Blinded by Light

Till We Meet Again
Please Subscribe to read the full chapter

Bokong Daniel menghantam lantai dengan keras. Dia jatuh tepat di depan sebuah gerbang besar dengan ukiran yang tidak biasa. Para Penjaga mengenalinya dengan sebutan Pintu Gerbang Waktu dan Dimensi.

Yunho membantu Daniel berdiri. “Kau tidak apa-apa?” katanya.

Mereka, termasuk juga semua orang yang dia temui ada di dunia cermin itu ada di sana termasuk Gilland sedangkan Justin—yang masih pingsan, ditidurkan di sofa putih yang tidak jauh dari situ.  Mereka berada di dalam sebuah ruangan putih berukuran raksasa yang penuh dengan peralatan canggih yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Di sekeliling mereka banyak sekali komputer super canggih dengan banyak Penjaga di belakang meja. Mereka sedang bekerja keras, berusaha mengupayakan sesuatu.

“Di mana ini?” tanya Yuchun.

“Markas besar kami.” jawab Daniel. Dia memandang sekeliling. Dia mengusap bokongnya yang masih sakit.

Selain semua orang itu, para Penjaga yang mereka temui di dunia cermin hadir disitu. Setidaknya dia berpikir demikian, sebelum dia menyadari sesuatu.

“Di mana Josh?” tanyanya pelan.

Kata-katanya membuat semua pasang mata yang ada di ruangan itu mengarah kepadanya.

“Maksudmu…” 

Daniel merasakan kengerian menyelimuti dirinya. “Dia masih ada di dalam dunia itu!” pekiknya.

“APA?” pekik seorang wanita berambut pirang dari jauh. Dia mengenakan pakaian laboratorium. Dari parasnya, semua yang pernah melihat Analyzer Josh langsung tahu. Dialah orang yang disebut Josh sebagai profesor Ico. Dia tampak jauh lebih cantik dari yang ada di foto.

Sarah yang kini sudah panik, berdiri di depan Pintu Gerbang Waktu dan Dimensi bersama Rebecca dan seorang Penjaga lain dengan pakaian tempur perak-hijau. Mereka berupaya membuka pintu itu selama beberapa saat namun akhirnya menyerah.

“Kami sudah tidak bisa membukanya lagi.” kata mereka putus asa. “Dimensi itu sudah menguncinya rapat-rapat.”

Di sisi lain, profesor Ico menyuruh semua penjaga lain yang berada di belakang meja untuk mengaktifkan kamera atau apapun yang bisa menjangkau dimensi yang sedang dalam proses keruntuhannya.

Beberapa kamera yang masih bisa aktif, memperlihatkan pemandangan di permukaan. Bangunan-bangunan mulai runtuh, dan langit mulai retak-retak seperti cermin. Retakan-retakan itu mulai berguguran. Tanah terbelah dengan patahan yang cukup besar mulai menelan bangunan-bangunan bertingkat. Permukaan air naik seperti tembok raksasa dan menerjang bangunan yang tersisa. Bola-bola api, yang entah berasal dari mana, menghantam permukaan tanah dengan dahsyat, menyebabkan kebakaran hebat dan meninggalkan lubang besar dan bekas gosong di atas permukaan tanah.

Tapi perhatian mereka tidak terfokus ke sana, melainkan berusaha mencari-cari monitor lain yang mungkin bisa memperlihatkan di mana Josh berada. Mereka semua panik mencarinya karena mungkin ada seratus monitor hologram yang melekat di dinding ruangan itu, hampir semuanya menampilkan gambar yang berbeda.

“Profesor, ada beberapa kamera yang berhasil masuk ke dalam dunia bawah.” sahut salah satu Penjaga di dekat mereka.

“Tampilkan di layar utama.” perintahnya.

Detik berikutnya, di layar terbesar di sana, sekitar tiga ratus inci, jika diukur panjang diagonalnya, muncul gambar yang gelap. Baik Daniel, Yunho, Jaejung, Junsu, Yuchun, maupun Changmin mengenali bentuk bangunan yang ada di situ. Di tengahnya ada seseorang yang berdiri. Bagian bawah pakaiannya melambai terkena angin. Di tangannya terdapat sebilah pedang yang mereka kenal dengan nama Seven Spirits.

Ketika kamera melakukan zoom-in, mereka bisa melihat mulutnya bergerak namun tidak ada suara yang terdengar.

“Bagaimana dengan mikrofon-nya?” sahut profesor Ico.

Setelah terdengar bunyi seperti seseorang sedang mencari sinyal radio, mereka akhirnya bisa mendengar suara Josh.

Mereka mendengarnya tertawa lepas. Tatapan matanya kali itu benar-benar berbeda dari biasanya. “I think your creator wasn’t quite creative.” katanya. “Build a world to seal me? Build a seal to seal the sealer? A nice thought but don’t you think it’s a bit cliché?” Dia berhenti sejenak. “Yes, I know about it quite well. She tried to drain my power for her personal use. For a desperate person like her, I think she should build another world for herself instead building a world like this for me.”

“She?” seru profesor Ico. “Dia sudah tahu siapa yang menciptakan dunia itu?”

“Dia sedang bicara dengan siapa?” kata Rachel.

Profesor memerintah yang lain agar kamera melihat dari sisi lain. Kengerian meliputi mereka. Yang mereka lihat saat itu bentuknya benar-benar mengerikan. Makhluk dengan kepala kambing dengan lima tanduk dan semua giginya tajam seperti pisau. Badannya penuh otot, namun hanya separuhnya. Separuh lagi tertancap di tanah, bekas gargoyle sebelumnya berada. Ukurannya sangat besar dan tampak mengerikan.

Josh melompat ke belakang ketika sejumlah pancang yang sangat tajam menghujam ke tempatnya berdiri.

“Shall I tell you about my findings, then?” kata Josh. Dia melompat menghindar, berlari, dan menapakkan kakinya di atap salah satu gedung tertinggi di situ.

“You gave me despair at first.” kata Josh, lagi-lagi menghindari serangan pancang dari monster itu. “Then you started to drain my energy to build this place. You took a place from my memory to build it. But since you didn’t have enough strength to do it, you start making it by creating a small place. After several days, the small world is completed. And then you throw me inside.” Josh tampaknya tidak ada niat untuk membalas serangan makhluk itu sama sekali karena dia terus saja menghindar.

“Nonsense.”

Suara itu membuat mereka semua yang mendengarnya langsung bergidik ngeri. Suara paling menyeramkan yang pernah mereka dengar, ditambah dengan gema yang membuatnya semakin menyeramkan. Beberapa di antara mereka bahkan sudah saling berpelukan karenanya, ada yang sudah mulai gemetaran dan lemas.

Josh tampaknya tidak peduli dengan kata-kata makhluk itu. Dia mengayunkan pedangnya dan menangkis paku-paku tajam yang menyerbunya.

“After all the findings, I still wasn’t really sure about whether it was true or not. And in order to do find the final truth, I need a final proof. But I didn’t need to look for it as hard as before. You just did it as I expected it by locking the exit just before I manage to get out of this place. Luckily, I was able to throw my dear brother out.”

“Apa?” kata Daniel, membuyarkan konsentrasi mereka semua.

“Ya, Daniel. Dia tahu.” Justin yang sudah sadar sekarang duduk di sofa. Semua mata memandangnya. “Aku juga sudah tahu itu semenjak awal, jadi aku berniat untuk menggantinya tinggal di sana, tapi—“

“Kau lupa kalau Holy bisa merusak pertahananmu.” kata Sarah.

“Bukan hanya itu.” kata Justin. “Aku lupa kalau Josh yang sekarang kemampuan Holy-nya jauh lebih dari seorang Penjaga yang memiliki Holy paling kuat.” Matanya memandang ke salah satu Penjaga yang ada di sana. Seorang penjaga dengan kulit yang agak hitam, dengan warna seragam yang seluruhnya keperakan.

“Even though you have different purpose by pulling others into this wretched world, in the end they gave me strength to move on.” kata Josh tenang, seakan sedang bercakap-cakap santai dengan seorang teman sambil menikmati teh sore. “I almost given up, you know.”

“You know what?” katanya lagi. Nada suaranya tiba-tiba berubah. “I don’t care what you do to me. But when I realize that you’re losing your grip over me and starting pulling other peoples in order to drain their strength, I was so mad. As much as I am now.”

“You are alone now like before. What can you do then?”

Josh tertawa sinis. “You think that I was able to endure the first three years here alone because I was alone? Your premature birth makes your lacking. You are lacking in almost about everything.” katanya. “I was never alone. And I will not be alone.”

Josh mengayunkan pedangnya beberapa detik sebelum serangan jarum berukuran besar mengenainya. Semua serangan itu terlontar dan jatuh ke tanah.

“Then I shall I give you more despair.”

Josh melompat lagi. “Thanks, but no thanks. It’s useless anyway. Because I’ve found hope in the midst of despair.”

Kata-katanya membuat semua yang mendengarnya tertegun.

“I have said enough.” seru Josh. “Now give me everything you’ve got.”

Dengan raungan yang memekakkan telinga, makhluk berbentuk kambing itu lalu mulai menyerang Josh dengan membabi-buta. Semua yang menyaksikan itu berubah tegang. Pertarungan yang sesungguhnya baru saja dimulai.

* * *

Jutaan jarum berukuran tiga puluh senti beterbangan ke arah Josh. Dengan kecepatan luar biasa, dia menepis semua jarum itu tanpa dengan menggunakan perisai pelindungnya.

Adam yang memantau pertarungan itu terbelalak kaget melihat caranya menghindar dan menangkis “Dari mana dia belajar bertarung seperti itu?” katanya heran.

“Kemampuannya naik berlipat kali ganda semenjak dia terbangun dari hibernasi.” kata Justin, mendekati mereka. Dia dibantu oleh Jaejung karena kakinya masih lemas. “Jangan tersinggung, tapi aku rasa kemampuannya saat ini sudah jauh di atasmu, Adam.”

Mereka semua tampak memendam rasa penasaran, dan beralih ke layar monitor.

“Apa-apaan…?”

Sekarang Josh dikepung oleh banyak sekali monster yang entah dari mana datangnya.

Josh mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dan sebuah gelombang cahaya keluar. Josh melompat tinggi, jauh di atas semua monster yang kini membe

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
only-yuri
#1
i wish i knew indonesian ><
this looks like a good story ;)
ningekaputri #2
Chapter 15: huwaaaa sweeettt,,,ending yg sweet. Jujur jln cerita na menarik. Serasa baca novel petualangan. Krn mmg udh smpe ending hehe. Menarik, gaya tulisn na menarik. Smua fantasi yg d bwt bisa bwt aq msh k dunia khayal. Keren. Thx for sharing your story^^
ningekaputri #3
Chapter 1: hai,,,new reader here^^ numpang baca ya,,langsung tertarik pas baca ch 1 :)
lyelf15 #4
Chapter 15: Daebak!!!
mianhae, komennya langsung chap akhir... keren banget fantasy nya..
semuanya keliatan nyata walau ada beberapa kalimat yg rada berat buatku /slap/
seneng banget genre ini...
izin baca ff mu yg lainnya ya..
gomawo udah buat story ini^^