Chapter 2

Dreaming About You

 

“Jinjja?” Minzy membuka lebar matanya saat mendengar ceritaku. “Kau bermimpi seperti itu seminggu ini? Aneh sekali.”

“Sangat aneh! Orang normal mana yang memiliki mimpi sama selama seminggu berturut-turut.” keluhku. “Dan orang ini benar-benar terasa nyata, kau tahu? Ini seperti... aku memiliki orang yang aku suka lewat mimpi.”

“Mengerikan.” komentar Minzy. “Mungkin dia hanya imajinasi yang kau ciptakan akibat patah hati, Dara-ah.”

“Mungkin saja... Tapi aku benar-benar melihatnya kemarin sepulang sekolah, Minzy. Dia benar-benar ada.”

“Kau hanya terlalu memikirkannya. Mungkin itu bukan dia. Memangnya kau benar-benar melihat jelas wajah laki-laki itu kemarin?”

“Entahlah... Hanya sekilas begitu saja.” ucapku ragu.

“Nah, kan. Tenang saja. Pasti mimpi itu akan berakhir. Itu hanya kejadian biasa.”

“Tapi kau tahu, Minzy? Mimpi ini... tidak buruk.” aku tersenyum kecil. “Perlahan aku bisa melupakan rasa sakitku saat aku bermimpi.”

 

 

Aku menaiki tangga menuju atap sekolah. Saat melihat sekeliling, aku mengira tidak ada orang selain aku. Ternyata ada laki-laki tengah membelakangiku, memainkan gitar dan menyanyi dengan suara merdu. Saat laki-laki itu sadar, ia menoleh ke belakang dan tersenyum. Ternyata Jiyong.

“Aku tahu kau akan datang lagi.” kata Jiyong.

“Bagaimana kau tahu?”

“Kau pasti ingin bertemu denganku, kan?”

“Dasar kepedean.” aku tertawa. “Tapi kau tahu? Entah sejak kapan, aku suka datang kesini hanya untuk menikmati udara segar. Bukan hanya saat suasana hatiku jelek.”

“Aku juga. Dan kau tahu karena apa?”

“Apa?”

“Ada perempuan yang sering datang ke atap sekolah ini. Ia pernah menangis di sini. Kemudian dia pernah makan cokelat denganku. Kami sering mengobrol banyak hal. Perempuan ini... menarik perhatianku.” Jiyong berhenti, kemudian menatapku dalam-dalam. “Dan aku belum pernah menemukan perempuan seperti dia.”

Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

“Oh, iya. Aku ingin melakukan sesuatu.” tiba-tiba Jiyong berjalan ke arah gudang penyimpanan. Ya, di atap sekolah kami terdapat gudang penyimpanan. Kemudian ia kembali dengan gitar di tangannya. “Aku akan menyanyikan lagu ciptaanku.”

Kemudian tangannya memetik senar-senar gitar dengan indah. Dari mulutnya terdengar nada-nada dan kata-kata manis yang nyaman didengar. Suaranya merdu. Sesekali ia ngerap, membuatku geli, walaupun kuakui rap-nya keren.

“Bagaimana?” tanyanya saat lagu itu berakhir. Aku bertepuk tangan.

“Keren! Lagu yang indah! Kau menciptakannya sendiri?”

“Ne. Judulnya Butterfly.” Jiyong tersenyum. “Aku rasa lagu itu cocok untukmu.”

“Ya, Jiyong.” ucapku. “Kau tahu kenapa aku juga jadi suka datang kesini setiap saat?”

“Kenapa?”

“Ada laki-laki yang menarik perhatianku disini. Awalnya aku kira laki-laki itu menyebalkan. Tapi ternyata ia orang yang menyenangkan. Ia berhasil membuatku tersenyum saat aku sedih. Ia menyanyikan lagu untukku. Aku rasa aku akan selalu datang kesini jika dia ada disini.”

 

Kepalaku terasa pusing.

Aku membuka mata dan mendapati diriku terbaring di sofa. Tadi aku tidur siang sebentar setelah membantu eomma masak untuk makan siang.

Mimpi ini... kapan akan berakhir?

 

Malamnya, eomma menyuruhku pergi untuk membeli sesuatu di minimarket. Yah, karena aku anak yang baik (?) aku menurut saja. Hari ini lumayan ramai karena malam Minggu. Banyak orang-orang yang pergi keluar. Jalanan pun lumayan macet. Bahkan tadi Minzy mengirim SMS kalau ia sudah kembali akur dengan pacarnya dan akan pergi keluar untuk makan malam bersama.

Saat aku keluar dari minimarket, mataku tertuju pada seseorang berambut bob pendek yang sepertinya kukenal. Ah, itu Minzy! Aku baru saja akan menyapanya, saat kulihat dia memasuki sebuah mobil merah.

Senyumku lenyap saat melihat siapa yang ada di kursi kemudi mobil itu. Aku mengucek-ucek mataku, dan aku yakin kali ini penglihatanku tidak salah lagi. Aku sangat yakin.

“Andwae....” tanganku gemetaran. Aku hampir saja menjatuhkan belanjaanku.

Saat mobil itu bergerak menjauh, aku masih shock atas apa yang kulihat barusan. Kali ini aku benar-benar yakin.

Aku baru ingat. Selama ini aku memang belum pernah melihat wajah pacar Minzy. Mengetahui namanya saja tidak. Kata Minzy, namjachingu barunya dari sekolah lain, jelas saja aku tidak kenal.

Tapi, yang kulihat barusan bukan mimpi.

Jadi... pacar Minzy adalah Kwon Jiyong?

 

 

“Kenapa wajahmu suram begitu?”

Jiyong menghampiriku. Aku sedang bersandar di pembatas, masih di tempat yang sama yaitu atap sekolah. Ya, memang saat ini mood-ku sedang jelek. Akuu sedang tidak ingin dekat dengan siapapun. Kali ini aku benar-benar ingin sendirian.

“Kau kira ini gara-gara siapa?”

“Kenapa ketus begitu, sih? Ada apa denganmu?” Jiyong terlihat bingung.

“Pergilah, aku ingin sendirian!”

“Ya, Sandara. Aku sedang berbicara denganmu.”

“Dan aku sedang tidak mau berbicara denganmu!”

“Tapi...”

“Apa kau punya pacar?”

“Hah?” Jiyong terlihat kaget. “Memangnya kenapa?”

“Kwon Jiyong. Aku tahu semua ini bukanlah nyata. Aku tahu sebentar lagi aku akan terbangun. Aku hanya akan mengatakan ini sekali, walaupun mungkin akan terdengar bodoh.”

“Apa maksudmu, Dara-ah.”

“Aku menyukaimu, Kwon Jiyong.”

 

Saat itulah aku terbangun tiba-tiba di tengah malam. Dadaku terasa sakit sekali. Sesak, sangat sesak.

Aku takut pada kenyataan bahwa aku menyukai laki-laki yang ada dalam imajinasiku sendiri. Aku sangat menyukainya. Bahkan bersamanya dapat membantuku melupakan sakit akibat patah hati yang kurasakan. Ini terasa nyata, namun sangat aneh. Aku tidak mengerti. Ini hanya imajinasiku, tapi kenapa hatiku terasa sangat sesak?

Tidak. Kwon Jiyong bukanlah imajinasiku. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri tadi. Ia ada. Tapi kenapa ia bersama Minzy? Dan sebelumnya Minzy bilang dia pergi dengan pacarnya.

Sudahlah. Park Sandara, kau mulai gila. Mana mungkin kau bisa mencintai laki-laki dalam mimpimu? Dan mana mungkin kau cemburu pada Minzy karena ia ‘pacar’ dari laki-laki imajinasimu itu?

Hal ini lebih rumit daripada yang kukira.

Aku mencoba mengusir sesak di dadaku, kemudian memejamkan mata lagi, mencoba melupakan semuanya. Berharap aku bisa tidur kembali, tanpa melihat mimpi itu lagi.

 

Aku masih berdiri kaku menanti kata-kata yang keluar dari mulut Jiyong. Aku merasa bodoh. Aish, seharusnya aku tidak mengatakan itu! Aku memang bodoh! Aku memilih untuk pergi meninggalkan atap sekolah, meninggalkan Jiyong disana sendirian. Tapi sebelum aku pergi melangkah jauh, tangan Jiyong menahanku.

“Sandara.” ucapnya pelan. Ia menatapku dalam-dalam, penuh arti. Ia seakan meyakinkanku untuk tinggal sesaat. Aku tidak mengerti apa yang kurasakan sekarang. Hatiku bercampur aduk. Mataku terasa panas.

“Kita akan bertemu lagi.”

Aku tahu itu bukan pertanyaan dari seorang Kwon Jiyong. Itu adalah suatu pernyataan. Perlahan-lahan, aku merasakan kakiku bergerak sendiri, menuntunku untuk meninggalkan tempat itu, juga meninggalkan Jiyong. Air mataku mengalir, tapi aku tak bisa mendengar suara apapun dari mulutku. Kulihat Jiyong hanya tersenyum hangat. Seakan-akan itu senyuman terakhirnya. Seakan-akan ia tak bisa lagi tersenyum untukku. Kemudian pintu tertutup perlahan.

Hatiku mengatakan, aku tak akan bisa menemui Jiyong lagi. Sehingga aku menangis terisak di balik pintu itu.

 

 

Sudah seminggu sejak aku terakhir kali bermimpi aneh. Sejak saat itu, aku tak pernah melihat lagi atap sekolah di dalam mimpiku. Kwon Jiyong tak pernah lagi masuk ke dalam mimpiku. Seakan-akan semuanya hanya angin lalu.

Tapi aku masih bisa mengingat jelas wajah Jiyong dalam pikiranku. Setiap detail mukanya, warna rambutnya, tangannya, bahkan suaranya. Seakan-akan baru kemarin aku berjumpa dengannya. Seolah dia nyata.

Dan dalam seminggu itu pula, aku tidak menanyakan atau membicarakan apapun ke Minzy. Bahkan tentang laki-laki yang aku lihat bersamanya di dalam mobil malam itu. Aku memutuskan untuk menyimpan kenangan dalam mimpi itu. Menyimpan kisah antara aku dan Kwon Jiyong di dalam hatiku.

 

“Kau mau kubuatkan apa? Teh atau orange juice?” tawar Minzy. Hari ini hari Sabtu, aku datang ke rumahnya untuk mengerjakan PR bersama. Seperti biasa, aku langsung merebahkan diri di atas kasur Minzy yang empuknya selangit.

“Apa saja yang enak. Hehehe.” jawabku. Kemudian Minzy berlalu. Aku memperhatikan sekeliling. Suasana kamar ini memang nyaman, aku menyukainya. Karena keasyikan, aku memejamkan mataku sejenak.

Samar-samar aku mendengar petikan senar gitar yang indah. Menenangkan. Menyenangkan. Nada ini... Lagu ini... Aku pernah mendengarnya.

Lagu Butterfly milik Kwon Jiyong.

Aku sangka semua ini hanya mimpi, namun saat aku membuka mata, aku masih berada di tempat tidur Minzy dan masih bisa mendengar suara gitar itu. Aku terlonjak kaget, kemudian berlari ke luar untuk mencari asal suara itu. Perlahan-lahan suara gitar itu semakin mendekat, dan saat aku melihat ke dalam ruang TV, aku melihat sesosok laki-laki duduk membelakangiku, tengah asyik memainkan senar-senar gitar. Laki-laki berambut cokelat kemerahan. Saat itu suaranya yang lembut mulai mengalun merdu. Lagu itu... tak salah lagi.


Every time I come close to you
Feel like I'm gonna dream every time
I get butterfly

Unintentionally, I look the sky like
It looks similar to when you smile
Specifically your dazzling smile baby
My day consists of our romantic drama
Make me cry and smile no no no

I can't sleep, I call your name
I turn my head shyly no matter what
I like it this much
I rarely stop walking

 

Unintentionally, I look at the ground like
I flutter so much at your 3 lettered name baby
I'll heal your one small wounds
My love is you

Like a butterfly
You look for a flower, flutter around like a child
Your innocent eyes have a smile
Your body moves like the sky, the sky
Your eyes glimmer, glimmer
I've become like this
You're the only one girl

(translation from Butterfly by G-Dragon)

 

Tiba-tiba ia berhenti bernyanyi. Ia menoleh ke belakang, ke arahku. Jantungku berhenti berdetak sesaat ketika aku dapat melihat wajahnya, dengan SANGAT jelas. Wajah itu. Mata itu...saat mata kami berdua bertemu. Benar-benar tak ada cela. Benar-benar sama.

“Dara-ah, aku mencarimu kemana-mana, ternyata di sini...” Minzy menghampiriku. “Ah, oppa! Sedang asyik main gitar, ya?”

Oppa?

“Ne. Kau tidak bilang kalau ada gitar di sini.” balas laki-laki itu. Oh Tuhan... bahkan suaranya sama persis. Apa sekarang aku sedang bermimpi? Apa ini lanjutan dari mimpiku seminggu yang lalu?

“Oh, iya! Dara-ah!” Minzy melangkah mendekati laki-laki itu, kemudian merangkul lengannya. Seketika dadaku seperti tertusuk. “Aku ingin mengenalkan dia padamu. Dia ini...”

Tidak, Minzy... Jangan katakan itu... Dia pacarmu, kan? Aku tahu itu. Hentikan ini semua, aku bisa merasakan hatiku semakin sesak... Aku takut untuk mendengarnya... Aku takut merasakan sakit hati yang sama. Menyukai laki-laki yang sudah punya pacar.

“...kakak sepupuku! Namanya Kwon Jiyong. Dia baru datang dari Amerika.” Minzy tersenyum polos.

“Ka...kakak sepupu?” aku tak bisa menyembunyikan rasa kagetku. Benarkah? Perlahan-lahan sesak di dadaku berganti menjadi lega.

“Ne! Waeyo? Kau kira dia pacarku? Kekeke.” Minzy seakan bisa menebak pikiranku. Aku jadi salah tingkah. Kemudian Minzy menghampiriku dan mengutak-atik ponselnya. “Aku lupa memperlihatkan Daesung padamu!”

“Daesung?”

“Namjachingu-ku! Lihat!” Minzy menunjukkan fotonya menjulurkan lidah dengan laki-laki bernama Daesung. Matanya sipit seperti Minzy. Aku tersenyum. Ternyata Kwon Jiyong bukan pacar Minzy...

“Ah, Jiyong oppa, kenalkan. Ini Park Sandara, sahabat dekatku.” jelas Minzy. Jiyong menatapku dengan seksama. Apakah ia ingat padaku?

“Park Sandara...?” Jiyong bergumam, kemudian ia tersenyum hangat. “Senang bertemu denganmu.”

Iya, tidak mungkin dia ingat aku. Semua yang aku alami kemarin memang hanya mimpi.

Tapi aku tak bisa menahan rasa meledak-ledak di dadaku. Mataku terasa panas. Aku membalas dengan suara serak, berusaha menahan air mata. “Iya... aku juga senang... Sangat senang bertemu denganmu.”

“Dan kau tahu, Dara-ah? Jiyong oppa baru saja mendaftarkan diri di sekolah kita. Senin besok dia sudah resmi menjadi siswa di sekolah kita, yang artinya dia akan menjadi kakak kelas kita! Menyenangkan, bukan?”

 

 

Hari Senin, di atap sekolah.

Seperti biasa, aku datang kesini untuk menikmati udara segar. Memandang gedung-gedung tinggi dan jalanan yang padat. Melihat tempat ini, aku jadi teringat akan mimpi-mimpi itu. Teringat akan kenangan singkat itu.

Teringat akan Kwon Jiyong dalam imajinasiku.

Aku dapat mendengar langkah kaki di belakangku. Saat aku menoleh, aku serasa mengalami deja vu. Sama persis seperti yang ada dalam mimpi pertamaku tentang laki-laki itu. Ya, saat dia datang ke atap sekolah. Mengenakan seragam, name tag bertuliskan namanya, dan rambut cokelat kemerahan yang tertiup angin.

“Kau sedang apa?” tanyanya.

Air mataku jatuh, tak tertahankan.

Kwon Jiyong... jadi kata-kata terakhir yang kau ucapkan itu benar. Saat kau bilang kalau kita akan bertemu lagi.

Kita diberi kesempatan untuk bertemu lagi di dunia nyata untuk melanjutkan kenangan singkat kita, kan?

“Apa kau menangis?”

“Iya. Karena aku sangat bahagia.”



 

 

 

Nah. Udah ending deh. Kekekeke~ xD

Chap 2 emang panjang bgt soalnya buat ngejelasin hal2 yang belum dijelasin ._. Trus tentang kelanjutan GD sama Dara? Yaa reader sendiri yg lanjutin ya hehe :D

Maaf kalo FF ini super duper random, gaje, ato apalah. Dimaklumi ya karena authornya sendiri juga orang random gaje xD

Jangan lupa baca fanfic saya yg judulnya "Can You Love Me?" ya. Dan sekali lagi, komentar, saran & kritik diterima dengan senang hati ^^

Kamsahamnida for reading :3

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Scentedharmony
#1
me? uung.. tell ur age first! hehe.
BabyAppler
#2
Aaa so sweet :D
Makasih author!
Tapi ini berasa nge gantung , endingnya ga kerasa T_T
Sequel dong? XD
tabichuu
#3
@Applers498: thankyou ^-^ are you sure? how old are you? ;)
@sanji30: i'll try to do it :))
@may_cassie: hehe dipikirkan dulu ya :D
@Rizuki_15: terimakasiiih xD
Rizuki_15 #4
Waii, like this! *thumbs up* kekeke... :D
Ceritanya simple tapi menarik... Nice work, author-nim! ^^
mayonizee #5
authornim.. lanjut donk~ seruu inih.. puhliisss..
how can you leave me hanging..? aigoo.. OTL
sanji30 #6
i don't understand it.... can you translate it please. thanks
Scentedharmony
#7
*thumbs up* good job unnie! (i bet you're older than me:) )
tabichuu
#8
@gadisayu thanks ^^
gadisayu #9
nice fanfics..... thank you for share ;)