Five

White Lotus

Angin musim semi yang berbau wangi oleh semerbaknya bunga sakura yang telah bermekaran, sungguh merupakan keindahan yang meresap ke dalam hati Sunggyu. Dia berdiri di muka jendela ruang tamu dan membiarkan pipinya dielus hembusan angin.

Hari itu hari yang entah keberapa dia tinggal di rumah baru yang dibeli Woohyun, yang nyatanya bukan sebuah rumah atau apartemen kecil tetapi sebuah rumah yang cukup besar walaupun tidak sebesar milik Song ahjussi, bahkan rumah ini memiliki sebuah taman kecil di halaman belakang dan depan rumahnya. Dan juga kenyataan yang cukup mengejutkan Sunggyu, Woohyun tidak mencicil rumah tersebut.

Sunggyu menatap tanaman yang telah ditanamnya bersama Woohyun dan telah berkembang disana sini dan rumput di halaman yang terlihat subur karena perawatan yang tepat. Mata Sunggyu terkatub menikmati sore yang indah itu. Dia menantikan Woohyun pulang dari luar kota. Woohyun telah mengatakan bahwa sore itu ia akan pulang kerumah.

Suara mobil yang masuk ke halaman melebarkan mata sipit Sunggyu yang semula setengah mengatub. Ferrari merah berhenti disamping teras. Sunggyu sudah dapat menduga siapa yang datang. Kalau tidak Seunghyun atau Sehyun. Kedua sepupu Woohyun itu sering datang. Alasannya karena ingin menengok, tetapi yang sebenarnya adalah keberadaan kakak beradik yang tinggal di sebelah rumah. Mengingat hal itu Sunggyu tersenyum sendiri.

Namun tiba-tiba senyuman itu menguap entah kemana ketika dia melihat siapa yang turun dari mobil itu. Bukan Seunghyun bukan pula Sehyun. Yang turun dengan ragu itu adalah Woojoon! 

Sunggyu terpaku ditempatnya. Betapa inginnya dia, dunia ini tiba-tiba kiamat atau setidaknya ada gempa bumi yang dapat menenggelamkan dirinya masuk ke belahan bumi terdalam agar tidak perlu melihat namja yang tak ingin dilihatnya itu.

Tetapi ternyata tidak ada kiamat, tidak ada gempa bumi. Yang ada adalah Woojoon yang berjalan menghampirinya begitu masuk ke dalam pintu yang terbuka. Tangan namja itu terulur kearahnya.

"Apa kabar Sunggyu?" Suara Woojoon yang menyapanya terdengar seperti sembilu yang mengiris isi dadanya. 

Apa kabar? Aduh! Enak sekali dia bicara seperti itu, seakan tidak pernah ada sesuatu yang terjadi. Seakan antara dirinya dan dia hanya ada hubungan kenalan biasa!

Sunggyu tidak kuasa menyambut uluran tangan itu, bahkan juga tidak menyahut sapaan tamunya. Dia tetap berdiri kaku di tempatnya. Dadanya dipenuhi dengan berbagai perasaaan.

Woojoon menarik tangannya kembali dan jatuh terkulai disisi tubuhnya. Dia merasa tidak enak.

"Boleh saya duduk?' tanya pelan.

Sunggyu masih membisu. Dan Woojoon yang tidak mendapat tanggapan dari Sunggyu memilih duduk di kursi yang agak jauh dari tempat Sunggyu berdiri.

"Bisakah saya bertemu dengan Woohyun?" tanya Woojoon agak gugup.

"Woohyun tidak ada dirumah" jawab Sunggyu akhirnya. Kemudian diam. 

"Sunggyu.. Aku tahu kedatanganku ini tentu tak kau harapkan sama sekali. Mianhe. Tetapi Sunggyu, kau harus mengingat bahwa antara aku dan Woohyun terjalin hubungan yang erat karena kami merupakan saudara kembar. Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengannya, sejak dia berangkat ke Jepang. Sekarang, ketika aku berada di Seoul, kupakai kesempatan ini untuk bertemu dengannya. Aku sangat rindu.." kata Woojoon menjelaskan kedatangannya.

Menoleh pun tidak. Matanya lurus menatap ke langit, seakan apa yang dilihatnya itu jauh lebih penting daripada kehadiran tamunya.

"Sunggyu.." panggil Woojoon, merasa semakin risih. Dia cukup mengenal Sunggyu, namun sikap dingin seperti yang ia lihat sekarang baru kini disaksikannya.

Sunggyu masih belum menoleh. Dia masih asyik dengan pemandangan di depannya.

"Sunggyu, aku memang telah berbuat yang tidak sepantasnya kepadamu, kepada keluargamu. Aku telah berdosa. Saat itu aku seperti orang yang tidak waras, lupa segalanya, lupa pada tanggung jawab, lupa akan perasaan orang lain, yang kupikirkan saat itu adalah gelora perasaan bahwa Key bertekuk lutut dan memohon aku menerima kembali. Dan membuat indahnya cinta kami yang berkobar dulu kembali menguasai hatiku. Aku lupa diri Sunggyu. Namun seperti sudah suratan hukum alam, apa yang mudah menyala juga mudah padam, aku mulai menyadari bahwa Key bukanlah istri idaman. Asal kau tahu, aku benar-benar menyesali segalanya" Woojoon menarik nafas sebentar.

"Yang ku minta dari mu sekarang adalah pemberian maafmu, pengertianmu, karena sekarang kenyataan bahwa suamimu adalah saudara kembarku, kita akan sering bertemu. Dan aku tidak ingin ada ganjalan tak enak di antara kita"

Suara Woojoon yang bernada permohonan menyebabkan Sunggyu menoleh. Alangkah mudahnya seseorang bicara dengan nada semacam itu. Tidakkah dia tahu bahwa sebilah pedang telah ditancapkan ke dadanya?

"Dapatkah kau memberi maaf kepadaku?" ulang Woojoon

Sunggyu menarik nafas panjang. Ditekannya gejolak di dadanya.

"Memberi maaf itu mudah. Tetapi melupakan sesuatu yang telah membuat diri terasa terhina? Melupakan bagaimana orang tua merasa terpukul?" sahut Sunggyu pelan tapi tajam "Itu sulit!"

Woojoon tercekat. Demikian terlukanya kah Sunggyu akibat tindakannya?

"Ap-apakah kau demikian terlukanya Sunggyu?" tanya terbata.

"Terluka?" tawa Sunggyu dengan suara meninggi.

"Kalau kau tanya tentang luka, rasanya tidak ada lagi bagian hatiku yang masih tersisa untuk merasakan luka itu"

"Aku tak menduganya" desis Woojoon

"Tak perlu diduga!" dengus Sunggyu

"Mianhe, aku datang bukan dengan maksud membuka luka dihatimu kembali. Aku datang selain rindu kepada Woohyun, aku juga mengharapkan uluran maaf darimu. Dan dengan tulus, aku mengharapkan kalian berdua berbahagia" kata Woojoon

Sunggyu memalingkan kepalanya ke tempat lain. Betapa mudahnya bicara! Mengharapkan kebahagian diatas puing-puing yang dibuatnya dan menyilakan orang lain berbahagia diatasnya! Kemana otaknya?

"Sunggyu.. Aku menyesal.. Kelihatannya kau tidak.. Berbahagia?" tanya Woojoon perlahan.

"Kau masih bisa berkata tentang kebahagian?" sembur Sunggyu

"Mianhe Sunggyu. Tulus, aku menginginkan kau dapat berbahagia" sambung Woojoon

"Apakah itu mudah? Apakah kau pikir aku maupun Woohyun tidak mempunyai perasaan sehingga bisa saja dilenturkan kekiri dan kekanan sesuai dengan keinginan orang lain. Semoga bahagia.. Semoga bahagia.. Berbahagialah kalian.. Oh.. Alangkah mudahnya orang bicara!"

Woojoon terdiam. Ruang itu menjadi sepi kembali. Hari sudah semakin sore, senja sudah menguakkan pintu.

"Sunggyu.." panggil Woojoon yang merasa bersalah

Tidak ada sahutan dari Sunggyu. Ia masih lebih memperhatikan keadaan diluar daripada mendengar suara Woojoon.

"Rupanya aku telah menghancurkan dirimu" kata Woojoon, mengakui kesalahannya.

Sunggyu berbalik dan berdiri menatap Woojoon. Matanya memerah.

"Bukan cuma diriku. Tetapi semuanya! Masa depanku, kehidupanku, masa mudaku, segalanya!"

Mata Woojoon tak berkedip menatap wajah Sunggyu yang saat itu memancarkan kepedihan. 

Sunggyu merasa tak ada artinya. Segala kemarahan, dendam dan sakit hati yang tertuju kepada namja didepannya itu, yang ingin ditumpahkannya ternyata hanya sekian saja yang keluar. Betapa dia ingin mengeluarkan semuanya. Sakit hatinya, penderitaanya, terhinanya, pernikahannya yang tidak wajar. 

Namun apa yang terjadi? Dia hanya sanggup mencetuskan sebagian kecil saja, seolah apa yang dirasakan selama ini tidak membekas dihatinya.

"Sunggyu.. Aku menyesal sekali. Jika saja aku tahu bahwa kau menderita karena diriku, biarpun dewi cinta sendiri yang menggodaku, aku tidak akan meninggalkanmu. Jika saja aku tahu demikian besar cintamu padaku.." keluh Woojoon murung

"Itu bukan sebabnya!" teriak Sunggyu memutuskan bicara Woojoon.

Kembali wajahnya menjadi merah padam. Lalu lanjutnya setelah melepaskan nafas yang tersangkut "Kau tahu Woojoon, bahwa bagiku, cinta itu sama seperti sampah! Jangan bicara soal satu itu!"

Kemarahan Sunggyu telah ditanggapi salah oleh Woojoon. Dia mengira bahwa kehancuran hati Sunggyu lebih banyak didasari karena cintanya. Sabar ditunggu hamster betina yang sedang mengeluarkan amukannya itu.

"Apapun arti cinta bagimu, aku mengharapkan kau dan Woohyun dapat membawa rasa cinta kedalam pernikahan kalian.."

"Jangan mengikutkan nama Woohyun" kata Sunggyu memotong "Namanya terlalu suci untuk terlibat dalam permasalahan kita"

Woojoon tersenyum tipis. Dia tidak berani lagi bicara, khawatir Sunggyu akan semakin terluka. Bagaimana pun juga, dia datang bukan untuk tidak meributkan hal yang telah lewat. Tetapi Sunggyu masih belum puas. Dia masih menambahkan.

"Kurasa kau tidak akan pernah melakukan seperti apa yang telah dilakukan Woohyun demi saudara kembarnya. Dia bukan manusia yang bisa tersenyum diatas kepala orang yang diinjaknya!"

Wajah Woojoon sedikit berubah mendengar kata-kata tajam itu. Namun dia diam saja. Dilemparkannya pandangannnya keluar. Perasaannya galau. Dia tidak mengingkari dirinya bahwa sejak pertama kali melihat Sunggyu tadi, dia tahu bahwa dia masih mencintai Sunggyu, walaupun Key telah merebut sebagian besar kehidupan cintanya. 

Lama ruang itu menjadi sepi. Dan Sunggyu yang telah dapat menenangkan perasaannya berusaha mengembalikan akal sehatnya. Tidak ada gunanya membangkitkan masa lalunya. Hanya akan menambah luka saja. Bagaimana pun juga kini dia adalah istri Woohyun. Istri yang sah.

"Rasanya.. Tak perlu lagi kita bahas hal yang telah lewat" kata Sunggyu "Silakan duduk dengan enak, Woohyun sebentar lagi pulang"

Woojoon melirik jam tangannya.

"Jam berapa kira-kira dia akan pulang?"

"Sekitar jam setengah 6 atau jam 6?" jawab Sunggyu

Sekarang jam menunjukan pukul 18.35. Sunggyu melirik jam di ruang tamu. Dan dia bermaksud meninggalkan Woojoon sendiri. Tetapi Woojoon masih bicara.

"Kau yakin? Tidak ada perubahan jam pulang?"

"Selama dua bulan lebih menjadi istrinya, Woohyun selalu menepati janji sampai hal terkecil. Jika sampai ada sesuatu yang berubah, dia akan berusaha memberitahuku!" sahut Sunggyu tegas

Selintas wajah Woojoon berubah menjadi merah. Dia merasa tersindir. Dibiarkan Sunggyu menghilang dari hadapannya. Sambil menarik nafas panjang matanya mengedar ke seputar ruangan. Apa yang terlihat matanya jelas menunjukkan bahwa dalam bidang karier dan materi, Woohyun lebih unggul darinya. Woohyun memang orang yang rajin. Adanya seorang istri sepertinya menambah semangat seorang Nam Woohyun. Lantas Woojoon berpikir tentang dirinya. Dalam hal percintaan, dia memang dapat menepuk dada. Tetapi apalah artinya kini, dengan seorang istri yang telah menyita seluruh dirinya. Key selalu minta diperhatikan. Dia memang seperti kucing yang manja. Ya key merupakan seorang kekasih yang menawan tetapi belum dapat dikatakan istri yang menawan. 

Woojoon mengeluh. Dia bangkit dari duduknya, berusaha melenyapkan pikiran tentang Key. Key memang tidak materialistis, namun lingkungan hidup masa lalunya sebagai anak orang kaya telah menuntut banyak dari Woojoon. Dan sebagai puncak ketegangan rumah tangganya, dia  mencoba merubah kehidupannya dengan menghubungi pamannya yang telah banyak menolong Woohyun. Song ahjussi amat menyayangi keponakan kembarnya itu, dan siap mencarikan jalan.

Suara seseorang yang sedang mengaduk gelas di dapur menyebabkan Woojoon datang melihatnya. Sunggyu sedang membuat kopi. Sunggyu pura-pura tidak melihatnya.

"Rumahmu bagus dan pengaturannya menarik" suara Woojoon memasuki telinganya. Sunggyu menoleh sebentar dan meneruskan pekerjaanya kembali.

"Terima kasih" sahutnya tanpa nada

Woojoon memperhatikan Sunggyu yang sibuk mengatur hidangan di sebuah piring. Sunggyu kelihatan lebih cantik dan manis dari pada sebelumnya. Dan tanpa sadar Woojoon meneliti bentuk tubuh Sunggyu, mencari sesuatu berbeda dari Sunggyu yang dikenalnya dulu. Apakah telah ada perubahan dalam tubuh Sunggyu? Dua bulan pernikahan, seharusnya sudah sanggup menghasilkan buah cinta. Dan Woojoon sangat mengerti bahwa dibalik ketenangan Woohyun terdapat darah yang sama panasnya dengan dirinya.

Sunggyu melirik ke arah Woojoon. Dia melihat tatap mata Woojoon. Tanpa diundang wajahnya memerah. Benci berbaur dengan kenangan masa lalu yang melintas dihatinya dan untuk sesaat dadanya bergetar. Kenangan itu menyakitkan.

Dulu, jika mata Woojoon meneliti dirinya, sudah dapat dipastikan Woojoon akan menariknya ke dalam pelukannya.

"Silakan diminum. Ini kebetulan ada kue. Cicipilah" kata Sunggyu tergesa-gesa, memutuskan pikiran tentang masa lalunya.

"Terima kasih" sahut Woojoon.

Lagi-lagi pikirannya melayang kerumah. Key belum pernah melayaninya seperti itu. Dan tanpa dicegah lagi Woojoon terus memperhatikan gerak gerik Sunggyu yang membuat Sunggyu risih dan kesal. Sunggyu ingin sekali menyingkir. Maka begitu Woojoon memindahkan pandangannya ke arah gelas kopi yang diletakkan Sunggyu didekatnya. Sunggyu lekas-lekas berlalu dari tempatnya menuju kamar tidurnya.

Untuk beberapa lamanya Sunggyu tidak tahu mau berbuat apa. Dia berdiri mematung di tengah kamarnya. Pikirannya kacau. Apakah Woojoon tadi melihat isi kamarnya? Pintu kamar itu terkuak tadi. Dan pasti melihat bukan satu tempat tidur besar sebagaimana tempat tidur pengantin baru melainkan dua tempat tidur yang dibatasi meja kecil dengan lampu duduk diantaranya.

Woohyun telah memikirkan segalanya hingga jauh. Dia tahu bahwa pernikahan mereka yang tidak wajar menyebabkan rasa risih dan canggung di hati mereka berdua jika terus tidur di satu tempat tidur besar, tapi tidak mungkin juga berpisah kamar, bagaimana jika ada sanak saudara yang menginap, bisa terkuak segalanya. Sunggyu menerima pengaturan itu dengan rasa syukur. Mereka melengkapi kamar itu dengan dengan indah. Dan Sunggyu merasa puas menatap keindahan kamarnya. Tetapi kini dengan murung dia menatap kedua tempat tidur itu. Untuk pertama kali dalam kehidupan rumah tangganya dia merasa bahwa tempat tidur terpisah itu merupakan suatu kesalahan. 

Dan anehnya dia sendiri tidak tahu bagaimana memperbaiki kesalahan itu kecuali ingin menutupi kenyataan itu dari mata Woojoon

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mpreggoland
#1
Chapter 5: aish~
gari_chan #2
Chapter 4: ihh thor keren bgt kata"nya
gari_chan #3
Chapter 4: ihh kata"nya thor keren bgt
imsmlee86 #4
Chapter 4: Bahasanya keren banget sumpah, coba kalau sastra sekolah aku kayak gini xD can't wait for next chappie~!
strawberrymilk_
#5
Chapter 3: Gue jadi kasian sama woohyun huhu
Sabar banget dia hinggg
Yg sabar ya mas woohyun
gari_chan #6
Chapter 3: yak kenapa pas bgt tbcnya begitu, panjangan lagi lah thor penasaran woohyun ngapain begitu
mpreggoland
#7
Chapter 2: aku suka! update lagi~ ^^
gari_chan #8
Chapter 2: kepo sama pas mereka nikah dan setelah nikah, apakah perasaan sunggyu berubah
gari_chan #9
Chapter 2: kepo sama pas mereka nikah dan setelah nikah, apakah perasaan sunggyu berubah
imsmlee86 #10
Chapter 1: Untung yang nyebelin woojoon bukan woohyun, tapi kalau seandainya digantiin woohyun, orang" tetap kenalnya dia sebagai woojoon dong?