And we can learn to love again

Clarity
8 And we can learn to love again 
 
 
 
 
 

i.

Yifan menceritakan semuanya pada Kyungsoo. Keluh kesahnya, kekhawatirannya, mimpi-mimpinya, segala ketakutannya—Yifan menceritakan semuanya. Tidak ada yang luput, ia selalu memastikan Do Kyungsoo akan menjadi orang pertama yang tahu apa yang ada dalam pikirannya. Termasuk rencananya sejak lama untuk mengajukan gugatan pada agensi hiburan tempatnya bernaung.

Kyungsoo mendengarkan, ia tahu, tapi bukan berarti itu tidak terasa seperti pengkhianatan untuknya.

Di malam sebelum Yifan akan mengumumkan gugatannya pada SM Entertainment ke publik, Kyungsoo mendapati dirinya memegang tangan pemuda itu dan berbisik. “Apa benar-benar tidak ada jalan lain?”

Yifan tidak menepis pegangan itu, tidak juga langsung menjawab. Mereka hanya ditemani keheningan untuk beberapa saat. Hingga akhirnya ia menghela napas, tangannya yang bebas menepuk pucuk kepala pemuda mungil yang teramat disayanginya. “Aku harus melakukan ini.”

“Kau bahkan tidak mau tinggal untukku?”

“Aku tidak meninggalkanmu.” Yifan membalas dengan nada mengingatkan, keningnya berkerut sedikit. “Aku meninggalkan grup ini, itu perbedaan besar.”

“Tetap saja kau pergi.” Tuding Kyungsoo sengit. “Di pagi hari nanti kau akan pergi dan aku tidak akan melihatmu lagi. Lalu apa bedanya?”

“Bedanya adalah,” Yifan menarik tangan Kyungsoo yang masih memegang tangannya, menggantinya menjadi sebuah dekapan erat. “perasaanku padamu sama sekali tidak berubah.”

Kepergianku tidak mengubah apa pun, Yifan ingin bilang begitu, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku masih tetap mencintaimu.

Dan Kyungsoo ingin sekali bisa percaya.

 

 

ii.

Kyungsoo sudah tahu apa yang selanjutnya akan terjadi, ia sudah bisa menebak reaksi member lain yang tidak akan menyangka, ia bisa melihat mereka semua akan terpukul.

Nyatanya—walau tiap malam ia selalu menyiapkan diri untuk momen yang tidak terhindarkan ini, walau ia selalu mengatakan ia mendukung keputusan Yifan (Apa pun, Hyung, apa pun yang membuatmu bahagia), walau ia selalu meyakinkan diri ia baik-baik saja dengan itu semua—ketika berita itu tersebar dengan cepat dan menjadi topik terhangat yang dibicarakan di mana-mana, tetap saja ia masuk ke dalam kamarnya dan menangis tanpa suara di dalam sana.

Kyungsoo baru keluar dari kamarnya ketika malam menjelang, ketika Junmyeon mengumpulkan semua member di ruang tengah, dan ia mengatakan pada mereka dengan suara serak apa yang ia rasakan tentang berita ini. “Itu keputusannya, kita akan tetap berjalan maju tanpanya.”

Ini yang kauinginkan, bukan, Hyung?

 

 

iii.

Yifan mencoba untuk menghubungi Kyungsoo tiap beberapa kali dalam sehari semenjak kepergiannya, melakukan panggilan atau mengirimkan pesan. Tidak ada satu pun yang Kyungsoo balas.

Ia pikir ia cukup kuat untuk menghadapi semua ini, ia pikir mengetahui apa yang akan terjadi membuatnya dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik. Tapi kekosongan yang ditinggalkan oleh Yifan tidak dapat ditambal oleh apa pun, bahkan tidak dengan panggilan telepon dari Cina sekalipun.

Yifan tidak ada di sini lagi, Yifan sudah meninggalkannya, Yifan tidak mau bertahan untuknya.

Hanya itu yang dapat Kyungsoo pikirkan selagi menjalankan aktivitas promosi album terbaru EXO.

 

 

iv.

Setelah beberapa lama, tidak ada lagi pesan atau panggilan masuk dari Yifan, tidak ada lagi kabar apa pun. Mungkin pemuda itu sudah mulai bosan, mungkin ia beranggapan semua usahanya untuk mempertahankan hubungan sia-sia belaka, mungkin ia sudah memiliki kesibukan sendiri, atau mungkin ada prioritas baru yang tidak menyertakan nama Do Kyungsoo di dalamnya.

Jalan mereka sudah tidak lagi bersisian, dan ternyata lebih mudah begitu.

Lebih mudah beranggapan tidak pernah ada yang terjadi di antara mereka.

 

 

v.

Mereka baru kembali saling bicara ketika tidak sengaja dipertemukan dalam ajang penghargaan film yang digelar di Cina beberapa tahun kemudian.

“Hai.” Yifan menyapanya di belakang panggung, dengan tuxedo hitam dan garis wajah yang terlihat lebih tegas dari terakhir kali Kyungsoo melihatnya secara langsung bertahun-tahun lalu.

“Hai.” Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Kyungsoo. Ia belum menyiapkan diri untuk pertemuan yang tidak direncanakan ini, ia belum mempersiapkan hati untuk bertemu kembali dengan Wu Yifan dalam wujud darah dan daging.

“Kau kelihatan luar biasa.”

“Kau juga.”

“Selamat untuk kemenangan film terbarumu.”

“Dan selamat juga untukmu, aktor terbaik tahun ini.”

“Aku menonton film terbarumu, penampilanmu sempurna.”

“Oh, yeah, aku juga menonton filmmu. Aktingmu hebat.”

“Aku merindukanmu, Kyungsoo.”

Kyungsoo langsung kehilangan kata dan segera mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Percakapan basa-basi sebelumnya masih sanggup ia tangani, tinggal melontarkan pujian balasan tanpa perlu berpikir. Tapi tidak untuk yang satu ini. Tidak ketika Yifan berbicara dengan nada lembut dan memandangnya dengan tatapan yang ia rindukan tiap harinya.

“Yifan…”

“Jangan menghindariku lagi, kumohon.” Lirihnya, pandangan matanya meredup, dan kelihatan sekali ia tengah menahan diri untuk tidak bergerak mendekat dan menyentuh Kyungsoo. “Aku benar-benar merindukanmu.”

Kyungsoo ingin mengatakan, aku juga. Ia ingin langsung memotong jarak di antara mereka dan menjatuhkan diri ke pelukan pria yang menghantuinya tahun-tahun belakangan ini. Ia ingin berpikir bahwa itu semua cukup untuk menebus kepergian Yifan dan kekosongan yang pemuda itu tinggalkan.

Ia harap itu cukup.

“Kau baik-baik saja tanpaku.”

“Karena itu yang kulakukan, aku tetap melanjutkan hidup, sama sepertimu.” Yifan mengeluarkan decakan dramatis. “Kautahu, Korea sudah menolakku, dan kupikir tidak ada gunanya masih mengingat masa-masa selama berada di sana. Aku toh sekarang sudah menjalani hidup yang memang kuinginkan.” Matanya menatap lurus ke arah Kyungsoo yang masih menolak melakukan kontak mata. “Tapi ada satu orang yang tetap saja tidak bisa kuenyahkan dari kepalaku sekeras apa pun aku mencoba.”

Kyungsoo masih bergeming, tanpa sadar ia menggigit bibir bawahnya.

“Kau selalu ada, Kyungsoo, ke mana pun aku pergi. Mustahil untuk berpura-pura seakan kau tidak memiliki porsi besar di hidupku.”

Dan sejujurnya, Kyungsoo pun sudah lelah untuk berpura-pura bahwa nama Wu Yifan tidak berarti apa-apa untuknya. Tiap kali melihat pencapaian terbaru Yifan di berita, ia hanya bisa mengalihkan pandangan tanpa benar-benar bisa turut berbahagia untuk kesuksesan yang pemuda itu raih. Ia pikir ia punya pertahanan diri yang bagus, ia pikir ia sudah membentengi dirinya sebaik mungkin untuk tidak perlu merasa sakit lagi.

Tapi malam ini kehadiran Yifan sudah cukup untuk meruntuhkan segala pertahanan yang ia bangun.

Kyungsoo yang pertama kali bergerak maju dan menjatuhkan diri di pelukan si pemuda yang lebih jangkung. Tapi ciuman yang selanjutnya terjadi adalah Yifan yang menginisiasi.

 

 

vi.

"Aku berbohong, aku tidak menonton filmmu."

"You little shi—"

Setelah acara malam itu berakhir, Yifan memastikan untuk menarik Kyungsoo ke kamar hotelnya. Membuat pemuda mungil itu duduk di atas sofa dan menonton film laga terbarunya dari DVD.

 

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
                                                                                                                                                                                         eg *  
 
 author's note 
i tried
 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
lovely_drizzle
#1
Chapter 8: lost count, aku baca ini berkali-kali sampe ga keinget angka hehe miss Krisoo soooooo bad huhu ╥﹏╥ terima kasih buat cerita2 manisnya authornim, semoga akan ada next and next chapter lg yaw ❤❤
kyungiiee #2
Chapter 8: Yey..welcome back...
BabyBuby #3
Chapter 8: Hiks.. Hiks.... Sedih... Walaupun berakhir bahagia tetep aja.. Menyedihkan...
redjewel #4
Chapter 7: Potonya gaada yng bagusan dikit thor? Mreka derp bgt sumpa disituuu. Lanjuttt dong thorrr, udh cape" nihhh ngekomenn. Doyan bgt gue sama ff inii. Ff indo krisoo fav!
redjewel #5
Chapter 6: Anjir thorrr, gue ngakak banget waktu lo bilang kyungsoo demen sama tangannya wufan. Gila, otak gue langsung mikir ' hands'
redjewel #6
Chapter 5: Si abang kris bisa aja dahhh. Tembak langsunggg banggg, jangan ditunda"! Ntar diambil jonginnn!
redjewel #7
Chapter 4: Sorry ya thor klo gue komen disetiap chapterr, abis ini seru bgt sih. Lagian pake ada fotonya segala. Gue masi rada bingung sih thor cara nulisnya author soalnya ini beda dr biasanyaa. Tp yaudalayaa, author kan antimainstream yaa?
redjewel #8
Chapter 3: Thorrrrrr, potonya dapet dr manaaaa??? Gilaaa gue treak" liat itu thorrr. Gue sih kaisoo tp klo udh liat krisoo iman gue goyahh thorrrr!
kudoedogawa #9
pertama kali baca ff ini di AO3 dan langsung suka, pas search di aff eh ternyata ada dan nambah satu chapter (moment). suka banget lah. suka semua cerita yang kamu tulis. keren semuanya!!!!
*ini silent reader yg dapet ilham (bukan anggota boyband) untuk bikin akun di aff hehehe
ditunggu lanjutan ceritanya. tetap semangat ya kakak^^
erikagalaxy #10
plisssssss dilanjuuuut donk.
aku suka ff krisoo ini sweeet bgt >.<