I Just Couldn't (ver. 1)

Monochrome

 

 

Word : 854

Summary : Riida berlatih untuk perannya di Maou

Author’s note : defenseless Nino

>>>

Riida, beri aku waktu sejenak saja...” Ninomiya berkeluh-kesah di seberang meja, sambil meletakkan kotak bento dan sumpitnya ke atas meja. Isinya masih penuh. Kontras betul dengan milik Aiba di sampingnya, yang tandas menyisakan salada dan bulatan merah tomat ceri— disisakan biasanya untuk dipindahtangankan kepada Sho. Bagaimana bisa Nino makan dengan tenang saat sepasang mata memata-matainya tanpa jeda?

 

Bukan tatapan biasa pula, melainkan kontak mata yang berarti ‘aku akan mencincang tubuhmu sampai bagian terkecil hingga tidak seorang pun mengenali jasadmu, tapi, sebelumnya, biarkan aku menyiksamu dengan penderitaan yang tidak pernah kau bayangkan’.

 

Keluhan rekan segrupnya itu tidak diindahkan. Terus saja, Ohno—yang disebut riida itu (turunan dari leader alias pemimpin dari Arashi), pemilik sepasang mata yang terus melandaskan pandangan pada Nino, melakukan apa yang telah dilakukannya sejak Arashi tiba di ruang ganti untuk rehearsal acara musik. Benar-benar tatapan tanpa jeda jika mengindahkan kegiatan mengedip. Praktis, makan siangnya sendiri belum tersentuh sejak memutuskan ‘Nino yang sedang makan’ sungguh objek pas untuk diperhatikan.

 

Banyak hal baru mengenai Nino yang ditemukan Ohno. Baru kali ini ia ‘benar-benar’ memperhatikan satu komponen lagi dari OhMiya, buah fandom tak terbatas para fans. Trivia yang terlewat jika hanya melihat sekilas. Misalnya, ia tahu sudut bibir Nino menukik ke atas namun siapa yang tahu jika itu ternyata betul-betul menjadi daya tarik seorang Kazunari Ninomiya, selain puncak hidung bangir yang berbelah itu, dan tahi lalat di dagu kanan. Jika mereka berlawanan jenis, rasanya Ohno akan memilih Nino sebagai tipe ideal.

 

Hontonni,” Nino masih belum selesai, menambahkan ketegasan dalam kalimatnya, “kau membuatku mulas jika terus seperti itu.” Kalau saja mereka tidak sedang berada di ruang ganti Music Station, untuk membawakan lagu ‘Truth’. Masalahnya, Nino sudah memakai make up, yang akan berantakan dan alamat dihardik cordi jika memasang kerutan berlebih di wajah.

 

---

 

Ini terjadi di masa syuting ‘Maou’. Remake dari drama Korea ‘Mawang’, yang dibintangi Joo Ji-Hoon dan Shim Min-Ah, satu tahun sebelumnya. Drama itu sukses membius para penonton dengan jalinan cerita yang benar-benar penuh intrik dan gelap, sesuai judulnya yang memiliki arti harfiah ‘King of Devil’. Menceritakan pembalasan dendam seorang pengacara berjuluk ‘malaikat’—sebab kesediaannya membela siapa pun yang membutuhkan bantuan hukum tanpa pandang bulu—kepada pembunuh adik laki-lakinya 10 tahun yang lalu.

 

Entah apa yang ada di pikiran Ohno saat menerima tawaran audisi dorama berdurasi 11 episode tersebut. Saat itu pengalaman syuting yang dimilikinya hanyalah V no Arashi (dorama pendek tentang voli bersama para member) dan beberapa film pendek. Bukan pula memerankan seseorang yang berdarah dingin tanpa belas kasihan.

 

Nino, berusia tiga tahun di bawahnya, sudah lebih dulu berkecimpung aktif di ranah akting lewat beberapa dorama (Namida o Fuite, Minami-kun no Koibito, Yasashi Jikan, Haikei, Chichiue-sama, dan Yamada Taro Monogatari) yang ikut dibintangi nama-nama besar di jagad perfileman negeri Sakura. Bisa disebut jauh lebih ‘senior’ jika menyertakan gelar Best Actor yang disabetnya dari ajang penghargaan insan film di tahun-tahun sebelumnya. Nino, di sana dengan segala kejumawaannya soal akting, meyakinkan Ohno ikut audisi.

 

Ada satu adegan di mana tokoh yang diperankan Ohno, Naruse Ryou, memandang detektif Serizawa—dibintangi Toma Ikuta, yang menghilangkan nyawa adik semata wayangnya, dengan tatapan intens berhawa membunuh. Kasus yang dinilai hakim murni pembelaan diri sehingga kematian korban dipandang sebagai kecelakaan, menolak diterima. Pengacara Naruse, mencari keadilan dengan caranya sendiri, sepuluh tahun kemudian. Untuk dapat memerankan adegan tersebut dengan sempurna, Ohno melatih matanya. Berkedip lebih sedikit dari seharusnya, hingga memancing air mata. Berlatih di depan cermin saja tidak cukup memuaskan. Ia selalu berakhir terkikik sendiri menyaksikan pantulan diri menilai dirinya sendiri lekat-lekat.

 

Ia memerlukan objek pandang yang solid.

 

Ohno mulai dengan Matsujun. Tahu rekan berwajah rupawan itu banyak digilai kaum hawa—efek Hana Yori Dango yang sangat booming itu, merindinglah bulu kuduk Ohno, membayangkan dirinya nanti terpesona terlalu jauh. Tidak dapat dielakkan. Jantungnya saja berdegup aneh saat meneliti kesempurnaan jengkal demi jengkal fitur wajah seorang Jun Matsumoto.

 

Aiba berada di sana menggantikan. Lagi pula, pemilik tinggi paling ideal di Arashi itu sering disibukkan sesuatu yang tak terlihat alias berada dalam pikiran. Imajinasi tidak terbatas, yang dulu melatarbelakangi variety show A no Arashi yang berpusat pada percobaan-percobaan Aiba di bidang ilmu pengetahuan alam. Namun, keputusan memilih Aiba dianulir cepat-cepat. Bagaimana tidak, lama-lama memerhatikan Aiba, Ohno malah sibuk kegelian. Aiba dapat membuat sebuah lelucon tanpa perlu mengusahakannya. Setiap gerak-geriknya adalah bahan tertawaan. Bagaimana pun julukannya adalah Aibaka (Aiba+Baka). Merasa aneh tiba-tiba tertawa sendiri, ia beralih pada yang lain.

 

Sho bukan pengecualian. Tapi instingnya tajam sekali. Baru sekitar beberapa menit saja dijadikan pengganti Aiba, ia menyadari jika seseorang sedang memonitornya dari kejauhan. Bertemu pandang satu sama lain terasa cukup kikuk saat itu.

 

“Siapa yang menyemangatimu ikut audisi?” tanya Sho, melabrak Ohno di ruang ganti setelahnya.

 

Ohno menjawab tanpa klu, “Eh?”

 

Sho memegang bahunya. “Dan... jadi, kepada siapa kau harus pergi?”

 

Nino.

 

---

 

“Makan saja.” Ohno mendorong bento ke depan Nino. Ia mengubah posisi duduknya, kini menopang dagu, menyamankan posisi itu sehingga tidak diusik pegal jika dilakukan dalam waktu lama. Aiba dan yang lain entah berada di mana. “Jangan hiraukan aku.”

 

Objek pandangnya meleguh. Merasa tidak punya pilihan lain. Nino merasa tidak punya hak menolak. Logikanya begini : saat Ohno sukses dengan Maou nanti, Arashi ikut kena imbasnya, kan?

 

Dan sekali Ohno berkehendak, siapa yang sanggup melawan?

 

 

END

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
amusuk
#1
yihaaa, ada di sini juga aku senang~~~ :D
gara-gara ini aku jadi bertanya, fans arashi indonesia itu biasanya gather di mana sih? *turut penasaran* habis yg kulihat cuman kpop doang. jpop, dan cpop kayaknya butuh dibudidayain yah di sini, keke.