Serend But Unphoria

Description

Lee Rinka ada seorang gadis biasa yang memiliki segalanya, tetapi dia bosan dengan rutinitas yang dia lakukan.

Sampai suatu hari dia membeli kamera.

Kamera yang baru dibelinya ternyata membawanya kembali kedunia yang telah dia tinggalkan, dunia idol dan juga cinta pertamanya.

Foreword

Siang hari yang melelahkan telah dilalui gadis bernama Lee Rinka. Dia lelah. Bukan lelah karena menghadapi setumpuk pekerjaan yang dia lakukan, tetapi lelah karena menghadapi berbagai macam permintaan yang dilakukan atasannya.

 

Lee Rinka berada di luar ruangan kantornya, bersandar di dinding dengan segelas kopi dingin di tangannya. Dia bukan pecinta kopi, hanya saja dia butuh sesuatu yang membuatnya terjaga untuk tetap terbangun di kala lelah hati dan tubuhnya hari itu.

 

“aku harus melakukan sesuatu” katanya lirih seraya meneguk kopi dinginnya. Dia menghembuskan nafasnya pelan, lelah dengan pekerjaannya. Dia tidak pernah menyangka bekerja akan menyita waktunya seperti itu.

 

“aku butuh sesuatu untuk mengalihkan perhatianku dari pekerjaan ini” ucapnya lagi. Dia mengernyitkan dahinya, berpikir apa yang bisa dilakukannya agar mengalihkan pikirannya dari pekerjaannya.

 

 

Di suatu ruangan bermeja luas memanjang dan beberapa kursi mengelilingi meja tanpa terduduki. Meja itu hanya berisi beberapa orang, salah satunya adalah Lee Rinka. Lee Rinka membereskan beberapa kertas yang ada dihadapannya dengan rajin, dia tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak sempurna. Ya, Lee Rinka sesempurna itu, dia harus sesempurna itu.

 

“kau yakin tidak ingin ikut ke London?” Ucap rekan kerja Lee Rinka yang bernama Choi Hana, dia menatap Lee Rinka dengan tatapan penasaran yang ceria. Sikap tulusnya terlihat jelas saat mereka berdua menata kertas yang masih terletak di meja panjang itu. pertanyaan Hana tidak menarik perhatian Rinka sama sekali.

 

“Tidak” jawab Rinka singkat, menoleh kearah Hana-pun tidak. Dia memang setidak berminat itu, sangat tidak berminat dengan apapun yang akan dikatakan Hana setelahnya.

 

“Kau yakin tidak?” tanya Hana lagi, dengan nada mengejek. Dan masih tidak mendapatkan tanggapan apapun dari Rinka. Rinka berpura-pura tidak mengerti apa yang Hana tanyakan dan Rinka tidak berniat menjawabnya. Dan hal itu makin membuat Hana gemas, makin ingin menggodanya. Hana mengambil tumpukan kertas yang sedang dikumpulkan Rinka, mengambil dengan cepat tanpa disadari Rinka yang sedang sibuk membaca kertas yang ada di genggamannya.

 

“hei!” jawab Rinka kesal menatap Hana yang tertawa lebar.

 

“Jawab pertanyaanku dan aku tidak akan mengganggumu lagi.” jawab Hana tegas dengan menyilangkan tangannya di dada dan menggelengkan kepalanya, menatap Rinka yang terlihat kesal dan terlihat jelas seolah berkata ‘aku sudah menjawab pertanyaanmu!’

 

“sudah kujawab dan jawabannya tetap tidak” jawab Rinka dengan tenang sambil berdiri dan berusaha merebut kertas miliknya yang sedang dipegang oleh Hana, rekan kerjanya.

Hana adalah rekan kerja yang baik, tetapi terlalu baik bagi Lee Rinka, sehingga terkadang membuat Rinka sebal karena terlalu sering mencampuri urusannya, pikir Rinka.

 

“aku tidak menerima jawaban ‘tidak’” ucap Hana dengan tertawa, berusaha menjauhkan tangannya dari jangkauan tangan Rinka yang berusaha untuk merebut kertas miliknya yang ternyata gagal. Rinka hanya mengernyitkan dahinya, kemudian meletakkan tangan di dahinya kesal. Rinka menatap Hana yang tersenyum lebar dengan kemenangannya. Akhirnya Rinka mengambil sikap, berpikir sejenak cara terbaik menghadapi Choi Hana adalah dengan sikap tenang. Rinka menghembuskan nafas panjang, duduk kembali di kursinya.

 

“baiklah jika itu maumu. Kau tahu dari awal jika aku tidak tertarik dengan suatu event yang akan menguras tenaga dan pikiranku habis-habisan.” Ucap Rinka menatap Hana yang sudah mulai mendengerkan perkataannya dengan baik.

 

“aku lebih memilih kerja di balik layar dan terdiam di Seoul. Aku tidak ingin meninggalkan Seoul jika itu urusan pekerjaan.” Lanjut Rinka, ditatapnya Choi Hana dengan tatapan tenangnya seperti biasa. Hana terlihat menyerah dengan ajakannya yang dipikirnya tidak akan membuat rekan kerjanya goyah. Tetapi dia adalah Hana, dia tidak akan menyerah begitu saja.

 

“Bahkan jika bintang tamunya adalah idol?” ucap Hana dengan nada menggoda, menyikut tangan Rinka yang hanya menatapnya dengan wajah ‘what? I don’t give a damn with idol’.

 

“kau bercanda?” jawab Rinka berusaha setenang mungkin walau dia ingin sekali menepuk jidat rekan kerjanya itu. Hana menatapnya balik dengan tatapan menggoda lagi.

 

“aku tidak sedang bercanda dan aku tau kau penggemar idol!” tantang Hana dengan hidung yang seolah bisa memanjang layaknya pinochio. Rinka secara tidak langsung, merasa wajahnya dipukul dari depan oleh Hana. Wajah Rinka sedikit memerah dan tidak bisa menahan perasaannnya.

 

“yeah. Dan “dia” sedang hiatus” ucap Rinka, dengan tangan yang siap menerima kertas yang akan diberikan Hana kepadanya. Hana melunak, karena Hana tahu dari awal dia tidak akan bisa menggoyahkan pikiran rekan kerjanya.

 

“kau menunggunya?” ucap Hana dengan nada pelan dan tersenyum kecil.

 

“yeah. Pasti” jawab Rinka pelan dan mantap, tatapannya kembali sibuk dengan kertas yang barusan dia terima dari Hana. Rinka berusaha membolak balikkan kertas yang ada di tangannya, berusaha berkonsentrasi dengan segala yang ada dalam pikirannya.

 

“dan kau tidak akan ke London untuk event kita walaupun ada beberapa grup Hoobae idolamu yang akan tampil?” ucap Hana, menatap Rinka dengan lirikan kecil yang penasaran dengan jawabannya, walaupun dia tahu jawaban apa yang akan keluar dari bibir Rinka.

 

“tidak.” Jawab Rinka singkat, masih berusaha berkonsentrasi. Hana sedikit gemas, karena dia tahu kalau Rinka sedikit tidak bisa berkonsentrasi dengan pertanyaan yang menyangkut idolanya itu.

 

“walaupun bintang utamanya BTS?” tanya Hana dengan nada penasaran yang terlihat jelas saat mengatakan nama BTS. Rinka kemudian menoleh padanya, seolah bertanya apa maksudnya dengan BTS?

 

“aku tidak tau Hoobae ‘dia’ ada yang bernama BTS” jawab Rinka mengernyitkan dahinya. Yang membuat Hana tertawa puas.

 

“Oh my… kau benar-benar manusia gua!” Kata Hana dengan bertepuk tangan seolah puas dengan perkataannya barusan. Rinka yang mendengarnya tidak ambil pusing dengan perkataan ‘manusia gua’ atau apapun itu. Rinka hanya tidak tertarik dengan pembahasan idol, selain “dia”, idolanya yang sedang hiatus karena wajib militer.

 

“yeah, terserah apa katamu. Yang pasti aku tidak akan ikut.” Jawab Rinka, sontak berdiri dan berjalan keluar meninggalkan rekan kerjanya yang masih tertawa dengan sangat puas.

 

 

 

Rinka berjalan pulang dengan wajah lelah, keluar dari gedung kantornya yang sudah larut malam. Pekerjaannya memang tidak begitu sulit, hanya saja menguras waktu dan tenaga. Karena itulah dia merasa begitu lelah. Setiap hari berjalan di gedung yang sama dan pulang dengan perasaan lelah. Siapa yang tidak akan merasakan lelah jika mengalami hal yang sama sepertinya tiap harinya?

 

 

Lee Rinka berjalan lunglai menuju halte bus, dia sempat berjalan pelan perlahan menatap pemandangan malam pusat kota Seoul yang begitu ramai dipadati manusia. Ada pekerja kantoran sepertinya, mahasiswi yang sedang berjalan dengan teman grupnya, keluarga yang sedang berjalan-jalan, dan wisatawan yang tidak ada habisnya berada di Seoul tiap harinya.

 

Sejenak Lee Rinka berpikir, ia ingin memiliki waktu untuk berwisata keluar negeri seperti para wisatawan asing yang dilihatnya saat ini. Rinka berhenti sejenak, menatap para wisatawan asing yang tertawa riang menikmati malam hari kota Seoul yang begitu padat. Tetapi entah kenapa mereka begitu bahagia.

 

Tiap wisatawan itu membawa beberapa kamera yang berbeda-beda, ada yang membawa kamera DSRL, Kamera mirrorless, kamera instan dan ada yang tetap menggunakan handphone mereka untuk memotret. Dan sebersit terpikirkan dalam benak Lee Rinka. Kamera.

 

Lee Rinka ingin menangkap suatu moment yang indah, yang belum tentu dia akan temukan dikemudian hari, moment yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya. Dan akhirnya Lee Rinka tersenyum kecil, akhirnya dia menemukan apa yang ingin dilakukannya. Para wisatawan itu menginspirasinya untuk memiliki kamera sederhana yang akan menangkap moment yang tidak ingin dia lewatkan.

 

“aku akan membeli kamera sederhana, ya ya ya. Kurasa sudah kutemukan suatu hal yang bisa mengalihkan perhatianku dari pekerjaan ini.” Ucap Rinka lirih, kemudian dia melangkahkan kakinya mantap untuk kembali pulang ke apartemennya dan beristirahat.

 

Dan tanpa disadarinya, kamera yang akan dibelinya telah mengubah hidupnya, membawa dirinya pada sebuah Group Idol yang tidak dia sangka.

song3424
Hai, Lee Rinka adalah readers, jadi mari membayangkan diri kalian adalah Lee Rinka.
Cerita komedi romantis ini dibuat berdasarkan imajinasi author, yang dibuat ringan dan menghibur. Semoga suka^^

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet