Sampai Mata Terbuka

Sampai Mata Terbuka

Lee Chaerin and Kwon Jiyong belong to themselves. This work is only a fiction and pure mine, except the picture. I don't earn any material profit from it.


Sampai Mata Terbuka

T

 

Romance

 

Alternate Universe, Out of Character (probably), POV 2, typo(s), fanfic dengan rima.

 

Lee Chaerin & Kwon Jiyong


 

Hal ini berawal dari musim gugur dua tahun yang lalu. Kesibukkan membuat keduanya tak dapat terlalu sering bertemu. Karena itu, hari libur nasional menjadi janji berkencan yang beberapan bulan belakang amat ditunggu.

 

Kau datang lebih dulu dan menunggu di bawah pohon mapple tua. Ia mengenakkan setelan biasa hingga tak terlihat seperti redaktur majalah fashion terkemuka. Sederhana, namun enak dipandang mata.

 

Tak lama kemudian Jiyong datang dari sisi berlawanan dengan arah pandangmu. Pelukkan hangat pada pinggangmu membuat kau sadar bahwa sang kekasih tepat berada di belakangmu. Belum sempat kau membalikkan badan, bibirnya sudah terlebih dulu mendarat di pipi tirusmu. Tindakkan yang membuatmu memerah karena sudah lama tak merasakkan sentuhan memabukkan itu.

 

“Ji-jingyo Oppa?”

 

“Apa aku terlambat?”

 

Kau hanya menjawab dengan sebuah gelengan. Setelahnya ia melepaskan pelukannya pada pinggangmu dan beralih menarik pergelangan tanganmu menuju pintu masuk arena permainan.

 

Kalian mencoba satu persatu wahana yang ada. Menikmati detik demi detik kebersamaan sampai tak terasa matahari hampir menghilang di balik garis cakrawala. Bukan merupakan akhir, namun permulaan dari sebuah enigma.

 

Senja itu kalian hendak kembali ke apartemen. Dalam perjalanan kalian dikejutkan oleh suara teriakan parau yang memeka pendengaran. Benar saja, kumpulan pengunjung Lotte Mart tengah mengejar dua orang pencopet dengan sebuah tas dalam genggaman. Jiyong berhasil menangkap salah satunya yang kebetulan melintas di hadapan kalian. Naasnya, rekan si pencopet menghantam bagian belakang Jiyong dengan kursi yang di dapat dari sebuah kedai makanan.

 

Kau menangkap tubuhnya sebelum terjatuh ke atas tanah. Mimik kesakitan yang terpatri di paras tampannya membuatmu tak kuasa menahan amarah hingga tak terasa air mata jatuh membasahi wajah.

 

Satu yang masih terkenang di memori. Hari itu Kwon Jiyong mengucapkan kata cinta yang terakhir, kemudian memejamkan matanya—

 

 

 

—hingga saat ini.

 


 

Mengingat kejadian masa lalu membuat hatimu makin terasa teriris. Acapkali kau berharap bahwa semua ini hanyalah sebuah mimpi buruk di siang hari yang membuat wajah meringis . Namun kau harus tetap berpikir realistis. Pengandaian hanya akan membuat hidupmu semakin miris.

 

Tak terasa satu jam sudah kau berada di ruang berbau obat ini. Waktu makan siang yang hampir berakhir membuatmu terpaksa undur diri. Meninggalkan Jiyong sendiri tanpa seorang pun menemani. Sesekali sanak keluarganya akan datang kemari, namun tak sesering yang dilakukan oleh dirimu sendiri.

 

Sebelum beranjak kau menyempatkan mengelus bagian wajahnya. Pun genggaman pada telapak tangan tak boleh dilupa. Seolah memberi energi positif agar yang terkasih cepat membuka mata.

 

Jemarimu masih menggenggam tangan pucat yang tak bisa dibilang hangat. Seketika matamu membulat dan napasmu tercekat. Jika tidak salah, kau tadi merasakan sebuah pergerakan singkat?

 

Kau menatap jemari di atas telapak tangan. Dan jari-jari itu memang bergerak, pelan namun memberi sebuah harapan. Iris coklatmu beralih pada kelopak mata yang mengerjap perlahan—seakan pijar lampu menganggu indra pengelihatan.

 

Perlahan kelopak itu membuka, memperlihatkan manik hazel yang sudah lama bersembunyi dari indahnya dunia. Tak dapat menahan haru yang mendera, kau menumpahkan semuanya dalam sebuah tangisan bahagia.

 

Suara sesenggukan membuat Jiyong menoleh menatap wajahmu yang dilinangi air mata. Tatapan itu tatapan yang sama ketika ia menghawatirkan orang yang ia puja.

 

Masih sama seperti dulu, walau dua tahun telah berlalu.

 

“Jingyo Oppa?” Kau mencoba memanggilnya menggunakan panggilan sayang yang kauberi. Namun ia tetap bergeming, masih tetap menatapmu dengan pandangan yang sulit diinterpretasi.

 

“Siapa?”

 

Senyum di bibirmu memudar kala mendengar kata itu. Air mata semakin deras mengalir dari pelupuk matamu. Kau memeluknya erat sembari membenamkan wajah pada dada bidang kekasihmu, tanpa peduli pakaiannya dibasahi oleh air matamu.

 

Kenyataan bahwa ia tak mengingatmu membuat dirimu sedih. Tetapi di sisi lain kau gembira bahwa prediksi dokter yang mengatakan Jiyong tak akan bangun dari koma adalah salah.

 

Akhir dari kisah sedih yang menorehkan luka—

 

 

 

“Aku istrimu, Kwon Chaerin.”

 

 

 

—dan langkah awal bagi Kwon Jiyong dan Lee Chaerin untuk membuka lembar baru di kehidupan mereka.


FIN


Fiksi kedua saya di aff \m/

Gak nyangka di fic kemaren ada yang komen. Kirain gak bakal ada soalnya mayoritas fic di sini bahasa inggris Q.Q /sobs

Saya cuma bilang terima kasih banyaaaaaaaaaaaak~ sudah sudi menyempatkan beberapa menit buat baca+komen fanfiksi saya ToT

Err, saya baru di sini. Jadi bingung balas komennya lewat komen juga atau ke profile masing-masing .///.

Terima kasih sudah membaca. :)

Concrit?

 

Sacrifar-kun

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ezraelisabet_vip
#1
Chapter 1: KEREEEEEN :)
enjoythemayo21
#2
WOOOOHHHH BARU BACA. DAEBAK! ><
Bikin sequel dong :D
ForvictoRii #3
Chapter 1: Keren >< buat yg lain~ :D
mumuww #4
berjuangggg ^^
TaNia_VampGoth #5
Aigoo~ KEREN banget!!
Enggak nyangka bakalan ada fanfic SkyDragon Indonesia~
Walaupun singkat tapi tetep nyentuh!!
COOL!! Keep writing SENPAI!! XD