chapter 2

Happy
Please log in to read the full chapter

“Gimana, seneng dong ya kemarin diantar sama Winter?” goda Wendy.

“Kamu kenapa sih bisa pingsan gitu Rin.”

“Bunda kesiangan kak, jadi nggak sempat masak.”

“Kan bisa ke rumah aku Rin, kita sarapan bareng kalau bunda kamu nggak sempat bikin sarapan.” Karina tidak mau merepotkan Wendy.

“kamu tau kan aku sarapan sendirian, kangen juga kalau sarapan sama kamu.”

“Kalau aku sarapan sama kakak, aku harus bangun lebih awal, kakak kan sarapan pagi banget, rajin amat sih kak.”

“Kamunya aja, yang malas, dasar.” Wendy mengacak rambut Karina, dan hal itu di lihat oleh Winter dan kakaknya.

“Mereka deket banget ya kak, apa aku punya kesempatan buat deketin Karina?”

“Jangan nyerah gitu dong Win.” Ujar sang kakak yang meraih pundak adiknya.

“Udah yuk, kita pulang.” Dengan wajah yang memelas Winter mengikuti sang kakak dari belakang.

 

“Win, kamu nggak apa-apa.”

“Kamu deket banget ya sama kak Wendy.”

“Dia segalanya sih buat aku Win, kak Wendy sayang banget sama aku, aku juga sayang sama dia. Kenapa Win, kok kamu tanya kayak gitu.”

“1 – 10 seberapa penting kak Wendy di dalam kehidupan kamu.”

“10 sih, kak Wendy tu penting banget dalam hidup aku. Dia yang sering hibur aku kalau sedih, selalu nyemangatin aku kalau aku lagi sedih. Aku juga banyak cerita ke dia, walaupun kami cuman tetangga, tapi kak Wendy segelanya buat aku, kalau nggak ada kak Wendy aku bakal sedih banget sih. Pernah ni Win, kak Wendy handphonenya di curi pas dia study tour, jadi aku nggak bisa hubungin dia, aku sampai nangis lho karena nggak bisa hubungin dia.”

“Sepenting itu ya dia buat kamu Rin.”

“Setelah kedua orang tua aku ya kak Wendy, Win.” Ujar Karina lagi.

“Jangan bilang kamu suka ya Win, sama kak Wendy.”

“Emang kalau aku suka sama kak Wendy, kamu marah?”

“Ya iyalah, kan aku suka sama kamu.”

“Rin…” Karina menggigit bibir bawahnya dan segera bangkit dari kursi taman menuju kelas Wendy. Winter mengejar Karina, ia tidak salah dengar kan tadi? Pikirnya. Ia terus mengejar Karina sampai ia melihat Karina memeluk Wendy.

“Kak, aku malu ini.” Wendy hanya tertawa melihat tingkah Karina.

Please log in to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet