sedang mengolok-oloknya. Tetapi dia tidak peduli. Pada saat-saat seperti ini, dia justru harus menunjukan jiwa kepemimpinannya. Mereka harus tau siapa yang bos.

“Sekarang semua jangan rebut! Kita mulai bagi tugas. Kamu Eunjung, ambil sapu. Kamu dan Hyorin bersihkan kamar makan! Sulli, gak peduli bapakmu jendral, ambil kain pel! Kamu dan Yoochun kebagian tugas mengepel kamar tidur.”

“Nah, jendril kita mulai member perintah.” Luhan tersenyum sinis. “Tunggu saja sampai nanti malam. Dia pasti minta di temenin ke WC!”

Pemuda-pemuda itu tertawa geli. Dan tawa mereka berhenti dengan sendirinya ketika Krystal masuk. Krystal gak pedulo ada 7 orang pria di kamar itu. Dia tidak peduli mereka sedang menertawakan dirinya. Dia bahkan tidak peduli Luhan hanya memakai celana pendek  tanpa penutup bagian atas tubuhnya. Seolah-olah dia sengaja memamerkan rambut tipis yang ada di dadanya.

Krystal tegak di depan mereka dengan anggunnya seperti seorang penguasa. Matanya bersorot dingin dan tajam. Ada wibawa yang tak terbantah di mata itu. Wibawa yang membuat teman-teman prianya tertegun sejenak.

“Daehyun, Junho dan kamu juga, bantu Sehun angkat kasur ke halaman. Semua kasur harus di jemur. Sisanya bersihkan kamar mandi dan WC.”

“Gak mau!” protes Luhan sengit. Kurang ajar! Siapa dikiranya dirinya hah? “Aku belum pernah membersihkan WC!”

Krystal menoleh. Dan ketika mata mereka bertemu, tiba-tiba Luhan merasa dingin. Mata gadis itu menikam tepat di tengah-tengah biji matanya. Ada sesuatu di dalam mata itu. Sesuatu yang mengingatkannya kepada kejalangan dan kebuasan seekor binatang.

“Siapa yang nanya?” suara gadis itu sama tidak berperasannya seperti matanya. “Disini, kata-kataku berarti perintah!”

“Gak mau! Siapa yang milih kamu jadi pemimpin? Sedari kapan kamu merasa menguasai aku?”

“Oke. Besok aku lapor pada Dokter Siwon. Dan kita cari ketua baru. Tapi sekarang, aku pemimpinmu! Ambil sikat! Bersihkan WC!”

Sialan, maki Luhan dalam hati. Lagaknya sudah kayak bos aja!”

“Kenapa aku yang kebagian bersihkan WC?” protes Luhan sengit. “Kenapa bukan Sehun?”

“Karena itu perintah!”

Luhan menatap gadis itu dengan geram. Seolah-olah hendak menelannya bulat-bulat. Tetapi sebaliknya dari menghindar, Krystal malah membalas tatapannya dengan dingin. Dan di mata yang indah itu, Luhan menemukan sebuah tantangan.

-----------------------****************************-----------------

Krystal dan Luhan memang sudah bertengkar sejak hari pertama mereka bertemu. Krystal masih ingat sekali. Ada 163 mahasiswa kedokteran swasta yang berkumpul berdesak-desakan di ruangan yang sempit. Mereka menunggu instruksi terakhir sebelum di berangkatkan ke Sagamihara dalam rangka menjalankan kuliah kerja disana.

“Berapa orang dari universitasmu?” Krystal mendengar seorang mahasiswa bertanya kepada Sehun yang duduk di sampingnya.

“Tujuh.”

“Cowok semua?”

Sehun tersenyum bangga

“Enam cewek. Cakep-cakep. Masih single!”

“Wow! Jadi kamu jantan satu-satunya?”

Mereka sama-sama tertawa.

“Gimana universitasmu? Ada favoritnya?”

“Tandus! Enam orang. Tapi cowok semua!”

“Wah, kasihan! Kalian pasti minta pergi satu kapal dengan kami!”

“Itu gunanya Hawa diciptakan Tuhan, kan? Buat menemani Adam!”

Sekali lagi mereka tertawa geli. Kurang ajarnya tertawa mereka membuat beberapa mahasiswa bertampang professor menoleh dengan kesal. Tapi siapa yang peduli?

“Yuk, kenalan dulu. Namaku Junho.” Pemuda itu membawa Sehun kepada teman-temannya. “Nih,teman baru kita, geng! Namanya juga aku belum tau, tapi yang penting dia manajer enam cewek yang bakal menghibur kita di sini!”

“Panggil aja Sehun. Tapi bukan aku kok pemimpinnya. Mereka sudah memilih Krystal tuh.”

“Yang jadi pemimpin mesti cowok!”

Krystal menoleh ke arah suara itu. Dia sedang menjulurkan kaki dengan kurang ajarnya di atas meja panjang di sudut ruangan. Gayanya menyebalkan sekali. Apalagi senyumnya. Padahal wajahnya demikian tampan.

“Cewek bisa apa sih!”

Seandainya dia tidak mengucapkan kata-kata terakhir itu, pasti Krystal sudah tertarik kepadanya pada pandangan pertama aja.

Dia seorang pemuda yang bertubuh tingggi atletis. Kalau Krystal tidak salah terka, tinggi badannya pasti di atas 175. Sayangnya , senyumnya begitu menyebalkan. Tatapannya seperti menganggap enteng segalanya. Sepasang matanya yang selalu besorot meremehkan dan kurang ajar itu, tenggelam dalam lekuk dalam yang mengapit sebuah tulang hidung yang tinggi.

Ah, dia pasti seorang pemuda ganteng  yang disukai gadis-gadis, kalau saja dia tidak terlalu meremehkan mereka!

“Di tempatku, aku yang minoritas.” Sehun menyeringai lugu. “Jadi aku ngalah aja.”

“Biar sendirian, kamu kan cowok! Kamu yang mesti jadi pemimpin!”

“Pokoknya itu sudah keputusan bersama. Lagian.. ngapain sih rebut-ribut kepingin jadi pemimpin?”

“Pokoknya aku ogah di pimpin cewek!”

“Oh, kamu belum kenal Krystal! Dia bukan cewek biasa!”

“Gak peduli dia cewek luar biasa sekalipun!  Cewek tetep aja cewek! Yang di kepala mereka Cuma bedak dan lipstick!”

Terus terang Krystal juga tidak berambisi untuk menjadi pemimpin. Kalau pemimpin itu dilahirkan, dia memang seperti sudah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin teman-temannya. Sejak kelas 6SD, dia terus menerus terpilih sebagai ketua kelas.

Sekarang pun begitu. Mereka mendaulatnya menjadi pemimpin rombongan. Tetapi Krystal tidak pernah mendesak mereka untuk memilihnya. Dia tidak ingin menjadi pemimpin. Kecuali kali ini.

Untuk suatu akasan yang dia sendiri tidak tau, Krystal ingin sekali menaklukkan pria yang satu ini. Dan kesempatan itu muncul taktala mereka membutuhkan seorang ketua rombongan.

----------****************************--------

“Saya menyadari mahasiswa itu senangnya menuntut,” kata Dokter Siwon dalam kata sambutannya ketika menerima mereka di rumah sakit.

“Saya pun menyadari fasilitas yang kami berikan maupun di asrama serbakurang. Karena itu jauh-jauh hari saya sudah menyiapkan diri untuk menerima tuntutan kalian. Hanya saja saya minta, jangan tiap hari ada 13 orang mahasiswa yang datang ke tempat saya minta ini dan itu. Cukup satu aja. Dan kalianlah yang harus menunjuk pesuruh agung itu.”

“Kami pilih Luhan,” Junho sudah memajukan jagonya sebelum yang lain sempat menarik napas.

“Kami pilih Krystal!” sela Eunjung yang sejak semula sudah ngeri melihat sikap Luhan. Pemuda seperti itu yang di pilih jadi pemimpin? Ih, amit-amit! Bisa berubah asrama menjadi diskotik!

“Saya minta satu pemimpin aja. Walaupun kalian berasal dari universitas yang berbeda. Disini kalian harus bersatu. Ingat, hanya satu orang nahkoda dalam satu kapal.”

“Kita voting aja,” usul Krystal tenang. Penuh percaya diri. “Supaya adil.”

Dia melirik Luhan, justru pada saat pemuda itu sedang menoleh ke arahnya. Tidak sengaja mata mereka beradu dan terkunci dalam bentrokan diam-diam yang panas membara.

“Boleh,” sambut Luhan sambil melemparkan tatapan kilat pada teman-temannya. Dia juga melontarkan tatapan penuh ancaman pada Sehun.

Luhan tidak perlu menghitung lagi untuk memastikan kemenangannya. Kuncinya cuma terletak di Sehun. Seandainya dia dapat mempengaruhi pemuda itu..seandainya aja dia dapat menarik Sehun kepada pihaknya!

“Cowok pasti ogah dipimpin cewek,” kata-katanya mirip canda. Tapi teman-teman sudah merasakan ancaman di balik kata-kata itu.

Dan mereka sama-sama menahan nafas ketika gulungan-gulungan kertas itu dibuka.

Ada tujuh suara untuk Krystal,dan enam suara untuk Luhan.

Seperti tidak sengaja, Krystal mengangkat mukanya dan menoleh. Dan untuk pertama kalinnya, Luhan melihat mata itu tersenyum. Senyum paling menyakitkan yang pernah dilihatnya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet