CHAPTER I - PERFECT
PERFECTPerfect
Cast : Amber, Luhan, Taemin, Soojung, Jongin
Genre : romance, slice of life.
OST : Ed Sheeran – Perfect cover vers (https://www.youtube.com/watch?v=uhpdwhNDTjk) *aku bener-bener saranin kalian baca sambil dengerin ini coveran.*
Notes : saya balik dengan ff HanBer series, karena gak tau kenapa lagi doyan ini couple padahal jarang bgt momentnya malah sekarang udah gak ada hahaha.
--
Seoul, Spring
Aku melangkahkan kakiku memasuki Serin Internasional High School tempat aku mengenyam Pendidikan selama dua tahun belakangan ini. Kini aku tengah berada di tahun terakhirku. Sungguh tidak terasa telah dua tahun lamanya aku menghabiskan waktuku di sekolah ini. Berarti telah dua tahun pula aku mengenalnya. Seorang gadis cantik yang terlihat begitu special dihatiku. Seorang yang terlihat sempurna dimataku.
Suasana sekolah masih begitu sepi karena wajar saja ini masih pukul tujuh sementara sekolah dimulai pukul delapan. Terlebih ini masih hari pertama masuk tahun ajaran baru sehingga sangat wajar jika suasana sepi ini masih menyelimuti sekolah.
Ketika aku memasuki ruang kelas 3-A dimana aku tergabung didalamnya aku mendapati gadis itu tengah berdiri menghadap jendela jendela dengan headset yang terpasang di kedua telinganya. Sorot mata lembut berwarna keabu-abuan miliknya, rambut sebahunya yang bergerak tertiup hembusan angin musim semi membuatnya terlihat bagaikan semua lukisan bidadari. Sungguh bagiku ia adalah sebuah ciptaan tuhan yang begitu sempurna.
“jeo meon bada kkeuten mwoga isseulkka, dareun mueonga sesanggwaneun meon yaegi” alunan nada indah itu keluar begitu saja ketika ia bernyanyi. Ini adalah salah satu alasanku selalu datang pagi. Karena hanya pada saat seperti inilah aku dapat mendengar keindahan suara gadis itu. Suara emas yang selalu ia sembunyikan dari yang lainnya. Keindahan dan kecantikan yang selalu ia tutupi dengan tingkah galak dan judesnya. Gadis itu adalah Amber L. Gadis dengan kecantikan yang sesuai dengan Namanya.
-
“Lihat itu Luhan sunbaenim dan Minseok Sunbaenim.”
“mereka sangat tampan”
“bukan hanya tampan tetapi juga jenius, selalu masuk sepuluh besar angkatan”
“anggota inti tim basket”
“sudah begitu mereka juga kaya raya.”
Aku dan Minseok hanya bisa menghela nafas mendengar beberapa bisikan adik tingkat kami ketika kami memasuki kantin sekolah. Itu sudah menjadi hal yang selalu kami dengar setiap kali kami berada di tengah keramaian seperti ini. Mereka selalu menilai kami dari status dan penampilan. Jujur sebenarnya aku sudah muak dengan tittle ‘Mr.Perfect’ yang mereka sematkan padaku dan juga pada Minseok. Aku sangat sadar aku bukanlah sosok sempurna. Aku juga memiliki kekurangan. Begitu pula dengan Minseok. Mungkin hal ini juga yang menyebabkan temanku di sekolah hanya Minseok yang tak lain juga merupakan sepupuku. Ibuku adalah adik kandung Ayah Minseok sehingga sejak aku lahir pun Minseok sudah ada dikehidupanku.
“Bibi, Curry satu dan nasi goreng seafood satu.” Minseok memesankan pesanan untuk kami berdua. Tanpa aku berkata pun Minseok sudah sangat paham menu apa yang ‘boleh’ kumakan. Ya, aku memiliki alergi akut pada seafood sejenis udang-udangan sehingga tentu saja aku tidak boleh memakannya sedikitpun.
Setelah pesanan kami siap, kami pun menuju meja favorit kami. Hm, sebenarnya sih itu meja favoritku karena gadis itu selalu makan siang di situ sendiri. Sejak kelas satu ini telah menjadi kebiasaanku, duduk makan siang bersamanya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku hanya makan dan melihatnya makan tanpa memperdulikan keberadaanku.
Manik mata berwarna keabu-abuan terang miliknya sedari tadi tak lepas dari perhatianku. Tatapan kosong namun terlihat begitu lembut dan menawan miliknya tersebut begitu indah. Aku sungguh tidak habis pikir bagaimana mungkin Jesus mengirimkan bidadari secantik ini ke Bumi? Bidadari yang special.
-
Bel tanda pulang berbunyi dengan nyaringnya di ikuti teriakan kegembiraan teman sekelasku yang memekakkan telinga, seketika itu aku langsung mengarahkan pandanganku pada sang bidadari yang menutup kedua kelopak matanya dan juga kedua telinganya. Sungguh aku ingin berlari menghampirinya dan menggantikan kedua tangannya untuk menutupi telinga berharganya dari kerasnya suara-suara tersebut.
Dalam hitungan menit kelas kami telah kosong dan hanya menyisakan aku, Minseok, dan bidadariku. Jemari-jemari indahnya merogoh kedalam bagian tasnya dan kemudian mengeluarkan tongkat lipat berwarna putih dengan garis tipis berwarna merah miliknya. Lagi, aku sungguh ingin menghampirinya dan meraih tangannya. Menjadi kompas untuknya seorang namun apa daya aku selalu teringat akan perkataannya waktu itu. Perkataan yang membuatku harus menahan diri dan hanya mengawasinya dari kejauhan selama dua tahun terakhir ini.
Ia terus melangkah diban
Comments