Chapter 2

HeartBEAT (Whom This Heart Beats For)
Please Subscribe to read the full chapter

Sudah satu bulan sejak Jiho meninggalkan rumah sakit. Kini kondisi tubuhnya sudah benar-benar sehat. Jiho sudah bisa beraktivitas seperti biasanya, namun yang berbeda, kini ia tidak lagi tinggal di hotel. Jiho kini tinggal bersama Mingyu dan keluarganya. Mingyu  tidak mengijinkan Jiho untuk tinggal sendiri di hotel. Dan seminggu yang lalu, orang tua Mingyu secara pribadi datang mengunjungi hotel untuk mengajak Jiho tinggal bersama mereka, jadi Jiho tidak bisa menolak tawaran mereka. Jiho juga tidak ingin Oppanya khawatir dengan keadaannya. Semenjak Oppanya tahu bahwa kondisi jantungnya tidak baik, tidak hentinya ia mengecek keadaan Jiho setiap hari. 

"Jiho-ah,aku akan menjemputmu nanti." 

Mingyu mengantar Jiho pergi ke kantor pagi ini karena ini adalah hari pertama Jiho bekerja sejak kembali ke Seoul. Jiho memandangi gedung tinggi yang akan menjadi tempatnya bekerja selama ia di Seoul. 

Kim Jiho, kamu pasti bisa.

Sebelum menuju ke lantai sebelas, Jiho membeli segelas coffe latte panas terlebih dahulu karena memang udara pagi ini sangat dingin dan salju turun sejak tadi malam. Setelah membeli segelas coffee latte panas, Jiho berjalan perlahan menuju lift yang akan membawanya ke lantai sebelas dimana kantor barunya berada.

Pagi itu keadaan di dalam gedung memang sudah sangat ramai, sudah banyak orang yang mengantri di depan pintu lift untuk menuju ke lantai dimana ruangan mereka berada. Setelah menunggu beberapa menit, lift yang sedari tadi penuh, akhirnya bisa menampung Jiho untuk naik ke lantai sebelas. Saat melihat kondisi lift yang cukup kosong,karena hanya ada satu orang didalamnya, dan pintu lift terbuka, semua orang berdesak-desakan untuk masuk ke dalam lift hingga Jiho terdorong masuk. Ketika itu, tidak sengaja, coffee latte yang ia pegang mengenai pakaian seseorang dan tidak sengaja Jiho pun memegang lengannya.

"Argh.." ucap pria itu kesal seraya mengempaskan tangan Jiho dari pergelangannya.

Pintu lift sudah tertutup, dan Jiho tidak bisa pergi untuk mengelak. Mau tidak mau, Jiho memang harus siap menerima kemarahan pria tersebut. Mereka berdiri bersampingan di sisi pojok belakang lift. Perlahan Jiho memberanikan diri untuk meminta maaf.

"Maa...aaf" ucap Jiho

Pria tersebut tidak merespon permintaan maafnya, pria itu masih tetap berusaha untuk mengelap noda coffee latte yang mengenai kemeja putihnya dengan tangannya. Melihat situasi itu, Jiho ingin memberikan sapu tangannya agar pria itu bisa membersihkan kemejanya dengan sapu tangan saja, tidak dengan tangannya. Karena memang kondisi lift yang saat itu sangat penuh, Jiho bahkan tidak bisa membuka tasnya untuk memberikannya sapu tangan. Melihat scarf yang ia gunakan, perlahan Jiho melepas scarf dari lehernya.

"Pakai ini saja" Jiho memberikan scarf nya kepada pria itu

Pria itu masih tidak merespon.

Entah inisiatif dari mana, kali ini Jiho membantu pria itu untuk membersihkan noda yang yang ada di kemejanya dengan scarf yang sudah ia pegang.

Saat itu, Jiho terkejut, karena pria itu memegang tangannya dan mencoba untuk menghentikannya, agar Jiho tidak lagi membantunya. 

"Stop. Tidak usah" ucap pria itu dengan tegas

Jiho hanya bisa terdiam mendapatkan response yang kurang menyenangkan atas niat baiknya.

Beruntung, pintu lift sudah terbuka dilantai sebelas, jadi Jiho merasa, ia sudah bisa pergi dan tidak perlu berurusan lagi dengan pria tersebut. Ketika beberapa orang yang berada di depannya sudah keluar, ia bergegas keluar dan pergi menuju kantor barunya.

"Untung saja.. kenapa pria itu galak sekali. Aku sudah minta maaf tetapi ia tetap saja begitu, lagipula itu bukan salahku, orang-orang itu yang mendorongku" Jiho masih tetap saja menggerutu sambil membenarkan make up dan juga penampilannya di depan cermin toilet.

Setelah memperbaiki penampilannya, Jiho mulai memasuki kantor barunya. Jiho bekerja di sebuah kantor majalah yang sangat terkenal di Seoul, dimana ia bekerja sebagai fashion stylish. Jiho memang menyukai dunia fashion sejak masih duduk di bangku sekolah. Namun, karena kondisinya, baru beberapa tahun belakangan ini, ia kembali menggeluti dunia fashion.

Sesaat setelah membuka pintu, ternyata, sudah banyak orang yang datang ke kantor. Jiho menyapa mereka satu persatu hingga ia menuju bilik dimana meja kerjanya berada. Tiga hari yang lalu, setelah ia berhasil melalui proses seleksi karyawan baru, Jiho memang diberikan office tour untuk mengenal beberapa bagian kantor dan juga para karyawan yang nantinya akan menjadi rekan kerjanya.

Saat sampai di bilik mejanya, Jiho memang masih belum tahu, apa yang harus ia lakukan. Namun, ia ingat, Manager berkata kepadanya bahwa ketika ia masuk nanti, ia akan langsung terlibat di dalam sebuah project terbaru, karena memang mereka tidak memiliki fashion stylish lagi, fashion stylish yang lain sudah terlibat dalam project yang lainnya.

Karena bosan menunggu waktu rapat, Jiho hanya bisa melihat-lihat majalah-majalah yang ada di atas mejanya. Tidak lama kemudian, terdengar suara seseorang menyapanya.

"Pagi, Jiho-shi"

"Oh..Pagi, Seokmin-shi"

Lee Seokmin (DK), adalah orang pertama yang Jiho kenal di perusahaan ini, ia adalah orang yang menemani Jiho ketika office tour tiga hari yang lalu. DK adalah seorang fotographer di perusahaan ini. Dia seorang pria yang ramah dan Jiho merasa Seokmin juga pribadi yang sangat menyenangkan, bilik meja kerja mereka pun berhadapan, jadi Jiho merasa, mereka bisa menjadi rekan kerja yang baik.

"Selamat datang di perusahaan ini Jiho-shi" 

"Terima kasih Seokmin-shi. Tapi, panggil saja Jiho, lagipula kita rekan kerja kan?" 

"Baiklah, Jiho-ah. Klo begitu,aku juga akan lebih senang,klo kau panggil aku DK" ucap DK dengan senyuman

"Hah? DK?" Jiho tampak bingung setelah mendengar apa yang DK ucapkan

DK memahami ekspresi bingung yang terdapat di wajah Jiho setelah mendengar nama panggilannya. DK menjelaskan bahwa orang orang yang dekat dengannya dan orang di kantor ini lebih suka memanggilnya DK dibanding nama aslinya, Lee Seokmin

Setelah mendengar penjelasan DK, Jiho mengangguk dan tersenyum.

"Jiho, lima belas menit lagi Mr.Jung akan datang, dan kita harus bersiap menuju ruang rapat sebelum ia datang. Kau sudah menemuinya kan? beliau tidak suka dengan orang yang datang terlambat, jadi, lebih baik, kita bersiap sekarang"

"Baiklah" 

Mereka berdua langsung menuju ruang rapat, di ruang rapat sudah ada beberapa pegawai lainnya yang menunggu kedatangan Mr.Jung. DK terlihat sibuk sedari tadi dengan handphonenya, ia mencoba untuk menelpon seseorang dan terlihat kesal.

"Ada apa? Ada sesuatu yang tertinggal?" Tanya Jiho kepada DK

"Oh, tidak. Aku sedang mencoba menghubungi temanku, tetapi ia tidak mengangkat telponnya sedari tadi" ucap DK khawatir

"Argh..gawat!" 

DK terkejut ketika terdengar suara klop pintu terbuka, dan itu adalah Mr.Jung. Semua pegawai memberi salam kepada Mr.Jung. Mr.Jung memang seorang direktur yang sangat disiplin dengan waktu kerja. Pertama kali yang ia cek pada saat ia masuk adalah jumlah pegawai yang harus ikut serta dalam rapat kali ini. Setelah menghitung berapa jumlah pegawai yang hadir diruang rapat, ia menyadari satu hal.

"DK, dimana temanmu?"

DK diam saja, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Mr.Jung

"Selalu seperti ini dan selalu orang yang sama" ucap Mr.Jung kesal

Sekarang,Jiho mengerti, siapa yang sedari tadi DK coba hubungi, sebelum Mr.Jung datang. Mr.Jung tetap saja memberikan "sambutan" paginya sebelum rapat dimulai. Di saat itulah, seseorang masuk ke dalam ruang rapat. Semua orang melihat ke arahnya. Dan Jiho, Jiho hanya bisa membesarkan pupil matanya, terkejut dengan kedatangan orang tersebut. 

Dia, dia pria itu, pria yang tadi bertemu denganku di lift. 

Bajunya sudah bersih. Syukurlah.

Ketika memasuki ruangan,pria itu bahkan tidak memberi salam dan langsung duduk di kursinya. Tidak

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet