Here I am (for you)

Monochrome

 

 

Word : 789

Summary : Riida bingung menjelaskan kemunculannya di depan pintu apartemen Nino, pukul 3 dini hari.

Author’s note : slight angst—sorry T^T

>>>

Pengalaman akting Ohno usai kesuksesan Maou adalah dorama Uta no Oniisan. Tokoh yang dimainkannya adalah seorang pengangguran lulusan universitas yang dirong-rong ayahnya lekas bekerja kantoran. Di sini, Ohno memerankan sosok yang blak-blakkan, pesimis, dan tidak bersemangat. Diakuinya, lebih mudah memerankan Yano Kenta—tokohnya, sebab kurang lebih perangainya sama seperti Oh-chan, riida, captain, atau apa pun orang menyebut dirinya.

 

Hari itu, Ohno syuting di Nagano. Di waktu break, ia mendapat telepon dari Sho. Arashi sedang berkumpul di Shinjuku, di salah satu bar milik seorang teman yang baru buka. Seluruh makanan-minuman disajikan setengah harga dan banyak gadis-gadis penghibur bertubuh montok—hanya sebagai pemanis mata, bukan pemuas alat raba—jadi merupakan kehilangan terparah abad ini bila absen. Terang-terangan sindiran itu ditujukan pada Ohno.

 

“Nino juga,” kata Sho lagi. Bunyi berdentum dari musik keras terdengar samar-samar. Padahal sang rapper telah mengasingkan diri ke toilet, mencegah dirinya berteriak-teriak sampai tenggorokan sakit. “Sehabis latihan tadi Nino langsung pulang.”

 

“Kenapa?”

 

“Tidak enak badan. Tapi tadi sudah kuhubungi dan katanya hanya demam biasa.” Kata ‘biasa’ melegalkan entengnya nada bicara Sho. “Oh, sudah waktunya. Daigo bilang akan ada kejutan menjelang tengah malam. Ja, kututup dulu. Sampaikan salamku buat siapa pun yang ada di sana.”

 

Na, Sho... Sho-chan? Moshi-moshi?” Ohno mendesah usai sadar bicara berbalasan dengan nada konstan ponsel.

 

Nino sakit. Nino sakit. Jika saja demam ini tidak terjadi setelah kisah cinta member kedua termuda itu kandas, Ohno tidak merasa perlu sekhawatir ini. Kenapa anggota Arashi yang lain bisa melenggang tenang berpesta ria begitu? Bukankah harusnya seseorang peduli pada yang baru tertimpa musibah?

 

Erika Toda, lawan main Nino di Ryuusei no Kizuna, menolak pengakuan cinta pemuda itu. Sebutnya, ia merasa sangat aneh berkencan dengan pemeran kakak-nya di dalam dorama tersebut. Penolakan halus dari keinginan Nino, yang bisa saja seharusnya dikatakan dalam bentuk yang lebih ketus, macam : 1) aku tidak berkencan dengan idola yang menyanyi sambil menari, 2) aku tidak berkencan dengan pria yang lebih tua 5 tahun, atau 3) aku lebih suka berkencan dengan Ryo-kun—Nishikido Ryo, lawan main lain di dorama itu.

 

Pukul 3 dini hari, Ohno menemukan dirinya berdiri di depan pintu apartemen Nino, satu tangan menjinjing kotak berisi cupcakes yang diberikan fans di tempat syuting. Demam tidak mensyaratkan makanan manis dalam pantangan, kan?

 

Ia mengantungi kunci cadangan—lupa dikembalikan saat terakhir terdampar di tempat itu usai mabuk berat sementara Nino harus syuting pagi-pagi sekali. Tapi, tangannya ragu memutar badan kunci yang sudah masuk ke lubangnya. Patutkah perhatiannya ini diapresisasi? Apakah Nino mengharapkannya? Bagaimana jika Nino hanya ingin sendiri saja?

 

Dan yang terpenting, wajarkah ini semua dilakukan?

 

“Oh...”

 

Ke arah suara terkejut itu, Ohno menoleh. Nino ada di sana, mengenakan setelan olahraga komprah berwarna kuning—khas Nino sekali, mendekap kantung plastik bening berisi keratan bir. Lambang minimarket di lantai dasar kompleks apartemen memberitahu dari mana asalnya.

 

Membuka topinya, Nino bertanya, “Riida? Sejak kapan kau di sana?”

 

“Um, baru saja. Aku syuting di dekat sini jadi...” Ohno lupa berapa lama ia menimbang-nimbang keraguan masuk ke dalam. Untung ia ingat mencabut kunci dan menghilangkan keberadaannya di dalam kantung mantel. “Ano... bagaimana demammu?”

 

Nino menyeka hidung. Sedikit berair. “Tadi sudah minum obat hingga tidur sepanjang siang. Sekarang jadi insomnia. Mau temani aku minum?”

 

Mereka masuk, berdampingan duduk di depan penghangat. Suhu tubuh cepat menghangat dengan tiap tegukan kaleng bir. Ohno mengikuti cara Nino menikmati minumannya, seteguk demi seteguk. Selain tidak ingin dicap tamu kurang ajar, ia memerhatikan pandangan Nino yang melandas ke arah puncak lutut selagi menelan bir yang telah diteguk. Sulit memasukkan topik di saat seperti ini, terutama bila mungkin Ohno tahu apa yang sedang bermain-main di kepala Nino.

 

Keheningan diputus oleh Nino dengan pertanyaan, “Bagaimana syutingmu?” Di meja, kotak cupcake sudah dibuka namun baru satu buah yang dicuil sedikit sebab rasa manisnya bertabrakan dengan pahit bir dan mereka berdua bukan penggemar selera eksentrik.

 

“Um, menyenangkan. Ada banyak anak-anak di tempat syuting jadi membuatku merasa muda kembali...”

 

Nino terkikik. “Aku masih tidak percaya kau mengambil peran itu setelah Maou.”

 

“Memperlebar pengalaman.”

 

“Seperti Sho-chan di Yatterman.” Kembali mereka membahas adegan-adegan komikal dari film heroik yang dibintangi Sho tahun lalu itu. Tawa Nino terdengar ringan. Tawanya yang biasa seperti digunakan saat merayakan keberhasilan memancing batas kesabaran Jun, membuat kesal Sho, atau membuat Aiba histeris.

 

Mungkin inilah mengapa anggota yang lain memilih membiarkan Nino dan pergi berpesta. Karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Detik ini, kenyataan bahwa ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata 120 km/jam, dari Nagano menuju Tokyo, hanya agar dapat tiba selekas mungkin akan tedengar dilebih-lebihkan.

 

“Oh-chan, hari ini kalian tidak syuting di dekat sini, kan?”

 

Dengan ini Ohno sukses dibuat gelagapan. “Eh?”

 

“Ryuhei-kun—rekan mainmu di Uta no Oniisan—ada di Nagano saat ini.” Dan Nagano cukup jauh jaraknya dari Tokyo. Tidak ada alasan apa pun yang membenarkan keberadaan Ohno di sini, di waktu ini. Kecuali...

 

A-ano... kebetulan saja kami syuting di tempat berbeda—“

 

“Apa yang kau pikirkan, datang kemari dan harus kembali pagi nanti?”

 

“Aku...”

 

Arigatou, riida...”

 

Ohno melihat Nino tersenyum. Sebesar itu Nino menghargai keberadaannya sekarang ini.

 

Perutnya berasa melilit.

 

Nino, oh, Nino...

 

END

 

---

ini angst, ak nggak tahu kenapa, haha..

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
amusuk
#1
yihaaa, ada di sini juga aku senang~~~ :D
gara-gara ini aku jadi bertanya, fans arashi indonesia itu biasanya gather di mana sih? *turut penasaran* habis yg kulihat cuman kpop doang. jpop, dan cpop kayaknya butuh dibudidayain yah di sini, keke.