1. "Love is in the air", they said.

To Say, "Oh, what a great day!"
Please Subscribe to read the full chapter

Keripik kentang Nayeon masih melayang di udara, dalam genggaman dua jarinya, gagal melakukan landing tepat ketika ujung keripiknya hampir memasuki mulut Nayeon yang sudah bersiap, membuka lebar. Sisi matanya berkedut kecil, otaknya koma mendadak, secara totalitas tubuhnya membeku di tempat. Jika mereka menyandingkannya dengan patung Liberty, tidak akan tampak perbedaannya, kecuali satu tangannya yang tak mengacung ke atas, membawa obor dan tubuhnya bukan berwarna hijau lumut karena karatan. 

Sementara pelaku penyebab kegagalan reaksi otak Nayeon—dua idiot itu—terkikik geli dengan pemikiran mereka setelah kalimat itu meluncur keluar.

"Dia jelas menyukaimu."

"Siapa yang tidak menyadari hal itu?"

Keduanya masih terkekeh-kekeh ketika akhirnya Nayeon mampu menguasai diri. Yang dimaksud dengan menguasai diri adalah Nayeon yang mendelik ngeri selagi mulutnya megap-megap, membuka-tutup dengan ritme cepat karena gadis itu tak mampu memikirkan sepatah katapun untuk mendebat argumen mereka.

"Dasar Jepang gila." Akhirnya hanya itu yang mampu otak dangkalnya dorong keluar kerongkongannya.

Tawa Sana makin menjadi, hampir melayangkan nyawanya sendiri akibat tersedak satu keping keripik yang salah masuk jalur dalam kerongkongannya. Ia berhutang nyawa pada Momo yang lekas melempar kepingan lain keripiknya dan sigap memeluknya dari belakang. Membawa tubuh mereka ke posisi berdiri lalu mulai menekan-nekan daerah di bawah diafragmanya dengan tangan terkepal—teknik Heimlich.

Gantian Nayeon yang terbahak menonton keripuhan mereka.

"Mampus kau!" Katanya tanpa belas kasihan.

Setelah Momo berhasil menyelamatkan nyawa Sana dan keripik terkutuk itu telah terlempar keluar kerongkongannya, mereka kembali duduk melingkar di atas karpet bulu lembut berwarna biru laut di kamar Nayeon. Sana berusaha menetralkan kembali degup jantung dan aliran napasnya yang sempat tersendat tadi, meraup sebanyak mungkin udara sekali hirup lalu melepasnya sekaligus melalui mulut. Sampai ia merasa lega. Lalu merengut pada Nayeon.

"Kau malah menyumpahiku." Katanya sok sedih. 

Hanya putaran mata Nayeon yang jadi responnya diikuti uluran tangannya yang memegang sekeping lagi keripik kentang. "Nih, makan lagi."

Dasar tak berperike-Sana-an. Pikir si Jepang satu.

Ia mengibaskan tangannya sebelum dengan manjanya—menjijikan—bergelayut pada lengan si Jepang dua.

Momo hanya membiarkannya seperti biasa. Tangannya sudah sibuk kembali memasukkan keping demi keping keripik kentang di pangkuannya.

"Tapi, kupikir itu memang benar." Komentar Momo mendadak disela kunyahannya. Nayeon melontar tatapan jijik pada remah keripik yang terlihat mengumpul diujung mulutnya saat ia bicara tadi.

"Momo sayang, biasakan untuk menelan dulu makanan dalam mulutmu sebelum berbicara." Sana mengelap sudut bibir Momo yang tertempel satu titik remah keripik dengan lembut sebelum melanjutkan, "apa yang kaupikir benar, memangnya?"

Nayeon tahu, temannya hanyalah dua idiot yang berotak dangkal, tetapi satu sudut hatinya merasa jauh lebih idiot karena mencemburui para idiot itu. Maksudnya, kenapa mereka harus berlaku manis sembari menebar kasih sayang dihadapannya saat tahu jika ia tak mampu melakukan hal yang sama. 

Aku juga mau punya pacar. Ratapnya lirih dalam hati.

Nayeon sibuk merana menatap ketidaklogis

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Alastorkrum #1
Chapter 1: Goood wah akhirnya ada juga fanfic indo punyaa❤️❤️