Bagian 1

Benang Merah
Please Subscribe to read the full chapter

~Author POV~

[Wednesday, 12.05pm, PLEDIS Academy, Seoul]

Seoul siang itu tampak seperti Seoul seperti yang biasanya, udara sudah mulai semakin hangat pertanda musim panas akan segera datang. Dan hari itu di kantin PLEDIS Academy juga tampak ramai seperti biasanya, semua siswa berkumpul di satu tempat, meski tidak semuanya menikmati makanan siang mereka melainkan lebih sibuk bercanda dan berbincang satu sama lain, tidak sedikit pula yang lebih memilih makan daripada membicarakan gosip hangat yang sedang beredar di lingkungan sekolah.

Bahkan, ada juga yang sedang sibuk memandangi sesuatu atau seseorang ketimbang mengisi perut dan menghilangkan rasa dahaga karena udara panas, seperti lelaki satu ini.

Berwajah tampan dan memiliki tubuh atletis menjadi nilai plus baginya, dia juga memiliki otak yang cerdas, serta berasal dari keluarga yang terpandang, Choi Seungcheol, kapten tim basket PLEDIS Academy di tingkat senior yang memiliki ratusan fangirl baik dari satu sekolah ataupun sekolah tetangga.

Seungcheol memutuskan melewati jam makan siangnya dengan memperhatikan sosok yang sudah cukup lama ia kagumi. Segelas ice americano setia menemani kegiatan monotonnya, kedua tangannya menggengam smartphone, tetapi matanya terfokuskan pada seseorang yang duduk sendirian disudut ruangan.

“Andai tatapan mata itu bisa membunuh, dia pasti sudah mati hyung.” Ledek lelaki yang sedari tadi duduk disamping Seungcheol, Kim Mingyu.

Tidak berbeda dengan Seungcheol, Mingyu meski masih di tingkat pertama SMA, tetapi sudah memiliki banyak fangirl. Tinggi tubuhnya yang melebihi 186cm serta kemampuannya di bidang olahraga membuatnya lolos masuk di squad inti tim basket PLEDIS Academy.

Seungcheol yang diledek tidak juga kunjung melepaskan pandangan yang sudah lebih dari 10 menit ia pandangi.

”Hyung… kita disini untuk makan, bukan untuk menjadi pengintai mes---AAKKHH!” Belum sempat pemilik tubuh jangkung itu menyelesaikan kalimatnya, pukulan mendarat tepat di bagian belakang kepalanya.

“Kau sendiri dari tadi sibuk bermain game dan sama sekali belum menyentuh makananmu.”

“Setidaknya aku tidak berlagak seperti orang cabul yang tidak henti-hentinya memandang ke mangsanya.”

“Siapa yang kau bilang cabul! Tidak sopan menyebutnya mangsa! Dasar tiang listrik!!” Seungcheol hendak mendaratkan pukulan kedua, tapi langsung mengurungkan niat ketika manik matanya menangkap objek yang sedari tadi ditatapnya pergi dan menghilang di balik pintu kantin.

“Hah~ aku kehilangan dia lagi…” gerutunya.

“Kau memang kehilangan dia sedari awal hyung. Karena kau sama sekali tidak ada usaha lebih dari sekedar memandangnya dari jauh. Cobalah untuk menyapanya hyung, menyapa saja tidak akan membuatmu mati.”

“Aku tidak butuh saranmu, kau ini jadi laki-laki kenapa cerewet sekali sih.”

“Hei! Coups hyung!!! Kau mau kemana?? Tidak makan sama sekali? Ice americano mu masih utuh!! Boleh untukku ya?? Hyung!!” dan lelaki bertubuh tinggi itupun ditinggal begitu saja.

 

~ Seungcheol’s POV~

Lagi-lagi aku kembali hanya memandangnya dari jauh, lagi-lagi… aku tidak bisa mendekatinya. This stupid crush of mine really turns me into a coward.

Yoon Jeonghan. Siswa kelas sebelah yang juga satu angkatan denganku, I have a crush on him. Well… dia tidak kalah tenarnya denganku. Siapa di sekolah ini yang tidak mengenal dia? Yoon Jeonghan yang selalu masuk tiga besar di setiap peringkat akhir semsester, pernah membawa sekolah ini mendapatkan juara pertama di olimpiade matematika dan fisika. Yoon Jeonghan si jenius pemilik rambut panjang yang indah dan juga terkenal akan karakternya yang introvert.

Tidak tahu kapan tepatnya aku mulai menyadari bahwa sepertinya aku menempatkan dia di tempat yang special di hatiku. Awalnya aku hanya kagum karena dia begitu pandai, tidak pernah sedikit pun membuat masalah, dan dia tipikal siswa yang hanya datang ke sekolah untuk belajar. Lambat laun, rasa kagum ini berubah menjadi lebih dari itu. Mataku mulai secara otomatis akan mencari sosoknya dimanapun aku berada di sekolah ini, aku bahkan sengaja mampir ke perpustakaan hanya untuk melihatnya. Setidaknya, aku harus melihatnya satu kali dalam sehari. Tetapi setiap melihatnya, aku masih tidak memiliki keberanian untuk berbicara dengannya.

Dan aku pun menarik-narik kesal rambutku, menendang tembok dan mengumpat. Kenapa begitu susah untuk mendekatinya!!!

“Yo Coups! Whatsup!”

Suara Joshua mengembalikanku dari narasi frustasiku tentang Jeonghan.

“Oh, Shua-ya.”

“Woah bro… kenapa kau hari ini? Kau terlihat … sedikit berantakan?”

“Tidak ada apa-apa, hanya sedang banyak pikiran.”

“Banyak pikiran? Seperti memikirkan Jeonghan?” ucapnya, dan aku pun secara otomatis melototkan mata ke arahnya.

Ya, hampir semua sahabatku tahu bahwa aku mulai memiliki rasa ke Jeonghan, dan aku mulai khawatir jika saja mulut ember sahabatku yang satu ini sudah mengatakan pada Jeonghan tentang prasaanku.

Joshua, atau Hong Jisoo adalah ketua OSIS di sekolah ini dan dijuluki Mr. Perfect, siswa yang selalu berada di peringkat atas setiap semester. Posisi ini yang membuatnya mudah akrab dengan guru juga siswa-siswi sekolah ini, tak terkecuali Jeonghan. Jangan tanya aku iri atau tidak, tentu saj

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet