I Just Couldn't (ver. 2)

Monochrome

 

 

Word : 682

Summary : Riida berlatih untuk perannya di Maou

Author’s note : powerful Nino

>>>

Ini terjadi di masa syuting Maou. Remake dari drama Korea Mawang, yang dibintangi Joo Ji-Hoon dan Shim Min-Ah, satu tahun sebelumnya. Drama itu sukses membius para penonton dengan jalinan cerita yang benar-benar penuh intrik dan gelap, sesuai judulnya yang memiliki arti harfiah ‘King of Devil’. Menceritakan pembalasan dendam seorang pengacara berjuluk ‘malaikat’—sebab kesediaannya membela siapa pun yang membutuhkan bantuan hukum tanpa pandang bulu—kepada pembunuh adik laki-lakinya 10 tahun yang lalu.

 

Entah apa yang ada di pikiran Ohno saat menerima tawaran audisi dorama berdurasi 11 episode tersebut. Saat itu pengalaman syuting yang dimilikinya hanyalah V no Arashi (drama pendek tentang voli bersama para member) dan beberapa film pendek. Bukan pula memerankan seseorang yang berdarah dingin tanpa belas kasihan.

 

Nino, berusia tiga tahun di bawahnya, sudah lebih dulu berkecimpung aktif di ranah akting lewat beberapa dorama (Namida o Fuite, Minami-kun no Koibito, Yasashi Jikan, Haikei, Chichiue-sama, dan Yamada Taro Monogatari) yang ikut dibintangi nama-nama besar di jagad perfilman negeri Sakura. Bisa disebut jauh lebih ‘senior’ jika menyertakan gelar Best Actor yang disabetnya dari ajang penghargaan insan film di tahun-tahun sebelumnya.

 

Nino—menjadi seorang Nino—ada di sana meyakinkan Ohno mengikuti audisi.

 

Ada satu adegan di mana tokoh yang diperankan Ohno, Naruse Ryou, memandang detektif Serizawa—dibintangi Toma Ikuta, yang menghilangkan nyawa adik semata wayangnya, dengan tatapan intens berhawa membunuh. Kasus yang dinilai hakim murni pembelaan diri sehingga kematian korban dipandang sebagai kecelakaan, menolak diterima. Pengacara Naruse, mencari keadilan dengan caranya sendiri, sepuluh tahun kemudian. Untuk dapat memerankan adegan tersebut dengan sempurna, Ohno melatih matanya. Berkedip lebih sedikit dari seharusnya—hingga memancing air mata. Berlatih di depan cermin saja tidak cukup memuaskan. Ia selalu berakhir terkikik sendiri menyaksikan pantulan diri menilai dirinya sendiri lekat-lekat.

 

Ia memerlukan objek pandang yang solid.

 

Ohno mulai dengan Matsujun. Tahu rekan berwajah rupawan itu banyak digilai kaum hawa—efek Hana Yori Dango yang sangat booming itu, merindinglah bulu kuduk Ohno, membayangkan dirinya nanti terpesona terlalu jauh. Tidak dapat dielakkan. Jantungnya saja berdegup aneh saat meneliti kesempurnaan jengkal demi jengkal fitur wajah seorang Jun Matsumoto.

 

Aiba berada di sana menggantikan. Lagi pula, pemilik tinggi paling ideal di Arashi itu sering disibukkan sesuatu yang tak terlihat alias berada dalam pikiran. Imajinasi tidak terbatas, yang dulu melatarbelakangi variety show A no Arashi yang berpusat pada percobaan-percobaan Aiba di bidang ilmu pengetahuan alam. Namun, keputusan memilih Aiba dianulir cepat-cepat. Bagaimana tidak, lama-lama memerhatikan Aiba, Ohno malah sibuk kegelian. Aiba dapat membuat sebuah lelucon tanpa perlu mengusahakannya. Setiap gerak-geriknya adalah bahan tertawaan. Bagaimana pun julukannya adalah Aibaka (Aiba+Baka). Merasa aneh tiba-tiba tertawa sendiri, Ohno beralih pada yang lain.

 

Sho bukan pengecualian. Tapi instingnya tajam sekali. Baru sekitar beberapa menit saja dijadikan pengganti Aiba, ia menyadari jika seseorang sedang memonitornya dari kejauhan. Bertemu pandang satu sama lain terasa cukup kikuk saat itu.

 

Nande? Aku paling benci dimata-matai?” protes Sho, melabrak Ohno di ruang ganti setelahnya. Tiada pilihan, Ohno menceritakan usahanya percobaannya selama seminggu terakhir dengan Matsujun dan Aiba. Saat melihat alis Sho naik sebelah, bersamaan dengan seringai penuh arti, Ohno yakin ada maksud yang bakal tidak terduga di baliknya. “Siapa yang menyemangatimu ikut audisi, Oh-chan?”, member tertua kedua itu bertanya dengan suara rendah, penuh intrik.

 

Ohno menjawab tanpa klu, “Eh?”

 

Sho memegang bahunya. “Dan... jadi, kepada siapa kau harus pergi?”

 

Nino.

 

Tunggu sebentar, bagaimana bisa Sho bisa berkata begitu mudah saat yang dikatakannya itu sama sekali bukan perkara enteng? Di antara semua, Nino bahkan tidak diletakkan sebagai pilihan cadangan! Dari seluruh orang di dunia, bahkan nama itu bukan sebuah pengecualian. Tidak ada Nino untuk hal yang satu ini.

 

“Tidak, jangan Nino...”

 

“Kenapa tidak?” selidik Sho.

 

Ohno menelan ludah.

 

Oh, benar, tidak ada yang tahu.

 

Dan mungkin tidak ada yang perlu diberitahukan.

 

Cepat-cepat Ohno berkelit melarikan diri dari pertanyaan lanjut. Menyandang gelar sarjana universitas berhubungan lurus dengan kemampuan intelektual Sho. Ditambah sedikit kekeraskepalaan, apa yang tidak patut diungkap dapat dipaksa keluar. Pada akhirnya Ohno memutuskan untuk menjadikan manajernya sebagai objek latihan landas tatapan membunuh penyempurna adegan itu, meski sesekali dicobanya saran Sho—menggunakan Nino. Tapi tetap, deguban menyesakkan dada selalu membuat Ohno berpaling, yang terjadi hanya dalam hitungan ke-lima saja.

 

Nino, oh, Nino...

 

END

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
amusuk
#1
yihaaa, ada di sini juga aku senang~~~ :D
gara-gara ini aku jadi bertanya, fans arashi indonesia itu biasanya gather di mana sih? *turut penasaran* habis yg kulihat cuman kpop doang. jpop, dan cpop kayaknya butuh dibudidayain yah di sini, keke.