Chapter 3

Happy
Please log in to read the full chapter

“Kak, kangen.”

“Nih anak ya main peluk-peluk aja.”

“Kakak nggak kengen balik naik sepeda sama aku lagi.” Karina mengerucutkan bibirnya.

“Kan kamu udah balik sama Winter, Rin.”

“Kangen balik sama kakak.”

“Iya, nanti siang izin sama Winter dulu, kalau mau pulang bareng aku.”

“Yey, makasih ya kak.”

 

Karina tahu Wendy pasti merasa kesepian, karena ia banyak menghabiskan waktu bersama Winter. Karina memeluk Wendy erat, tidak dapat di bohongi ia juga merindukan Wendy.

“Kamu beneran kangen sama kakak ya Rin.” Karina hanya mengangguk.

“Kita makan ramen dulu yuk di ujung jalan, habis itu baru pulang.”

“Call.” Jawab Karina senang.

 

Wendy hidup seorang diri, pada saat usianya 15 tahun, ia ditinggal oleh ibunya, karena sang ibu menikah lagi, dan sang suami ibunya tidak ingin Wendy ikut, alhasil sang ibu hanya mengirim uang sewa untuk Wendy, hanya sebatas itu, agar anaknya itu tidak terlantar di jalan. Karena itu Wendy harus bekerja serabutan untuk menghidupi dirinya. Malam di mana Wendy menagis memohon sang ibu tetap tinggal, namun sang ibu tetap pergi, Karina ada di situ melihat kesedihan yang begitu pada Wendy. Ia memeluk Wendy, hanya itu yang biasa ia lakukan, untuk Wendy, karena sang bunda selalu melakukan hal itu saat Karina bersedih. Semenjak itu keduanya sangat dekat.

 

“Wen, makan ya sarapan buat kamu dari Irene.”

“Huh?” Wendy heran kenapa Seulgi memberikan Wendy bekal sarapan dan dari Irene?.

“ Karina bilang kamu lembur jadi kamu berangkat dari tempat  kerja, terima ya.” Wendy menerima bekal itu dengan bingung. Bagaimana Karina bisa menghubungi Irene, sejak kapan keduanya dekat.

“Irene telat, makanya dia yang minta aku bawain tadi. Udah di makan aja, kamu pasti lapar kan?” Wendy masih sedikit bingung tapi rasa laparnya mulai menyerang, ia memakan bekal itu dengan lahap.

 

“Kak balik sama Winter yuk, kakak nggak bawa payungkan, sepedanya tinggal di sekolah aja.”

“Iya kak, nanti supir aku yang antar sepedanya ke tempat kerja kakak.”

“Ngga usah Win, ngerepotin.”

“Nggak kok Wen, ayok kita balik bareng.” Wendy masih kaget mengapa Irene tiba-tiba datang.

“Ayok kak.” Ajak Karina meraih tangan Wendy yang semakin heran mengapa mereka masuk ke dalam satu mobil.

 

“Jadi, Irene itu kakaknya Winter Rin,”

“Iya kak.” Jawab Karina. Wendy menyandarkan tubuhnya yang Lelah di tembok sekolah.

“Kak, kakak

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet