Chapter 6

What is Love

“Hahahhahaha.... malangnya nasib menantuku ini” Ayah Luhan menepuk pundak Yuja yang hanya menunduk karena malu. Resepsionis tadi sengaja berbicara kasar seperti itu karena sudah banyak terjadi kejadian wanita cantik datang ke kantor mereka dan mencari Luhan. Bukan, tentu saja mereka bukan mantan-mantan Luhan. Tetapi mereka adalah wanita-wanita yang memanfaatkan kebaikan Luhan.

“Apa sebegitu menariknya kah Luhan itu?”

“Kau perlu melihat wajah serius Luhan ketika dia tengah bekerja”

“uh?”

“Aku dengar dari para karyawan perempuan disini bahwa Luhan terlihat y ketika bekerja”

Aku diam dan membayangkan Luhan sedang serius menatap berkas-berkas laporan yang menumpuk di mejanya.

“Hei, berhenti berkhayal, kalau kau mau aku akan mengantarkanmu ke ruangannya sekarang”

Ayah Luhan adalah orang yang baik. Dia selalu ramah kepada Yuja. Bahkan ketika Yuja melewati masa-masa sulitnya, Ayah Luhan sering mengirimkannya coklat-coklat mahal untuk membangkitkan kembali keceriaannya.

“apa aku tidak akan mengganggunya, baba?” tanya Yuja.

“apa maksudmu dengan mengganggunya? Dia tentunya akan senang dan terkejut menemukanmu disini“ kata Ayah Luhan. “lagi pula ini sudah hampir jam makan siang. Pergilah makan berdua bersamanya” tambah ayah Luhan lagi.

Yuja mengangguk dan berjalan keluar kantor Ayah Luhan ke ruangan Luhan yang berbeda 2 lantai.

Entah mengapa Yuja merasa deg-degan. Suatu perasaan yang aneh. Begitu sampai didepan pintu ruangan Luhan, Ayah Luhan meninggalkan Yuja sendirian. Baru saja Yuja mau membuka pintu dari dalam tiba-tiba seseorang keluar. MinYu!

Dia membungkuk dan tersenyum tanpa menyapa Yuja. “uh...entah mengapa aku tidak suka wanita itu berada didekat Luhan” batin Yuja. Dia laluberpikir untuk mengetuk pintu ruangan Luhan. Dari dalam Yuja dapat mendengar luhan mengatakan sesuatu, lalu Yuja memutuskan untuk masuk. Luhan tidak menatapnya ketika ia memasuki ruang kerja Luhan yang tertata rapi, dan itu membuat Yuja  gusar. Dia mempercepat langkahnya dan berhenti tepat didepan meja kerja Luhan yang penuh dengan tumpukan berkas-berkas penting. Yuja lalu mengerti dan paham kondisi Luhan jadi dia mencoba untuk tidak mengganggunya untuk beberapa saat. Yuja lalu mengamati meja Luhan sekali lagi dan tersenyum. Melihat foto pernikahan mereka terpasang disana. “apa resepsionis tadi tidak pernah melihat foto ini?” batinnya. Lalu dia mencoba berkeliling dan melihat-lihat kumpulan buku-buku yang berada tepat dibelakang kursi Luhan. Yuja menggumamkan judul-judul buku yang ada disana.

“Diary!” Yuja berhenti dan mencoba mengambil buku diary yang dia asumsikan sebagai milik Luhan. Tapi sial. Luhan meletakkannya jauh dari jangkauan Yuja.

“urgh.....urgh...ahh....” Yuja berusaha keras untuk meraihnya namun ketika itu juga tiba-tiba Yuja merasakan tangan seseorang melingkar dipinggangnya. “Oh!” Yuja menatap Luhan yang sedang menutup matanya dan memeluk Yuja dari belakang.

“kau sudah selesai bekerja?” tanya Yuja polos.

“bagaimana aku bisa berkonsentrasi bekerja ketika dibelakangku ada orang yang sedang mendesah?”bisik luhan.

“oh...maaf...” Yuja malu dan mengakui kesalahannya dia berhenti berjinjit dan membalikan badannya sehingga kini dia berhadapan dengan Luhan.

“Kau tahu? Suara desahanmu sudah membangunkan sesuatu dalam diriku” kata-kata yang keluar dari mulut Luhan terdengar asing.

“m-membangunkan s-sesuatu?” Yuja bingung. Luhan mengangguk kecil dan memasang wajah polosnya.

“Ah! Perutmu pasti berbunyi ya? Kau kelaparan ya?” Yuja yang masih dalam keadaan malu langsung bingung harus bereaksi bagaimana, refleks dia mengelus perut Luhan yang rata dan menyadari kebodohannya. Yuja merasakan Abs sempurna yang dimiliki Luhan, “urgh...” Luhan mendesah Kecil membuat Yuja kaget dan menutup mulutnya sendiri. “L-Luhan kau baik-baik saja?” tanya Yuja. Luhan tidak menjawab dia melempar pelan Yuja ke kursi empuknya dan dia berlutut didepan Yuja. “ku peringatkan jangan pernah menggodaku ketika aku sedang berada dikantor Yuja” kata Luhan, matanya masih tersiratkan sesuatu yang berbeda dan...er...liar.

“a-aku? Menggodamu? Aku bahkan tidak berpakaian y ketika berada disini? Aku hanya mengunjungimu”

Yuja terlihat begitu polos dimata Luhan, sebegitu polosnya hingga dimata Luhan kini Yuja bahkan tidak mengenakan pakaian sehelaipun. “Yuja, kau tahukan betapa aku tergila-gila padamu?”

“sebegitu tergila-gilanya bahkan ketika kau hadir di kantorku membuatku lepas kontrol”

“er...Luhan...aku benar-benar tidak mengerti arah pembicaraanmu. Kalau yang kau maksud adalah si kecil Luhan membutuhkan perawatan sekarang. Maaf aku tidak bisa melakukan apa-apa kepadanya...”

Yuja benar-benar tak habis pikir! Dia mengucapkan kalimat yang bahkan dia sendiri tidak mengerti artinya. “Kenapa? Bagaimana kalau si kecil luhan ini memaksa?” Luhan meladeni arah pembicaraan Yuja. Dia merasa ini pembicaraan ini terdengar menarik.

“Kalau si kecil Luhan memaksa aku akan memukulnya dengan tanganku sendiri” Yuja mengepalkan tangannya dan menaikannya tinggi-tinggi.

“urghh....itu akan melukai si kecil Luhan”

“ya...ya... sangat melukai.”

“kau begitu kejam”

“bagaimana kalau kita lakukan di dalam rumah saja?” Yuja langsung berdiri dari tempat duduknya membuat Luhan terdorong ke belakang hingga terduduk di karpet kantornya. Ya! Yuja melihatnya. MELIHATNYA denga JELAS! Sesuatu yang dibicarakan mereka saat ini. Berdiri tegak diantara kaki Luhan. Wajah Yuja langsung memerah dan dia segera berjalan keluar ruangan.

“kau mau kemana?”

“apa kau tidak lapar? Ayo kita keluar mencari makanan”

“aish...wanita ini benar-benar menyiksaku lahir batin”Gumam luhan sambil berdiri,dan membersihkan debu-debu dicelananya. “sabar ya, luhan kecil. Kau akan mendapatkan hakmu malam ini” Luhan berbicara sendiri.

--

Ketika mereka berada dalam mobil menuju rumah mereka, diam-diam Yuja melirik kearah celana Luhan yang masih terlihat aneh itu. “errr...” Yuja menggumam. Tidak yakin haruskan dia menanyakan hal ini kepada Luhan.

“tanya langsung saja. Aku tahu kau dari tadi melirik kearahku” kata Luhan.

“Itu...terlihat sakit? Terasa menyiksa?” tanya Yuja sambil menunjuk kearah celana Luhan. Luhan menatap kearah celananya. Dan lalu secara bergantian menatap kearah Yuja, wajahnya dipasang semalang mungkin, membuat Yuja tak enak hati. “terasa begituuuuu menyiksa” kata Luhan.

“ah? Ottokae?” Yuja kali ini benar-benar cemas. Bagaimana kalau si kecil Luhan ini tidak mau tenang? Apakah dia akan seperti itu selamanya?

“kau mau membuatnya tenang?” tanya Luhan. “k-kalau itu membuatmu merasa lebih baik” kata Yuja. Luhan lalu meraih tangan kiri Yuja dan membawanya ke celana Luhan. “do it” katanya.

“melakukan apa?” Yuja panik. Perlahan Luhan membuat Yuja membelai si kecil Luhan sampai mebuat Luhan sendiri mengerang keenakan. “ya...lakukan seperti itu...benar...”

“Apa ini tidak berbahaya? Kau sedang menyetir”

“aku profesional” kata Luhan sambil menatap Yuja penuh nafsu.”aku sarankan kau bersiaplah mendapat hadiah dariku” kata Luhan.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
f3smile #1
Chapter 11: suka sama cerita ini, seperti suka dengan cerita "reality",
yujaeuoma #2
Chapter 9: biarin :p tao is mine to night kkkk 유자의 팬픾을 기다릴 게
yujaeuoma #3
Chapter 7: 언제 다음 이야기를 업로들까? 난 기다리고 있어 ㅠ.ㅠ
Yujaaa
#4
Chapter 7: 오!다 했어? 아저씨? 뉴규?????
yujaeuoma #5
Chapter 7: kayaknya kita bikin ftv aja ini...pemerannya ada sama ajossi kkkk
Yujaaa
#6
Chapter 7: yujaeuoma : 엄마!!!!!이거도했어~~~굿나잇^^쭉
yujaeuoma #7
언제 다음 이야기를 업로드됩니까???
yujaeuoma #8
yujaaa dapet salam dari luhan
yujaeuoma #9
Chapter 6: njut
yujaeuoma #10
Chapter 6: lanjut