Epilogue - Let's End it With a Smile

Till We Meet Again
Please Subscribe to read the full chapter

Dengan tewasnya Griever, terjadi gelombang kejut di sepanjang Ruang dan Waktu dan menyebabkan goncangan yang hebat. Gelombang itu merusak hampir enam puluh persen peralatan yang ada di markas para Penjaga karena di markas itu terdapat Pintu Ruang dan Waktu. Untungnya, tidak ada jatuh korban jiwa.

Profesor Ico seperti telah kehilangan semua semangatnya. Semenjak kejadian itu dia terus mengurung diri di kamar. Dia tampak tidak peduli dengan apa yang terjadi. Alhasil, Adam yang harus mengambil alih kepemimpinan dan mengatur restorasi markas. Menurut Samuel, the guardian of Dimension, gelombang seperti itu bisa menimbulkan ketidakstabilan di dalam ruang dan waktu. “Anything can happen.” katanya.

Karena sibuk mengatur restorasi markas yang berantakan, semua pengungsi jadi agak terlupakan. Namun mereka tampaknya tidak keberatan dan lebih memilih tinggal di tempat itu lebih lama dan menunggu semuanya pulih kembali.

Jaejung melewati lorong panjang menuju sebuah pintu kamar bersama laki-laki tinggi besar dengan mata seperti mata elang. Pintu kamar itu langsung bergeser membuka ketika dia dekati. Di depan pintu itu tertulis sebuah nama. Joshua Waterby.

Keduanya sudah mencari Daniel ke mana-mana namun tidak menemukannya. Pilihan terakhir adalah mencarinya di kamar Josh. Dugaan mereka tepat. Dia menemukan Daniel sedang duduk di tepi tempat tidur berukuran king size dalam diam. Bahkan ketika Jaejung masuk dia tetap bergeming, tidak peduli siapa yang menghampirinya.

Perlahan, Jaejung duduk di sampingnya. Sementara temannya bergerak menuju meja yang ada di sana. Ada sesuatu di meja itu yang menarik perhatiannya. Dia membuka sebuah buku di sana. Setiap lembaran di buku itu disusun dalam dua kolom. Di dalamnya banyak sekali terdapat tanda-tanda dari stabilo. Meski dia tidak paham kata-kata yang ada di dalam buku itu, tapi entah kenapa itu membuatnya tersenyum. “Kita akan berjumpa lagi, Hyung.” gumamnya.

“Dia tidak punya banyak foto, ya.” kata Jaejung kepada Daniel.

“Dia kurang suka difoto.” jawab Daniel singkat. Dia menghela napas. “Tapi kurasa setelah bertemu dengan kalian dia jadi suka difoto.”

“Bagaimana kalau foto-fotonya kita pasang di sini?” kata Jaejung. “Aku bisa memilih fotonya yang paling bagus. Aku suka melihat dirinya yang ceria.”

“Jangan terlalu banyak, nanti dia marah-marah kalau dia kembali.” kata Daniel sambil menunduk.

Jaejung melempar pandang kepada si mata elang yang menanggapinya dengan senyuman. Dia paham rasa sakit yang dialaminya sekarang. Tidak mudah kehilangan seseorang yang dekat dengannya. Sesaat kemudian dia berbalik kepada Daniel. “Kalau kau merasa sudah siap, berikan semua foto yang dia berikan padamu, oke? Foto-foto kita cukup banyak di sana.”

Daniel mengangguk pelan. Jaejung dan si mata elang kemudian meninggalkannya sendirian di sana.

* * *

Angin sepoi-sepoi meniup pelan rambutnya yang panjangnya sebahu. Dia berdiri di tengah, antara rumah-rumah berukuran kecil yang saling rapat satu dengan yang lain. Semuanya sepi, seakan tidak ada aktifitas apapun. Matahari pagi menyinari tempat itu dengan lembut. Agak silau, dia berusaha menutup wajahnya dengan tangannya.

Liz tidak tahu kapan dan bagaimana dia bisa berada di sana. Dia ingat tempat itu, tempat kenangannya dengan Josh ketika mereka masih kecil. Dia ingat, rumah yang ada di sampingnya sekarang adalah rumah yang dulu miliknya, dan kini telah menjadi hak milik orang lain. Di rumah itulah pertama kali dia bertemu dengan Josh. Dan pertama kali juga Josh menggodanya hingga menangis.

Semua kenangan itu membuatnya kembali menangis. Dia merasakan perih yang tidak tertahankan. Seandainya saja kejadian waktu itu tidak pernah terjadi, mungkin saat itu Josh masih ada. Dan mungkin saat itu dia masih berada bersamanya. Semuanya kini telah hancur berantakan.

Meski begitu, dia memutuskan untuk terus melanjutkan hidupnya. Saat ini dia telah memiliki seorang anak yang manis dan lucu. Dan dia juga memiliki seorang suami yang sangat mencintainya. Walau demikian, dia tetap tidak bisa melupakan Josh, yang telah menjadi tambatan hatinya selama hampir dua puluh tahun. Dia akan terus melanjutkan hidupnya demi orang yang sangat dia kasihi itu.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
only-yuri
#1
i wish i knew indonesian ><
this looks like a good story ;)
ningekaputri #2
Chapter 15: huwaaaa sweeettt,,,ending yg sweet. Jujur jln cerita na menarik. Serasa baca novel petualangan. Krn mmg udh smpe ending hehe. Menarik, gaya tulisn na menarik. Smua fantasi yg d bwt bisa bwt aq msh k dunia khayal. Keren. Thx for sharing your story^^
ningekaputri #3
Chapter 1: hai,,,new reader here^^ numpang baca ya,,langsung tertarik pas baca ch 1 :)
lyelf15 #4
Chapter 15: Daebak!!!
mianhae, komennya langsung chap akhir... keren banget fantasy nya..
semuanya keliatan nyata walau ada beberapa kalimat yg rada berat buatku /slap/
seneng banget genre ini...
izin baca ff mu yg lainnya ya..
gomawo udah buat story ini^^