Chapter 4 - All of Sudden

No Other (Indonesian Version)

Donghae's POV

 

Aku mengejapkan kedua mataku. Langit-langit kamar hal pertama yang masuk ke mataku. Sepertinya ini bukan kamarku. Di mana aku? Tanyaku dalam hati. Aku melihat sekeliling. Seluruh ruangan berwarna putih. Ah, aku baru saja ingat Siwon memaksaku ke klinik setelah terjatuh saat latihan basket! Dan sialnya aku tertidur! Pasti aku telah melewatkan seluruh kelas hari ini.

Aku merasakan sesuatu di lututku. Benar saja lututku tertutup oleh sebuah perban kecil.

Tampaknya aku sudah tidur terlalu lama. Tempat tidur ini terlalu nyaman dan hangat, seolah-olah aku tidur dalam sebuah pelukan. Aku menggerakkan tubuhku dan sedikit demi sedikit mengumpulkan kembali kesadaranku. Aku tidak bisa melakukannya dengan leluasa ketika aku merasakan ada sesuatu yang berat di atas tubuhku. Aku melihat sebuah lengan yang besar dan panjang tengah melingkar di atasku.

Ya Tuhan! Ternyata aku benar-benar tertidur dalam pelukan seseorang!

Aku membalikkan tubuhku untuk melihat siapa yang sejak tadi berada di sampingku.

Aku berteriak. Nyaris terjatuh dari tempat tidur saat aku turun dan menjauh dari sosok yang kini terbangun oleh teriakanku.

"Siwon?! Apa yang kau lakukan di sini?!" Tanyaku histeris.

"Huh...?" Tampaknya Siwon masih setengah sadar dari tidurnya. Ia bangkit dan duduk seraya menggosok kedua matanya. Ia melihatku dan tersenyum.

"Hai, kau sudah bangun rupanya. Bagaimana tidurmu, Hae-ah? Nyenyak?" Tanyanya santai.

"Bagaimana kau... Sejak kapan kau..." tanyaku terbata-bata.

"Sebenarnya tadi aku mau membangunkanmu karena kelas sudah selesai. Tapi sepertinya kau tidur nyenyak sekali, jadi aku tak tega membangunkanmu." kata Siwon seraya merapikan tatanan rambutnya. "Dan lagi aku lelah, jadi apa salahnya aku tidur juga bersamamu. Aku tidak mengganggumu, kan?" katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Aku tak bisa berkata-kata. Lagi-lagi dia berbuat aneh terhadapku. Aku sangat ingin memarahinya. Tapi senyum bandelnya itu membuat aku merasa hal ini akan sia-sia saja. Aku menghela nafas. Aku mendekat beberapa langkah.

"Siwon..." ujarku pelan. "Ada yang ingin kubicarakan."

"Oh, silahkan."

Aku menggigit bibirku dan berusaha mencari kata-kata yang tepat.

"Siwon, aku harap kau bisa menghentikan semua ini."

"Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti.

"Semua yang kau lakukan padaku belakangan ini, sangat membuatku tidak nyaman." Kataku.

Senyum di wajah Siwon mulai memudar. Aku sungguh tak enak hati. Semoga aku tidak menyinggungnya, tapi bagaimanapun aku harus mengatakannya.

"Apa aku telah melakukan sesuatu yang menyakitimu?" Tanya Siwon pelan.

"Tidak." kataku. "Justru kau sangat baik kepadaku. Hanya saja... Aku bukan... Aku bukan gay." Akhirnya aku mengatakannya. "Aku harap, kita lebih baik berteman saja."

Aku memandang wajah Siwon yang ekspresinya sama sekali tak bisa kubaca. Apa dia marah padaku? Apa aku telah membuatnya tersinggung?

Reaksi berikutnya sama sekali tak kuduga. Siwon tersenyum dan menepuk-nepuk kepalaku. Kemudian dia turun dari tempat tidur dan mengambil tasku dan tasnya yang berada di atas meja.

"Ayo, aku antar kau pulang." Katanya sambil menyodorkan tasku.

Selama perjalanan Siwon hanya diam saja. Padahal dia selalu saja ada topik yang dia bicarakan saat bersama denganku. Aku jadi semakin merasa tak enak hati. Pasti aku benar-benar telah membuatnya marah. Dia hanya tidak mau mengatakannya padaku. Ya, aku akui Siwon memang anak yang baik. Tapi bagaimanpun aku sudah mengatakan apa yang harus kukatakan. Tapi aku merasa menyesal. Jangan-jangan dia tidak akan mau bicara lagi padaku.

Entah berapa lama kami berjalan dalam kesunyian hingga aku sampai juga di rumahku.

"Kau ingin mampir sebentar?" tanyaku.

"Kapan-kapan saja. Sekarang sudah sore." Siwon membetulkan posisi tas di bahunya. "Sampai ketemu besok."

"Ah, Siwon." aku menghentikan langkahnya. Dia kembali berbalik. "Aku minta maaf."

Siwon mengerutkan alis tebalnya. "Minta maaf soal apa?"

"Aku minta maaf tentang yang aku katakan di ruang klinik tadi. Aku tidak bermaksud menyinggungmu." Aku membungkuk sebagai tanda permohonan maaf.

Aku menunggu respon dari Siwon. Tapi dia hanya diam berdiri di hadapanku. Tidak melakukan apapun sama sekali. Aku mengangkat wajahku dan melihat wajahnya. Lagi-lagi aku tidak bisa membaca ekspresinya. Dia terus memandangiku dalam waktu yang cukup lama.

Siwon kemudian tersenyum. Kedua lesung pipinya semakin terlihat. Senyumnya itu semakin membuat aku kebingungan. Siwon maju mendekatiku dan memegang kedua bahuku. Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba dia mencium keningku.

Dia melepaskan pegangannya di bahuku. "Kau tahu?" dia berkata dengan suara yang hampir berbisik, "sebenarnya aku juga bukan gay."

Kemudian dia berbalik dan berjalan pulang. Meninggalkanku di depan rumahku dengan mulut ternganga. Benar-benar tak tahu apa yang telah terjadi.

---

Keesokan harinya dugaanku terbukti. Siwon sama sekali tidak menghiraukanku. Hanya ucapan selamat pagi dan dia tak lagi berbicara denganku sepanjang hari ini. Bahkan dia tidak lagi memilih kursi untuk duduk di sampingku. Aku menghela nafas. Mungkin ini yang terbaik. Lagipula, sebelum kedatangan dia di kampus ini aku sudah terbiasa sendirian. Tapi entah kenapa, aku merasa kehilangan. Ah, mungkin ini cuma perasaan sedihku karena tiba-tiba orang yang sebelumnya akrab denganku kini tidak mengacuhkanku lagi. Tapi aku jadi merasa tidak nyaman. Aku merasa menjadi orang yang jahat sekali.

"Hei, kau tidak apa-apa?"

Aku mendongakkan kepalaku dan melihat Eunhyuk di sampingku.

Aku menggelengkan kepalaku. "Aku tidak apa-apa."

"Apa kau putus dengan Siwon?"

Aku nyaris tersedak saat mau menelan ludah. "A-Apa?!"

Eunhyuk mengangkat kedua bahunya. "Sejak pagi kalian tidak seperti biasanya. Biasanya kalian selalu berduaan. Pasti kalian habis bertengkar, ya makanya kalian putus?" Tanya Eunhyuk dengan gamblang.

"Dengar ya, Hyuk-ah. Kami tidak pernah pacaran?" Kataku singkat.

Eunhyuk mengangkat kedua alisnya. Tampak tidak percaya dengan apa yang kukatakan. "Benarkah?"

Aku hanya bisa memberinya ekspresi yang mengatakan bahwa aku berkata benar.

Eunhyuk tertawa dan menepuk bahuku cukup keras. "Hahaha... Aku tahu. Kau pasti merasa malu, ya? Makanya kau tidak menganggap hubungan kalian sebagai pacaran? TTM atau mungkin backstreet, begitu kan?"

Aku lupa Eunhyuk orang yang paling sulit untuk diyakinkan dan selalu menganggap semuanya lucu. aku hanya bisa memijat kening sebagai upaya untuk mengurangi peningku. "Maaf, aku butuh waktu sendiri."

Ketika aku mengira Eunhyuk telah pergi, tiba-tiba Eunhyuk mendekatkan dirinya dan berbisik kepadaku. "Kalau kalian sudah putus, maukah kau denganku?"

 

Bersambung...

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Iciilll #1
Update donk kakk :(
hima_kawaii #2
Chapter 4: aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa............. Eunhae vs Sihae kyaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!! ahahahahahahahahaha
wah... baru muncul nih chapter-nya :) tapi makasih udah update :)
Fighting!!!^^
hima_kawaii #3
Hmmm kapan diupdatenya nih............ :(
hima_kawaii #4
awww..... btw like the gif ^0^ cute!!
hima_kawaii #5
KYAAAAAAAAAAAAAA luuvvv it......... ditunggu lhooo update selanjutnya... hwaiting!!!!!! ^^
hima_kawaii #6
Yaaaaaaaaaa...... update dong :( wawwww... Siwon udah meng-claim donghae as his boyfriend....kekkekkee cute.... please update dong...!!!!!!!!!!!!!!!
Reeiini #7
kok gak lanjutt sihh ????????

Sihaee~~~~
nadhes
#8
hayukkkkk buruan diupdate sudah ga sabar ingin membacanya....