2. How to be Im Nayeon? Be a cat!

To Say, "Oh, what a great day!"
Please Subscribe to read the full chapter

Professornya berceloteh banyak hal di depan kelas—banyak sekali hal, namun Nayeon tak mampu menemukan dirinya berfokus dalam pelajaran yang beliau tengah terangkan. Kata-kata hanya menepi sebentar memasuki kuping kirinya lalu secepat ia datang, secepat itu pula ia keluar melewati kuping kanannya. Kemudian mulai menari-nari di udara, di tiap sela ruang kelas, di atas kepala para mahasiswa yang mengantuk, lalu perlahan menguap dan akhirnya lenyap.

Nayeon menghela napas. Entah sudah yang keseratus berapa, ia lupa hitungannya.

Otaknya masih berputar pada ucapan terakhir Sana tiga malam lalu yang terus terngiang tanpa peduli siang dan malam. Lalu merembet pada satu sosok utama yang menjadi titik masalah. 

 

Beberapa jam setelah kedua idiot itu pergi dari rumahnya, satu pesan singkat masuk dalam notifikasi ponsel Nayeon malam itu. 

Id name Balok Kayu terpampang dalam pop up bar ponselnya.

Isinya singkat. Dan seperti biasa Nayeon mampu menebak isi pesannya. Hanya sebuah foto kucing jelek berikut satu kalimat pendek di bawahnya.

 

Lihat, si cantik yang merajuk. Mirip dirimu.

 

Kening Nayeon berkedut membacanya. 

Kucing itu milik Jeongyeon. Namanya Bomb. Hobinya menekuk wajah seperti nenek sihir dan mengisolasi diri menghadap tembok terdekat. Bomb tidak cantik. Juga tidak ramah. Terlebih Bomb bukan betina. Jadi, alasan Jeongyeon gigih menyebut kucing jenis exotic shorthair jantan itu cantik masih misteri untuk Nayeon. Namun yang paling menyebalkan adalah: mengapa ia selalu menyamakan kecantikan keduanya—Nayeon dan Bomb—padahal jelas-jelas Nayeon tidak sejelek Bomb dan Bomb tidak mirip Nayeon. 

Dia kucing, demi tuhan! 

Pejantan pula!

Nayeon juga tidak merasa selalu menekuk wajahnya selama dua puluh empat jam sehari seperti kucing hitam jelek itu. Ya, kecuali saat bersama si pemilik kucing itu. Jadi wajarkan jika ia merasa marah? 

Nayeon menutup pesan Jeongyeon. Tidak berniat membalas dan beranjak mengambil secangkir air dingin. Ia butuh sesuatu untuk menurunkan suhu tubuhnya yang memanas.

Tadi Sana, dan sekarang..

Lalu saat ia kembali setelah beberapa waktu, dengan perasaan yang mulai membaik, ponselnya kembali bergetar. Satu pesan lain masuk. Dari nomor yang sama.

Oh, bukan satu.

Tapi tiga.

Isi pesan pertama;

 

Bomb say hi!

 

Lalu yang kedua;

 

Nayeon, kau sibuk?

 

Dan yang terakhir;

 

Hm, sepertinya aku tahu.

 

Wajah Nayeon merengut pada pesan terakhir.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Alastorkrum #1
Chapter 1: Goood wah akhirnya ada juga fanfic indo punyaa❤️❤️