Perubahan Takdir

Serend But Unphoria

2 minggu kemudian

 

Hari ini adalah hari libur, Lee Rinka dan Choi Hana berencana untuk bermain di salah satu mall di Seoul dan Lee Rinka sudah berada di pusat kota Seoul dengan membawa kamera barunya, Fuji XA3 berwarna coklat yang berbentuk sangat lucu dan vintage. Lee Rinka membelinya karena dia suka dengan model kamera itu, karena baginya dia adalah seorang pemula yang tidak harus membeli kamera professional yang canggih. Kamera pocket sederhana adalah kamera yang dia butuhkan untuk saat ini.

 

Rinka dan Hana berjalan santai sambil mengobrol banyak hal. Hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan karena mereka sudah berkomitment hanya akan berjalan santai tanpa memikirkan pekerjaan. Bagi mereka pekerjaan hanyalah dilakukan saat hari kerja, tidak di hari libur.

 

Tanpa disadari saat Lee Rinka dan Choi Hana berjalan di mall tersebut, ada kerumunan yang sangat padat. Beberapa gadis belia seperti anak seumuran anak SMA dan kuliah sedang berkumpul, berbaris rapi tetapi begitu ketat sehingga Rinka dan Hana tidak bisa melewati jalan yang ada dihadapannya.

 

 

“ada apa ini?” tanya Hana heran, Hana mengangkat sebelah alisnya terheran-heran, sedangkan Rinka hanya mengangkat bahunya pelan dan sembari sesekali memotres beberapa kerumunan yang ada di hadapannya. Kerumunan tersebut ada di suatu depan brand kosmetik terkemuka. Dan Lee Rinka mengambil sebuah kesimpulan.

 

“aku pikir akan ada fanmeeting idol dan hari ini adalah hari pengumumannya, mungkin.” Jawab Rinka santai, tidak ambil pusing dengan apa yang ada dihadapannya. Hana tercengang di hadapannya, Hana bukan seseorang yang akan mengantri dengan begitu panjangnya untuk melihat idol. Dia mengikuti idol yang sedang tren, tetapi hanya sekedar pengikut biasa, bukan seseorang yang akan menghabiskan waktu, pikiran dan uang hanya untuk idol.

 

“euwhh.. tidak-tidak. Tidak hari ini. Tidak boleh hari ini.” Jawab Hana kesal. Hana kesal karena salah satu kosmetik dengan merk Laneige yang disukainya akan mengadakan fanmeeting hari ini dan Hana memang sengaja datang ke konternya untuk membeli produk kosmetiknya, tetapi dia akan kesulitan jika harus ikut mengantri dengan para fans yang akan mengikuti fanmeeting. Hanapun membayangkannya saja tidak bisa, dia tidak percaya momentnya sangat tidak pas.

 

“kurasa kau harus mengantri” ejek Rinka dengan menyenggol lengan Hana sambil tertawa kecil. Hana langsung merengut, menyadari ini adalah balasan dari ejekan yang dilakukannya pada Rinka 2 minggu yang lalu seusai meeting.

 

“tidak-tidak” jawab hana kesal. Dan Hanapun melangkahkan kaki kedepan, meninggalkan Rinka yang ada disebelahnya untuk menanyakan pada salah satu penggemar yang sedang antri di hadapannya. Hana bertanya grup apakah yang membuat antrian sepanjang ini?

 

“Bangtan?” kata Hana mengulangi apa yang dikatakan, kearah Rinka yang sedang menunggu Hana di tempat sebelum Hana meninggalkannya.

 

“Siapa? Bangtan?” ulang Rinka. Hana mengayunkan kepalanya pelan, berusaha meyakinkan Rinka yang bertanya

 

“Iya, bangtan. Pantas saja antriannya sepanjang ini.” Tegas Hana. Rinka hanya terdiam, tidak tertarik untuk mengetahui lebih jauh. Kemudian Hana tersadarkan, Hana membuka tasnya dan mencari sesuatu dalam tasnya dengan tergesa-gesa.

 

“hei, hei. Kenapa tiba-tiba jadi terburu-buru?” tanya Rinka pada Hana yang tiba-tiba panic. Hanya tidak menjawab pertanyaan Rinka, dia hanya sibuk mengobrak abrik isi tasnya. Dan akhirnya dia menemukan yang dia cari, ternyata ada di dalam dompetnya. Dengan bangga Hana menatap Rinka yang terdiam menatapnya heran dengan alis terangkat sebelah. Hana menunjukkan apa yang dia cari di tasnya di wajah Rinka dengan bangga. Rinka berusaha membaca tulisan dua lembar kertas yang diperlihatkan Hana tepat di depan wajahnya.

 

“Laneige fanmeeting golden ticket?” tanya Rinka terheran-heran. Hana hanya mengangguk-anggukkan wajahnya dengan bangga.

 

“iya, akupun lupa jika memilikinya. Aku sudah memilikinya dari 2 minggu yang lalu dan tidak ingat jika hari ini adalah hari fanmeetingnya kekekeke~~” jawab Hana ceria. Rinka mengernyitkan dahinya, kebingungan.

 

“darimana kau mendapatkannya? Golden ticket?” tanya Rinka santai.

 

“yeah, tidak penting aku mendapatkannya dari mana, yang penting kita harus segera ke Lotte hotel sekarang juga agar tidak terlambat.” Kata Hana, menarik tangan Rinka dengan mantap, membalik arah menuju pintu keluar.

 

Sepanjang jalan Rinka hanya memprotes, Rinka tidak berniat untuk ikut fanmeeting Bangtan atau apapun itu. yang dia inginkan di hari liburnya adalah jalan-jalan dan beristirahat, bukan berburu idol. Sebaliknya, Hana selalu memberikan berbagai macam alasan positif agar Rinka untuk ikut fanmeeting, dan alasan tersebut sangat tidak masuk akal. Sampai suatu saat Hana melontarkan suatu alasan yang masuk akal menurut Rinka.

 

“kau bisa belajar untuk memotret wujud konkret manusia.” Kata Hana sembari berjalan merangkul Rinka yang terlihat ogah-ogahan untuk berjalan. Bersyukur Hana membawa mobil, sehingga mereka bisa tepat waktu sampai di Lotte Hotel Avenue dengan tepat waktu.

 

“Kau ada benarnya.” Kata Rinka dengan sedikit bergumam setelah berpikir sejenak. Tidak buruk jika ingin bisa memotret beberapa idol untuk latihan, pikirnya. Hana tersenyum ringan dengan merangkul erat Rinka agar Rinka tidak berubah pikiran.

 

..

Lotte Hotel Avenue

 

Sesampainya di Lotte Hotel Avenue di jam yang telah sesuai dengan tiket fansigning, Rinka dan Hana menuju ruang yang ditujukan sesuai dengan golden ticket yang di bawa Hana. Kedua golden ticket itu diubah menjadi ticket VVIP all pass yang berupa kalung yang dikenakan di leher Rinka dan Hana. Hana dan Rinka menerima Album yang telah disediakan oleh panitia. Rinka langsung memasukkannya dalam tas, sedangkan Hana tidak bisa melepaskan pandangannya pada album yang bertuliskan Love Yourself, Answear itu.

 

Rinka dan Hana berjalan menuju ruangan yang tersedia dan Rinka bisa mengambil beberapa foto kondisi ruangan yang masih sepi dan tidak begitu besar tersebut. Ruangan itu sangat pas untuk fanmeeting, hanya berisi 50 kursi dan di depannya seperti arena teater. Di panggung kecil, terdapat poster besar member Bangtan yang Rinka sama sekali tidak mengenalinya, Rinka hanya tersenyum dalam hati. ‘Babo’ katanya dalam hati, dia berkata pada dirinya sendiri.

 

Di dalam teater terdengar suara music yang kencang terdengar. Rinka mengambil kesimpulan bahwa ini adalah ruangan teater mini yang dia pernah lihat di masa mudanya saat masih aktif mengidolakan idolanya yang saat ini hiatus.

 

“aku masih tidak percaya ada di acara fansigning.” Ucap Rinka yang sudah duduk di kursi baris nomor satu paling depan yang sudah ditentukan sembari mengambil beberapa gambar dengan kameranya, memotret isi dari aula tersebut, yang dulu hanya bisa dia lihat dalam gambar dan video. Posisi Rinka dan Hana sangat menguntungkan karena mereka mendapatkan kursi special dan keberuntungan ini bisa membuat Rinka mudah untuk mengambil angle foto panggung kecil yang terdapat meja di hadapannya.

 

“hei, bukankah kau sudah sering mengikuti fansigning?” tanya Hana menyanggah perkataan Rinka. Rinka hanya menggeleng.

 

“tidak, aku tidak pernah mengikuti hal semacam ini.” Jawab Rinka dengan wajah bosan, dan dia menambahkan kalimat ini dengan pelan “karena aku masih waras.” Ucap Rinka yang membawa Hana tertawa bahagia.

 

“Dan karena Bangtan, kau jadi sudah tidak waras sekarang?” ejek Hana Riang, tatapan Hana pada Rinka sangat mengganggu Rinka. mengganggu sekali.

 

“tidak. Yang benar adalah tidak waras karenamu yang memaksaku kemari.” Jawab Rinka tegas sambari berbisik. Rinka dan Hana masih bercakap-cakap dan tanpa disadari sudah banyak orang yang ada di sekeliling mereka, kemudian seorang gadis di sebelah Rinka menyapanya dengan riang.

 

“hai” ucapnya riang, seorang gadis manis dan lucu yang berjawah begitu bahagia, kita bisa melihat aura bahagianya dalam sekali melihat wajahnya. Rinka dan Hana membalas sapaan gadis itu dengan baik dan ramah, akhirnya mereka bercakap-cakap dan gadis itu bertanya dengan menanyakan kalung ‘vvip all pas’ yang ada di leher Rinka dan Hana.

 

“aku penasaran, apakah itu benar-benar asli vvip all pass?” tanya gadis itu dengan wajah penasaran dan mata yang berbunga-bunga, seolah sangat mengagumi pass kalung yang ada di leher Rinka dan Hana. Rinka hanya tersenyum menatap gadis itu, dia teringat masa dimana dia menjadi seorang fan yang akan sangat menginginkan kalung vvip all pass.

 

“yeah, kami mendapatkannya karena suatu hal” jawab Hana hangat. Jawaban Ha’na membuat gadis itu penasaran dan bertanya lagi.

 

“bagaimana kalian mendapatkannya?” tanyanya lagi dengan rasa penasaran yang melebihi pertanyaan pertama. Rinka terdiam sesaat, dia tau jawaban apapaun yang akan diberikannya bisa menjadi boomerang baginya dan Hana, karena itu Rinka yang menjawab kemudian.

 

“Kami mendapatkannya karena sesuatu hal yang di luar kendali kami untuk menjawabnya, mohon agar kamu mengerti” tukas Rinka dengan tersenyum ramah, dan gadis itu berusaha untuk tidak bertanya lagi walaupun terlihat jika dia ingin bertanya lebih lanjut.

 

Rinka tidak ingin suatu saat wajahnya dan Hana muncul dalam fancafe sebagai fans yang bisa mendapatkan vvip access all pass diceritakan disana dengan wajah yang tertutup garis hitam. Rinka sedikit bergidik membayangkannya, fans terkadang mengerikan jika terlalu membuka rahasia pada publik, pikir Rinka dalam hati.

 

Akhirnya gadis itu tidak bertanya lagi pada Rinka dan Hana. Rinkapun sedikit berlega hati, dia tidak ingin mencolok dalam sebuah fanmeeting dimana dia bukan bagian dari fandom dan tidak ingin terlihat jika dia hanyalah orang asing yang digeret oleh rekannya hanya untuk melihat idola grup yang bernama Bangtan. Rinka berpikir sesaat, dia merasa ini tidak adil bagi fans di luar sana yang begitu menginginkan tempat yang dia duduki sekarang, Rinkapun merasa tidak nyaman jika terlalu lama di ruangan itu, akhirnya diapun membulatkan tekat.

 

“sebaiknya aku keluar.” Kata Rinka pada Hana yang semakin excited dengan fanmeeting yang hanya menunggu menit ini. Saat Hana mendengarnya, Hana tidak percaya dengan telinganya sendiri.

 

“kau sudah tidak waras?” tanya hanya terbelalak pada teman di sebelahnya itu. Rinka hanya menghela nafas.

 

“sangat waras, babo.” Jawab Rinka sembari berusaha berdiri dari kursinya. Hana mencegah Rinka yang sudah siap berdiri dalam sepersekian detik.

 

“Tidak, tidak. Kau tidak boleh pergi dari kursi ini sampai aku memperbolehkanmu.” Kata Hana memaksa yang sangat jelas terlihat dia akan sangat kecewa jika Rinka meninggalkannya sendirian disana.

 

“tapi ini bukan tempatku, aku merasa tidak adil bagi real fans Hana.” Jawab Rinka bijak dan berbisik pada Hana, sebagai seorang fangirl, dia tau apa yang dirasakan fans di luar sana. Hana terdiam sejenak dan menghembuskan nafas kecil. Berusaha mencegah Rinka berdiri dari kursinya.

 

“kau kesini bukan sebagai fans ataupun penyelinap. Hari ini kau adalah fotografer, mengerti?” ucap Hana, yang langsung menenangkan hati Rinka saat itu juga. Rinka kemudian tersenyum dengan perkataan Hana. Niatnya untuk berdiri sudah berkurang sedikit, tetapi hati kecilnya merasa berada disana adalah suatu kesalahan.

 

“tapi Hana, aku tidak bisa mengobrol dengan mereka. Aku bahkan tidak tau berapa jumlah membernya dan nama mereka” kata Rinka saat menunjuk poster member di panggung. Mendengar jawaban Rinka, Hana tersenyum.

 

“Dasar, kau terlalu setia dengan “dia” yang sedang wajib militer. “Dia tidak akan tahu jika kamu ada disini.” ucap Hana bercanda dengan tawa kecil yang hanya ditatap dengan tatapan panas dari Rinka. Hana kemudian merasa bersalah dan melanjutkan.

 

“aku hanya ingin kau belajar memotret objek manusia, tidak lebih.” Kata Hana dengan senyum kecil yang meyakinkan.

 

“kau tidak usah cemas, kamu bisa pergi saat proses tandatangan akan di mulai” lanjut Hana dengan hembusan nafas pasrah. Mendengar hal itu, Rinka tersenyum kecil. Berpikir sejenak dengan perkataan Hana.

 

“Okay okay. Aku hanya akan duduk dan memotret, tidak lebih” ucap Rinka, mengurungkan niatnya untuk berdiri dan duduk di kursinya. Rinka berpikir dalam hati, mungkin ini yang terbaik. Belajar menjadi fotografer pemula dan tidak ikut dalam proses tandatangan.

 

Beberapa lama kemudian suara music terhenti, suara gemuruh teriakan dari Fangirl menggantikan suara kencang music yang hilang. Para fangirl meneriakkan satu persatu nama member Bangtan. Semua fangirl yang ada disana terkesan exited, dan termasuk juga Choi Hana. Hana tersenyum lebar dan berkali-kali menggoyang-goyangkan badan Rinka yang sedang asyik memotret sehingga beberapa kali hasil potretan Rinka terkesan sedikit blur dan Rinka sebal akan hal itu.

 

“Oh please. Tolong jangan menggangguku” ucap Rinka kesal. Rinka berusaha menjauh dari Hana yang terkesan ‘berlebihan’ baginya. Hana tersenyum lebar mendengarnya, berusaha lebih mengganggu Rinka yang makin membuat Rinka kesal setengah mati.

 

“yaa! Aku akan pergi jika kau seperti ini padaku.” Ancam Rinka yang membuat Hana mundur dan mengangkat tangannya seolah menyerah.

 

 

“Okay-okay, aku tidak akan mengganggumu. Tapi Hei, bisa kau memotretku?” pinta Hana dengan membuat bentuk hati pada tangannya saat berpose. Rinka hanya menurut dengan terkesan ‘whatever’ yang terlihat jelas pada matanya. Tak lama kemudian suara gemuruh fangirl makin mengencang dan semua fangirl berdiri bahkan ada yang meloncat kegirangan pada kursinya, yang membuat Rinka menengadah kearah meja panggung dan mendapati beberapa pria yang berjalan naik kearah di depan meja dengan membawa mic di setiap orangnya.

 

Rinka tetap duduk tenang, menaikkan kameranya, mengabadikan proses kedatangan para idolanya itu. Rinka fokus, tidak mempedulikan Hana dan para Fangirl yang berteriak keras di sampingnya.

 

“Hari ini aku adalah seorang fotografer” ucap Rinka dalam hati. Dia berusaha menjadi professional walaupun ini adalah objek idol pertamanya dalam sejarah menjadi fangirl. Rinka memotret satu persatu member yang sedang mengucapkan beberapa kalimat yang selalu disoraki dan dijawab dengan manis oleh penggemar. Beberapa member bahkan berkata manis sambil membuat aegyo.

 

Dan untuk sesaat Rinka tersenyum dalam kameranya. Dia merasa menjadi seorang fansite master yang dulu hanya dalam khayalan bisa menjadi seorang fansite master. Kenangan masa lalu menjadi seorang fangirl membuatnya tersenyum hangat sembari memotret beberapa member idol yang berada tepat di hadapannya.

 

“aku sama sekali tidak tahu tentang Bangtan..” ucap Rinka saat menatap hasil jepretan karma sambil dalam hati saat mendengar percakapan para member diatas sana. Rinka menatap dari lensa kamera yang dia zoom perlahan. Yang paling kanan berambut pink, sebelahnya hitam, sebelahnya coklat… dst.

 

Rinka mengehembuskan nafas dan menatap langsung para member dihadapannya dengan cermat. Rinka familiar dengan wajah mereka, mungkin karena wajah mereka selalu muncul di iklan di statsiun, bus dan juga beberapa spanduk di jalanan. Rinka berusaha menghapalkan nama member berdasarkan percakapan mereka.

 

Rinka memperhatikan satu persatu dari kanan Yang berkaki panjang saat berbicara bernama Arem, kemudian yang bermata kecil dan bosan bernama Suga, yang hiperaktif dan selalu mengumbar senyum bernama Jihop, yang selalu tersenyum hangat dan berbadan kecil bernama Jimin, yang bersikap sok tampan dan sering mengumbar kisseu adalah Jin, yang berdiri tersenyum kecil dan berwajah tegas bernama Jungkook, dan di sebelahnya yg berambut blonde dan memakai eyeliner yang terlihat jelas bernama Ve.

 

“Nama yang aneh.” Batin Rinka sembari kembali memotret para member.

 

………………….

 

“Hyung, kau lihat ada 1 fan yang tidak berdiri dari tadi?” kata Taehyung yang menjauhkan mic dari bibirnya sembari berjalan menuju kursi meja yang ada di hadapannya, bersiap duduk di kursinya. Di sebelahnya adalah Suga. Suga menghadapkan wajahnya pada fan yang dimaksud Taehyung pada kerumuman kursi fan.

 

“yang duduk depan sendiri dan tidak terlihat exited?” ucap Suga sambil menatap fan yang ada di hadapannya, yang satu-satunya masih tidak bersiap untuk mengikuti antrian di garis yang sudah disediakan. Fan itu memilih duduk dan hanya memotret antrian yang ada tak jauh dari jarak kursi fan tersebut.

 

“ah, kau juga menyadarinya? Dia tidak terlihat ingin ada disini.” ucap Jin dengan nada bercanda. Taehyung menganggukkan wajahnya, menyetujui perkataan Jin. Dan merekapun duduk di berjejer. Taehyung duduk diantara Suga dan Jin.

 

“mungkin dia cedera kaki? Makanya tidak berdiri” ucap Jhope yang selalu bersikap positif setelah mendengar percakapan mereka dan siap duduk di sebelah Suga. Suga mendengar perkataan itu dan menggeleng.

 

“wajahnya tidak menunjukkan kalau dia senang berada disini.” jawab Suga singkat, Suga menatap fan yang masih duduk santai di hadapannya. Tak lama kemudian, fan itu berdiri dengan santai. Berjalan menjauh dari antrian, dia berjalan menuju seorang staff yang sedang berada di ujung kursi. Suga menganggukkan kepalanya.

 

“sesuai dugaanku.” Ucap Suga singkat. Para member melihat fan tersebut dengan bibir mengaga dan menggelengkan kepalanya.

 

“baru kali ini aku melihat ada seseorang yang menyia-nyiakan waktu berharganya untuk datang ke fansigining idol yang tidak disukainya.” Ucap Jungkook sinis yang duduk di sebelah Jhope. Jhope yang mendengarnya langsung menepuk pundah Jungkook pelan dan memberinya energy positif.

 

“oh ayolah, pikirkan hal-hal baik saja maknae. Nanti malam kita akan makan besar, dan kau akan tidur dengan kekenyangan.” Kata Jhope dengan bijak dan menggemas pipi Jungkook yang membuat si maknae kesal.

 

“Hyunggg!” ucap Jungkook Spontan dengan kesal. Jimin yang ada di sebelah Jungkook hanya tersenyum menatap mereka berdua sembari menggelengkan kepalanya.

 

“yah, mereka berdua sudah memberikan fan sevice. Ckck.” Ucap Jimin, menyindir Jungkook dan Jhope yang sedang asyik sendiri.

 

…………

 

Rinka memilih keluar dari aula fansigning itu. dia hanya tidak bisa berlama-lama disitu dengan teriakan para fangirl yang membuatnya sakit telinga. Dia tidak ingin ketika pulang dari fansigning dan harus langsung menuju ke klinik THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan). Rinka berjalan kearena Lotte Hotel, menikmati pemandangan yang bagus. Dan diapun memutuskan untuk mengabadikan keadaan tersebut dengan kameranya.

 

Selang beberapa waktu, Rinka tak menyadari berapa menit yang dia habiskan untuk berkeliling dan memotret. Rinkapun melihat jam di tangannya dan menyadari jika dia sudah menghabiskan satu setengah jam meninggalkan area fansigning. Dia pun bergegas menuju aula teater yang tadi di tinggalkannya, Rinka memasukkan kamera pada tas yang di bawanya.

 

“ah, Choi Hana akan membunuhku.” Gumamnya pelan dengan setengah berlari. Ketika sampai di aula fansigning, Rinka masih mendengar suara riuh gemuruh teriakan. Diapun tersenyum dan bernafas lega.

 

“Syukurlah belum selesai.” Ucapnya dalam hati, Rinka memperlihatkan pass kalung ‘vvip all pass’ yang tergantung di dadanya. Sehingga Rinkapun bisa masuk dan keluar area fansigning dengan mudah. Rinka tidak berjalan menuju kursinya, dia berjalan menuju toilet yang lokasinya sudah dia tanyakan pada security saat masuk dalam area fansigning.

 

Saat asyik berjalan, Rinka merasa ada kejadian janggal. Ada seorang perempuan yang mengendus-endus di dekat pintu kamar mandi pria dengan membawa kamera dslr dengan moncong yang panjang. Rinka merasa ini aneh, dan terpikir olehnya suatu hal yang di luar dugaan.

 

“apa dia sasaeng?” gumamnya dalam hati. Rinkapun berjalan pelan memperhatikan perempuan yang memakai masker di hadapannya. RInka masih curiga, tapi dia berusaha untuk tidak berpikir negative dan masuk ke dalam toilet wanita dengan perasaan was-was. Dia pun menuju kearah cermin, menatap dirinya terheran-heran.

 

“apa sekarang masih jaman sasaeng?” ucapnya pelan. Dia membayangkan beberapa sasaeng yang pernah ditemuinya saat masih aktif menjadi fangirl. Beberapa sasaeng tidak menyenangkan pada biasnya, dalam arti sasaeng benar-benar mengganggu kehidupan pribadi dan benar-benar tidak mengerti akan batasan menjadi fans.

 

“ah mungkin saja dia fansite master” ucapnya menenangkan dirinya sendiri, mengelus dada. Tetapi fans tidak akan menyia-nyiakan waktunya hanya untuk ke toilet di tengah fansigning. Dan tiba-tiba Rinka terbelalak.

 

“tapi itukan toilet pria? Oh my god, dia pasti sasaeng garis keras.” Ucap Rinka keras, diapun bergegas keluar toilet dan di hadapinya sosok sasaeng yang sedang asyik memotret ke dalam toilet pria dengan berhati-hati. Lensa kamera sasaeng yang panjang itu sudah masuk kedalam pintu toilet yang masih terbuka sedikit, sehingga si sasaeng tidak harus masuk ke dalam toilet dan masih bisa memotret isi di dalam toilet pria tersebut. Rinka tidak tahan dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Diapun berkata dengan nada tegas dan tinggi.

 

“ya! Apa yang sedang kau lakukan?” ucap Rinka tegas, menegur sang sasaeng. Si sasaengpun terkejut, menarik diri dari pintu toilet pria dan menatap Rinka dengan kesal.

 

“jangan ikut campur.” Ucap sasaeng itu kasar, dan sasaeng itu kembali membuka pintu dengan pelan dan memasukkan moncong lensa kamera kedalam pintu. Hal itu langsung membuat Rinka geram dan langsung berjalan cepat, menarik tangan sang sasaeng dan menegurnya lagi.

 

“yang kau lakukan itu melanggar privasi!” ucap Rinka tegas. Sang sasaeng yang geram dengan campur tangan Rinka, langsung mendorongnya keras ke belakang. Sehingga Rinka terdorong jatuh kebelakang dan terdengar suara terjatuh yang sangat keras. Terdengar suara gaduh yang keras antara jatuhnya Rinka ke lantai dan suara benturan kamera Rinka yang berada di dalam tasnya.

 

“Aww..” ucap Rinka kesakitan, dia terdorong dengan keras, punggung dan pinggangnya menabrak dinding lantai dengan keras. Rinka berusaha berdiri tetapi dia begitu kesakitan. Sang sasaeng yang masih tidak peduli dengan keberadaan Rinka, masih berniat untuk kembali mengintipkan kameranya di dalam toilet yang tak diduga keluar beberapa pria dari dalam toilet dengan wajah ingin tahu.

 

“apa yang terjadi?” ucap seorang pria yang Rinka lihat sedari tadi ada di area fansigning. Dia adalah manajer bangtan. Sang manajerpun menatap si sasaeng yang sedang tertangkap basah sedang bersiap ingin mengintip ke dalam toilet dengan kameranya. Sang manajer menatap sang sasaeng dengan terbelalak.

 

“kau lagi??” ucapnya tidak percaya. Rinka yang tadinya sedang berusaha untuk berdiri langsung menengadahkan kepalanya kearah manajer tersebut. Sang manajer lalu menatap Rinka yang sedang berusaha berdiri, tetapi sang manajer tidak membantu Rinka untuk berdiri.

 

“Apa yang terjadi?” tanya sang manajer pada Rinka dengan nada tinggi. Rinka kesal dengan nada yang dilontarkan sang manajer. Rinkapun menatap balik manajernya.

 

“Aku berusaha membantu kalian dan kau membentakku?” ucap Rinka saat berdiri sempurna dengan nada rendah tetapi penuh ketegasan. Tak berapa lama kemudian, keluarlah beberapa orang lagi yang salah satunya Rinka kenali seorang member dengan nama Jimin.

 

“Hyung? Ada apa?” tanya jimin saat muncul di pintu toilet, Jimin menatap sosok sasaeng yang berada tepat di hadapannya dan melihat wajah yang familiar.

 

“kamu?” ucap Jimin langsung menunjuk sang sasaeng. Jimin kemudian menatap Rinka keheranan.

 

“ah, kau fans yang tadi.” Ucap Jimin lagi saat menatap Rinka yang sedang kesakitan memegang pinggangnya.

 

……………………………….

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
song3424
Hai, Lee Rinka adalah readers, jadi mari membayangkan diri kalian adalah Lee Rinka.
Cerita komedi romantis ini dibuat berdasarkan imajinasi author, yang dibuat ringan dan menghibur. Semoga suka^^

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet