There's Something More

The Weirdest Love Story

"Vampire."

Ada jeda beberapa detik sebelum Jihan membuka mulutnya. "Wow. Dia sepupu Sungyeol? Aku baru tahu. Sebetulnya mereka tidak ada bedanya dengan kita," Jihan menanggapi dengan santai setelah melihat isi kepala Hana. Tidak ada yang salah dengan bangsanya. Walaupun setiap vampire memiliki karakternya masing-masing tapi tetap saja sesama vampire, dan itu bukanlah hal yang buruk. Terkadang vampire bisa sangat berbeda, memang. Seperti L dan keluarganya. Tapi bukan berarti vampire yang berbeda itu menyebalkan.

Hana merebahkan tubuhnya, tanpa sengaja menindih buku diary tak berdosa. "Kimchi-ya. Bisakah kau berhenti membaca pikiranku? Gosh! Mereka bahkan menua layaknya manusia. Dan betapa konyolnya mereka menyebut diri mereka 'Infinite'. Nama macam apa itu?"

Tawa ringan Jihan terdengar, menutupi suara langkah kakinya yang grasak-grusuk -sedang malas untuk bergerak secara halus. Mengikuti Hana, ia pun merebahkan tubuhnya. "Kalau begitu, berhenti memanggilku 'Kimchi'. Kim Jihan, Kim-Ji, Kimchi? Itu tidak masuk akal. Dan tidak pikiran semua orang bisa kubaca, jadi pamer sedikit bukanlah dosa besar," Jihan kembali tertawa, "Tentang L, well kita pun menua. Hanya saja lebih lambat. Berhenti membenci perbedaan dan berhenti menertawakan nama mereka," lanjutnya dengan nada serius.

Jihan selalu terdengar lebih dewasa dibanding Hana, padahal dirinya lebih muda walaupun hanya satu detik.

"Ini ide gila." Hanya itu kalimat yang Hana ucapkan sebelum akhirnya ia terlelap. Kau pikir vampire tidak bisa tidur, huh? Tentu saja bisa!

Hana selalu tertidur lama walau tidak pernah bermimpi. Ia akan terbangun ketika matahari sudah terbit, lengkap dengan cahaya yang menyusup melewati jendela kamar. Kamarnya yang berubah terang selalu terasa mengganggu sehinga ia pasti akan langsung terbangun.

Di samping tempat tidurnya, jam digital yang bertengger di atas laci menunjukkan waktu sudah pukul 7 pagi -saatnya bangun dan bersiap menjalani rutinitas menyebalkan; bersekolah.

Hari ini akan terasa sangat buruk bagi Hana, karena dirinya pasti bertemu dengan L di kelas. Ugh! Fakta itu membuatnya ingin bercinta dengan kasur sepanjang hari.

"Hana-yaaaa, cepatlah! Eomma akan meledak kalau kau tidak mandi sekarang juga!"

"APA?!"

Terdengar pertengkaran kecil antara Jihan dan ibu mereka. Hana tertawa membayangkan ibunya memukul kepala Jihan dengan sendok, seperti yang biasa ia lakukan. Membayangkan dirinya menjadi korban berikutnya, Hana bergidik ngeri. "Aku lebih suka tertimpa mobil daripada dipukuli sendok," gumamnya. Secepat kilat ia menegakkan tubuh lalu melangkah masuk ke kamar mandi. Sebetulnya mandi hanya formalitas, karena jenis vampire seperti dirinya tidak pernah berkeringat meski berlari mengelilingi dunia sekalipun.

Rutinitas Hana tak pernah memakan waktu lama; ia hanya perlu mengenakan seragamnya, membiarkan rambutnya terurai, mengambil tasnya, lalu memakai sepatu. Meja riasnya penuh dengan make up tapi tak pernah digunakan. Dia tidak ingin merasa 'terlalu manusia', katanya.

"Morning," sapanya ketika memasuki ruang makan. Ia mendelik sekilas ke arah ayahnya -salah satu dalang di balik rencana pertunangan antara dirinya dengan L. Tuan Kim hanya terkekeh melihat tingkah putri bungsunya itu. "Wow, apa-apaan itu? Aku serasa mati terbakar," candanya. Setelah itu, sarapan pagi berlangsung sangat cepat. Kau tahu, kan, vampire bisa bergerak cepat jika mereka mau. "Jangan lupa untuk membeli gaun baru," ujar Tuan Kim sebelum pergi.

Hari ini Tuan Kim tidak bisa mengantar kedua putrinya, sementara mereka merasa tak nyaman kalau harus naik bus. Dengan terpaksa, kedua gadis vampire itu membawa kendaraan pribadi milik Hana -dia pula yang harus menyetir. Hana mengoceh sepanjang jalan mengenai betapa malasnya Jihan untuk sekedar menyetir ke sekolah. Um... Kim Hana, take a mirror, pls.

"Sekolah ini mengagumkan. Tidak banyak sekolah yang membiarkan kita membawa mobil pribadi," ujar Jihan setelah membanting pintu mobil sampai tertutup rapat, "Oops," sambungnya ketika menyadari ia membanting terlalu keras sampai beberapa siswa di parkiran memperhatikannya.

Kedua bola mata Hana berputar malas. "Kau bisa meretakkan kaca mobilku," protesnya.

Dengan langkah malas mereka berjalan menuju koridor. Mereka bukan gadis tercantik di sekolah, tapi keduanya memiliki aura yang luar biasa. Kulit putih mulus, ekspresi sedingin es, tubuh semampai, dan kepribadian yang mengagumkan; selalu bertindak setiap kali melihat penindasan. Uniknya, ketika di sekolah mereka tidak banyak bicara.

"Bye," Hana berucap singkat seraya berbelok menuju ruang kelasnya. Anggukan Jihan menjadi satu-satunya jawaban atas ucapan Hana. Bukannya mencoba menjaga image, mereka hanya malas jika orang lain menganggap mereka 'mudah didekati', karena mereka memang tidak ingin didekati, terutama oleh para manusia.

L masuk ke dalam kelas tak lama setelah Hana. Semalam Sunggyu sudah membocorkan identitas calon pasangannya dan bertemu dengan Hana di dalam kelas membuatnya menghembuskan nafas berat sepanjang jalan. L meneliti Hana dengan ujung mata indahnya sembari berjalan santai. Hana mendengus sebal menyadari tatapan L.

"Myungsoo-ssi, kau tidak mau semeja denganku?" Saeron melambai memanggil L, lengkap dengan suaranya yang terlalu nyaring -sukses membuat lelaki itu mendelik kesal karena ia tak suka dipanggil menggunakan nama asli oleh orang yang tak dekat dengannya.

Bibir tipis L tertarik ke samping, memperlihatkan evil smile yang terlampau manis. "Lee Saeron-ssi," panggilnya. Gadis bernama Saeron itu tersentak kaget namun bahagia karena ternyata L mengetahui namanya. "Aku tidak akan duduk selain dengan calon tunanganku," L melanjutkan.

Ruang kelas dilanda keheningan luar biasa setelah L melontarkan kalimat tersebut. Di pojol ruangan, kedua lengan Hana sudah terkepal marah. Bulatan coklat di matanya perlahan berubah menjadi warna merah. L bersiul kagum ketika menyadari perubahan itu -perubahan yang tak dimilikinya.

"Kau akan bertunangan?" Seseorang memberanikan diri untuk bertanya.

"Kalau kau bergurau, ini tidak lucu," timpal yang lain.

Hampir semua anggota kelas mulai menemukan suaranya kembali dan saling bertanya, membuat kegaduhan di dalam kelas. "Who's the girl, dude?" Seorang lekaki bernama L.Joe melipat kedua tangannya sambil bertanya.

L mengangkat dagunya ke arah salah satu sudut kelas. "Dia. Kim Hana."

"MWO?!"

Beberapa anggota kelas serentak bertanya sambil mengalihkan pandangan ke tempat Hana duduk. Dengan cepat gadis itu menunduk, tak ingin matanya terlihat. Dalam hati ia mengutuk L dan mengutuk dirinya sendiri karena tak memiliki kemampuan untuk membaca pikiran seperti Jihan. Apa yang dia rencanakan? Mau apa dia? Apa dia hanya ingin membuatku kesal? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi otak mungilnya.

Seharusnya L tidak memiliki alasan untuk membenci Hana. Justru Hana lah yang memiliki alasan untuk membenci L, seperti yang selama ini ia lakukan. Tapi rupanya malah L yang berperan sebagai penindas.

Belasan pasang mata masih tak mau lepas dari Hana, membuat gadis itu merasa tam nyaman dan hanya L.Joe yang menyadari itu. "Well, kau pelawak yang payah," kekehnya. Perhatian anggota kelas kembali pada L.

"Eeey, L.Joe benar. Lawakanmu tidak lucu," timpal Gongchan.

Minji tertawa renyah, "Kau pikir karena kau tampan lalu Hana mau digosipkan denganmu? Dude, digosipkan dengan L.Joe saja Hana tak peduli. Betul kan, Hana? Hahaha, sesungguhnya kau pelawak yang hebat."

Tawa Minji berhasil mencairkan suasana dan secara tak langsung ucapan serius L hanya dianggap sebagai sebuah lelucon. Kedua bola mata Hana sudah kembali berubah ke warna aslinya ketika ia menimpali ucapan Minji, "Eo. Tapi dia pencari sensasi yang buruk," ujarnya, yang kemudian mendapat tepukan tangan riuh dari para lelaki. "Uuuuh, Kim Hana, daebak!"

Kedua bahu L terangkat malas, lalu ia melangkah menuju meja L.Joe dan duduk di sebelahnya. "Mwoya? Kau akan bertunangan denganku?" tanya L.Joe dengan ekspresi datar.

Seisi kelas kembali tertawa, bahkan Hana sekali pun. Ia terkekeh kecil, lalu segera berhenti ketika L.Joe melirik ke arahnya.

Tidak pernah ada gosip yang tetap terkubur di dalam tanah. Ucapan L yang dianggap lawakan pagi ini dengan cepat menyebar ke seantero sekolah. Para lelaki yang mengincar Hana menganggap L membual, sementara para gadis yang mengagumi L menganggap L menggemaskan karena ternyata dirinya bisa membuat lawakan seperti itu.

Café sekolah menjadi penuh dengan obrolan seputar L ketika Hana dan Jihan melangkah masuk. "Ugh. Isi kepalaku penuh dengan sumpah serapah," bisik Jihan.

"Kimchi-ya. Stop it," Hana balas berbisik.

Keduanya hanya mengambil camilan lalu duduk di meja yang sedikit jauh dari para penggosip.

"Hana-ya, annyeong." Seseorang melewati meja mereka lalu mengacak-acak rambut Hana, sukses membuat Hana mendesis kesal.

Jihan meremas bungkus camilannya, menimbulkan bunyi kresek yang penuh dengan amarah. "Who do you think you are, Chunji-ssi?"

Kedua bahu Chunji bergetar karena ia tengah tertawa. "Nothing," kekehnya seraya melambaikan tangan namun tak menengok ke belakang. Ia berjalan menuju meja teman-temannya. CAP memukul lengan Chunji, memarahinya karena telah menggoda Hana; saudari Jihan si gadis mengerikan. Ugh, mereka tidak tahu kalau Hana lebih mengerikan daripada Jihan.

"Is he drunk?!" Umpat Hana pelan. Ia menggeleng pelan, lalu menghabiskan camilannya. Hana dan Jihan tak pernah merasa tenang jika sedang berada di sekolah. Selalu ada gangguan, entah dari para lelaki atau malah dari gadis lain yang menganggap mereka menyebalkan. Tidak pernah ada hari yang tenang bagi Hana dan Jihan.

Terutama bagi Jihan. Terkadang dirinya tanpa sengaja membaca pikiran orang yang berlalu-lalang di sekitarnya; dia benar-benar keren, dia secantik dewi, heol dengan wajah seperti itu dia bisa mendapatkan pria manapun yang dia inginkan, aish dia tau dirinya cantik maka dari itu dia bersikap dingin, lihat betapa menyebalkannga dia. Pikiran-pikiran seperti itu sering kali ia dengar, dan itu membuatnya tak nyaman.

'Jihan-ah? Kau bisa mendengarku?'

Kali ini Jihan mendengar sesuatu ketika matanya tak sengaja beradu tatap dengan Sunggyu. Dengan malas ia mengangguk, lalu kembali mendengar isi kepala Sunggyu.

'Aku perlu bicara. Ini tentang Myungsoo dan Hana.'

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet