Chapter > 4

MaBaby, Luhan

Chapter > 4

Sesampainya dirumah Luhan, Sehun segera keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil sebelah agar Luhan dapat keluar dan tak ada insiden masalah kecerobohannya lagi.

"Terimakasih kau sudah mengantarku pulang." Luhan kali ini memandang Sehun dengan senyuman.

"Tidak masalah. itu sudah tugasku.", Jawab Sehun singkat dan senyum tipis menggores di bibirnya.

"Maafkan aku soal ucapanku waktu itu, yang katanya aku tidak suka bila dibuntuti olehmu. Dan maafkan aku karena sifat keras kepalaku padamu. Almarhum ayahku pernah bilang saat aku masih kecil bahwa aku tidak boleh jahat terhadap orang lain, apalagi orang yang sudah baik padaku. Tapi .... Aku malah bersikap jahat padamu yang sudah baik padaku."

Luhan berbicara seolah ia menyesal atas perlakuan dan ucapan yang kasar selama ini pada Sehun, saat itu ia menunduk dan meminta maaf sesungguh-sungguhnya.

"Kau tidak jahat padaku, dan almarhum tuan Xi memang pemuda yang sangat baik. Aku yakin kau juga pria yang baik sama seperti beliau." Jawab  Sehun seolah ia tau betul segalanya tentang tuan Xi (ayah dari Luhan).

"Apa...? Apa kau mengenal ayahku begitu dekat? seakan kau tau segalanya tentang beliau, dasar aneh." ejek Luhan sambil menyenggol pundak Sehun dengan tangannya.

"Aku tau beliau walau sudah tidak ada didunia, sebenarnya semua yang aku miliki  ini adalah dari orang tuaku yang diberikan oleh almarhum tuan Xi, yaitu ayahmu. dan asal kau tau bahwa ayahmu seorang yang kaya raya, dan bahkan melibihi orang tuaku sekarang. Kantor sebesar itu adalah bukan milik orang tuaku, melainkan milik ayahmu. Tuan Xi, beliau memberikan kantor beserta saham itu semua pada ayah dan ibuku untuk diolah kembali. Aku mendengar fakta ini dari ayahku, ini bukan soal membalas jasa atau lainnya. Tapi ini semua soal hatiku yang memang sangat menyukaimu dan menyayangimu, serta ditambah mendengar fakta tersebut aku semakin percaya bahwa kau adalah pria yang baik seperti tuan Xi. Dulu kau masih terlalu kecil bila disuruh mengolah kantor sebesar itu, dan sampai akhirnya almarhum ayahmu mempercayai orang tuaku untuk mengolah kantor penginggalan beliau." 

Panjang lebar Sehun menjelaskan kisah tentang keluarganya dan keluarga Xi Luhan. Ternyata semua ini memang sudah direncanakan Tuhan, Semua ini seperti drama namun nyata terjadi pada Luhan dalam hidupnya.

Seolah sedang asyik mengobrol , Tiba-tiba nyonya Xi keluar dan menjumpai sosok anaknya dengan Sehun yang sedang berhadapan.

"Hei? Kalian sudah kembali rupanya. Kenapa tidak masuk?" Tegur Nyonya Xi.

"Ah! nyonya Xi, kami baru saja ingin masuk. Ayo...." Sehun mulai menggandeng tangan Luhan untuk masuk kedalam rumah. Luhan kala itu masih memasang ekspresi seperti sedang berpikir. Sepertinya semua ini terlalu dipendam dari Luhan, dan bocah itu sepertinya perlu pencernaan agar pikirannya bisa menerima fakta tersebut.

#saat didalam rumah, tepatnya di ruang tengah.

Sehun, Luhan dan Nyonya Xi duduk disofa ruang tengah dan berbincang.

"Jadi .... Apa tadi kalian bersenang-senang?" tanya nyonya Xi antusias sambil memandangi Sehun dan Luhan bergantian.

"Tentu saja. dan Maaf, sebenarnya tadi pertemuan dua keluarga, keluarga ku dan keluarga nyonya, dan aku ingin mengundang anda untuk hadir. Tapi ketika aku melihat nyonya sedang sibuk pagi tadi maka aku hanya mengajak anak nyonya, sekali lagi maafkan aku." Jawab Sehun sambil menundukan kepala sebentar dan kembali mendongakkannya.

"Ah! itu tidak masalah, justru aku berterimakasih karena kau sudah memaklumiku yang sibuk." jawab Nyonya Xi singkat.

Selagi nyonya Xi dan Sehun mengobrol, Luhan malah masih terdiam memandang kedepan dengan tatapan kosong, Seolah masih dalam tahap berpikir.

Setelah diam beberapa lama, Luhan mulai berucap "apakah ayah sudah tau akan hal ini semua? dan Apakah ibu sudah tau akan hal ini juga? Aku tidak menyesal akan hal ini, dan aku juga tidak menolak atas jalan hidupku  seperti ini. Tapi .... Aku kira hidupku begitu begitu suram dan menyedihkan, namun ternyata ayah yang sangat berarti bagiku. Tapi sayangnya, beliau telah meninggalkan aku...." Luhan menitihkan air matanya saat itu. Ia berucap seolah penuh harap.

"Luhan ... kenapa kau menangis? sudahlah sayang. Jangan seperti itu." Nyonya Xi mulai bingung, nyatanya ia melihat anaknya yang tiba-tiba menangis dan memabahas tentang almarhum suaminya.

"Maafkan aku nyonya Xi, aku menjelaskan semuanya tentang dua keluarga ini pada Luhan. Karena sepertinya aku rasa Luhan sudah besar dan tidak perlu kita menyimpan fakta ini lagi dari dia.", Sehun mulai berucap pada nyonya Xi sambil memeluk dan mengelus kepala Luhan.

"Hmmmmmmm .... Jadi bagitu, pantas saja dia seperti itu. Aku mengerti betapa Luhan sangat menyayangi ayahnya dulu, dan saat suamiku meninggal dunia, Luhan jugalah yang paling meratapi kesedihan." lanjut Nyonya Xi.

Bersambung~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet