Two

White Lotus

"Eomma!" Tiba-tiba suara di ambang pintu mengejutkan mereka semua.

Seorang namja gagah dengan wajah tampan berdiri ragu dihadapan mereka.

"Woohyun!" Seru Nyonya Nam, hampir berbarengan dengan suaminya. Dah entah siapa yang lebih dulu melontarkan diri, tahu-tahu pemuda itu telah berada di dalam pelukan Nyonya Nam.

"Kapan datang Hyun? Kenapa menyusul kemari? Siapa yang memberitahu bahwa kami ada disini? Bagaimana keadaanmu?" Tanya Nyonya Nam bertubi-tubi tanpa peduli siapa pun juga.

Tuan Nam melepaskan namja bernama Nam Woohyun itu dari pelukan istrinya dan memeluknya sesaat untuk kemudian dihelanya lembut kearah Tuan dan Nyonya Kim.

"Ini anak kami Woohyun" kata Tuan Nam mengenalkan  namja itu kepada tuan dan nyonya rumah yang memandang adegan tadi dengan bingung. Keduanya menerima sapaan Woohyun dengan mata tidak berkedip.

Nyonya Nam menyadari tatap mata itu. Dia tersenyum tipis.

"Dia adalah saudara kembar Woojoon" Nyonya Nam menerangkan.

"Oohh... pantas mirip sekali" cetus Nyonya Kim.

"Yang berada di jepang?" Tanya Tuan Kim

"Ya" Sahut Tuan Nam

"Duduklah" Nyonya Nam menyilahkan

"Terimakasih" balas Woohyun

"Kapan datang?"

"Baru saja. Dan baru kemarin saya menginjakkan kaki kembali di seoul" jawab Woohyun tersenyum. Mata namja itu ikut tersenyum ketika tersenyum.

"Apakah pekerjaan mu disana sudah selesai?" Tanya Nyonya Kim.

"Sebenarnya masih setengah tahun lagi, tetapi berhubung adanya perubahan, maka saya mengajukan permohonan untuk ditarik kembali ke Seoul dan kebetulan diijinkan. Tapi tentu saja itu disamping urusan pribadi, maksud saya urusan keluarga. Saya ingin menghadiri..." Woohyun menghentikan bicaranya.

Dilarikannya pandangan matanya ke atas meja. Ia teringat apa yang baru saja terjadi tadi. Karena begitu tiba di rumahnya di Jeonju, ia sudah dihujani dengan cerita-cerita tentang Woojoon. Woohyun jadi tahu bahwa kedua orang tuanya sedang membawa persoalan ke hadapan calon besannya.

Dan tadi, sebelum masuk kedalam ruang tamu, dia telah mendengar sebagian besar pembicaraan yang keluar dari dalam. Woohyun yang semula hanya menyusul dengan maksud ingin mendampingi orang tuanya, tidak berani masuk dalam suasana seperti itu. Dia lebih memilih untuk menunggu diteras.

Dadanya dipenuhi pergolakan. Dia begitu menyayangi saudara kembarnya. Tetapi kecewa terhadap saudara kembarnya. Umur mereka hanya berbeda setengah jam, tetapi sifat dan watak mereka jauh berbeda.

Namun dalam selera mereka tidak berbeda jauh. Apa yang disukai Woohyun disuka Woojoon pula. Bahkan keduanya sama-sama jatuh cinta dengan seorang namja yang sama. Watak Woohyun yang hati-hati dan watak Woojoon yang agresif telah menyebabkan Kibum alias Key lebih dulu masuk kedalam pelukan Woojoon. Dan Woohyun bersikap sportif, memilih mengundurkan diri dalam persaingan demi saudara kandung sendiri. Tetapi itu tidak mudah. Hubungan Woojon dan Key yang setiap saat semakin akrab dan mesra, telah mengikis pertahanan hatinya. Mengakibatkan Woohyun memilih untuk menerima pekerjaan di Seoul dari sang pamana sampai akhirnya dia dipindahkan ke Jepang.

Namun Woohyun tidak buta sama sekali tentang kejadian-kejadian dirumahnya. Dia tahu pula jika Woojoon telah putus dengan Key, dan kemudian juga berita pernikahannya dengan namja bernama Sunggyu. Dan sebagai saudara kembar, Woohyun merasa wajib menghadiri pernikahan Woojoon. 

Namun apa yang dilihat dan menjadi kenyataan sungguh amat berbeda dengan apa yang ia bayangkan. Segala perasaan bergumul di dadanya. Iba, kecewa, dan tanggung jawab berputar diotaknya.

Dia dapat memahami kesulitan keempat orang di hadapannya itu. Dia dapat mengerti sampai hal yang sekecil-kecilnya. Dan akhirnya, setelah tiba di puncaknya, pengertiannya itu, kepahamannya itu, secara lambat tetapi mantap telah mengobarkan rasa tanggung jawab dalam dirinya. Itu lah mengapa tanpa berpikir lebih jauh lagi. Woohyun langsung masuk kedalam, menerjunkan dirinya kedalam kancah pembicaraan keempat orang itu.

***

Nyonya Nam tersenyum pahit menatap wajah putranya. Dia maklum bahwa Woohyun sudah mendengar berita tentang gagalnya pernikahan yang akan diadakan tidak lama lagi.

"Sungguh saya tidak pernah mengira Eomma" kata Woohyun perlahan

"Itulah Hyun, apa yang telah dicorengkan ke wajah kita oleh saudaramu" sahut Nyonya Nam mengeluh. "Tidak akan ada pernikahan. Yang ada hanyalah rasa malu dan kecewa"

Woohyun menatap wajah Eommanya. Gurat-gurat kesedihan jelas tergambar di wajahnya yang mulai menua.

Ruang itu menjadi senyap dengan tidak adanya tanggapan suara dari yang lain. Kabut murung menyelimuti suasana dan menekan perasaan. Woohyun menjadi tidak tahan.

"Apakah belum ada jalan keluar yang baik?" tanya dengan suara pelan. 

Kesunyian ruang itu tidak dapat menutupi kepelanan suaranya. Keempat pasang telinga dalam ruang itu jelas mendengar pertanyaannya.

"Eopso!! Tidak ada jalan yang baik. Semua tertutup." Kata Tuan Nam menyahut kata-kata Woohyun.

Suaranya terdengar kasar setelah mendengar nada suara Woohyun yang lembut dan dalam itu.

"Apakah sudah demikian buntu?" Woohyun bertanya lagi

"Eomma sudah mengusulkan akan mengunjungi setiap rumah yang diberi undangan untuk menjelaskan persoalan sebenarnya, tetapi tidak ada yang setuju" sahut Nyonya Nam mendahului suara lain.

"Andwe! Itu akan sulit. Undangan bukan hanya dikirimkan ke dalam kota, tetapi keluar kota juga. Dan apa yang akan kau lakukan akan menimbulkan banyak dugaan yang bukan-bukan" selang Tuan Nam.

"Dan kita tinggal menunggu saat dimana kita akan menjadi bahan tertawaan" sambung Tuan Kim, lebih pahit.

"Itu tidak akan terjadi. Saya akan memikul tanggung jawab yang seharusnya dipikul Woojoon" kata Woohyun tiba-tiba. Suaranya seperti menggelegar dalam ruangan itu dan mengejutkan keempat orang tua itu.

"Mwo?! Apa maksudmu Hyun?" tanya Nyona Nam dengan alis berkerut.

"Teruskan segala rencana tentang pesta pernikahan itu. Saya yang akan mengambil alih , menggantikan tempat Woojoon" sahut Woohyun dengan nada tegas.

Membuat keempat orang tua itu ternganga ketika mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut Woohyun.

"Kau, Kau, sadar Hyun?" tanya Nyonya Nam gagap.

"Nde! Aku sadar Eomma" jawab Woohyun pasti.

"Tetapi? Tetapi bagaimana ini?" tanya Nyonya Kim bingung

"Saya tidak menyetujui adanya unsur pengorbanan dalam hal ini. Pernikahan bukan suatu tempat untuk coba-coba ataupun untuk alat menghindari malu" sela Tuan Kim menimpali kata-kata sang istri.

"Memang bukan. Saya telah memikirkan hal itu secara matang dalam keadaan sesadar-sadarnya. Saya telah melihat jauh kedepan pula. Saya akan menikahinya. Tetapi saya tidak akan mengikatnya. Hanya saja setelah pernikahan, saya akan memboyongnya ke Seoul. Dan setelah itu, jika dia menghendakinya, kami akan bercerai dalam waktu yang ia inginkan." sahut Woohyun tegas.

"Kau sendiri Hyun?" tanya Tuan Nam terharu

"Sudahlah Appa jangan memikirkan aku. Aku seorang namja. Dan semuanya akan saya rasakan dan jalankan dengan santai-santai saja meski juga tidak dengan maksud main-main" jawab Woohyun dengan tersenyum manis.

"Kau belum pernah melihat Sunggyu" cetus Nyonya Kim

"Nde.. Tapi itu tidak masalah" sahut Woohyun dalam senyum manisnya, semburat warna merah meronai wajahnya.

"Biasanya apa yang menjadi pilihan Woojoon pasti akan menjadi pilihan saya juga"

Hening melingkupi ruang itu. Semua meresapi kejadian baru ini. Baru beberapa waktu kemudian Nyonya Kim bersuara.

"Bagaimana?" tanya kepada yang lain.

Dari nada suaranya terdengar bahwa perempuan itu menyetujui usul Woohyun. Dan memang dihati Nyonya Kim, telah dilumuri rasa manis melihat sikap dan tutur bahasa Woohyun. Apa yang dilihatnya dalam diri namja itu, terlihat lebih baik  dari apa yang dilihat dalam diri Woojoon.

"Jadi.. Kau setuju?" tanya Tuan Kim dengan dahi berkerut.

"Aku.. Aku pribadi setuju. Tapi kan bukan aku yang menjalaninya." jawab Nyonya Kim bimbang.

"Aku ingin mendengar pendapat Eomma dan Appa" kata Woohyun menengahi.

"Saya pribadi juga setuju, sebab apalagi yang dapat kita lakukan?" kata Tuan Nam memberikan pendapatnya.

Sedangkan Nyonya Nam masih menatap mata Woohyun. Dia melihat ketulusan dalam sinar matanya. Tiba-tiba hatinya sebagai seorang ibu dilimpahi dengan sesuatu yang teramat manis. Woohyun harus bahagia. Dan Nyonya Nam yakin bahwa Sunggyu akan sanggup membahagiakannya. Nyonya Nam sudah mengenal Sunggyu dengan segala sifat dan kebaikannya.

"Saya setuju!" sahutnya kemudian tanpa ragu.

Kini tinggal menunggu suara Tuan Kim. Tetapi lelaki itu sedang melabuhkan pandangannya keluar jendela. Kedua belah bibirnya bertaut rapat.

"Jadi bagaimana dengan mu?" tanya Nyonya Kim tak sabar.

Kini Tuan Kim menoleh, memandang mereka bergantian.

"Kalau itu dianggap sebagai jalan yang terbaik. Apa boleh buat. Saya tak punya pilihan lain. Cuma satu permintaanku, aku hanya setuju jika Sunggyu tidak keberatan" katanya kemudian dengan suara lemah.

"Itu sudah tentu. Justru pendapat dialah yang terpenting." sahut Woohyun tersenyum.

"Jja.. Hanya tinggal menunggu suaranya. Tolong panggilkan dia" perintah Tuan Kim kepada istrinya.

"Jangan sekarang. Ini terlalu mendadak untuknya. Saya menginginkan suasana yang lebih tenang dalam dirinya. Dialah yang paling menderita.." cegah Woohyun lekas-lekas. Dan ketika dia masih ingin  berbicara.

Tiba-tiba pintu kamar Sunggyu terpentang dengan suara keras. Sunggyu berdiri diambang pintu. Wajahnya kelihatan pucat. Rambut berantakan dan matanya yang membengkak. Jelas perasaannya benar-benar terpukul. Dan jangan lewatkan airmata yang masih mengalir membasahi pipinya.

"Itu tidak perlu, saya sudah dapat menjawabnya sekarang! Dan saya mau menikah dengan siapa saja, saya tidak peduli.. asal bukan Woojoon" Katanya dengan suara bergetar.

"Sunggyu!!" keluar Nyonya Kim sedih, Sunggyu menoleh kearah Eommanya.

"Eomma tidak perlu khawatir. Aku masih ada dalam batas waras. Aku telah mendengar hampir seluruh percakapan dan pertentangan kalian. Dan setuju pada jalan keluar yang terakhir. Saya akan menikah. Apa beda saya menikah sekarang atau nanti? Toh saya sudah setengah janda.." katanya dengan suara getir yang amat menyentuh hati

"Pernikahan bukan tempat untuk melampiaskan rasa sakit hati, Sunggyu.." tegur Tuan Kim  dengan suara lembut. Lelaki itu sangat menyayangi anak tunggalnya.

Woohyun menoleh kearah Sunggyu, "Anda tidak boleh berkata seperti itu"

"Saya tidak menganggap bahwa pernikahan ini sebagai balas dendam. Tetapi saya sulit menghilangkan perasaan bahwa saya ini seperti benda tak berharga, dioper kesana kemari.." sahut Sunggyu perlahan.

"Animida! Itu tidak benar, jika saja anda tahu pernikahan ini lebih menguntungkan bagi diri saya. Ketahuilah, sampai umur dua puluh tujuh ini saya belum juga memiliki kekasih meski besar sekali keinginan saya untuk menikah!" sanggah Woohyun.

Sunggyu melayangkan pandangannya ke arah sumber bicara. Untuk sekejap hatinya berdesir. Namja ini mirip sekali dengan Woojoon. Namun terlihat olehnya perbedaan dalam senyum dan mata itu. Mata Woohyun terlihat lebih kelam dan teduh, seperti telaga yang sejuk. Dan senyumnya berisikan ketulusan.

"Anda.. Anda bicara tidak jujur, saya tahu! Namja setampan anda! Namun apa pun juga, saya tetap harus mengucapkan rasa terima kasih kepada anda yang telah bermaksud baik. Dengan begitu.. saya dapat menghibur diri bahwa saya tidak dianggap barang bekas" katanya

Woohyun berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa kagetnya. Dicobanya mengukir senyuman disudut bibirnya.

"Nde.. Memang mungkin saya tidak jujur. Tetapi demi Tuhan, setitik pun saya tidak menganggap anda sebagai barang bekas. Jika saya tidak ingin dianggap lancang, saya ingin menyampaikan apa yang saya pikirkan tentang anda begitu anda keluar tadi. Anda seperti sekuntum bunga teratai. Sulit dipetik, namun seseorang telah mencampakannya ketengah rawa yang berlumpur tanpa menghargai kesuciannya dan keindahannya" kata Woohyun terus terang.

Kelima orang yang mendengar kata-kata Woohyun menarik nafas panjang, hampir bersamaan tanpa mereka sadari. Ungkapan Woohyun tepat sekali. Malam itu Sunggyu hanya mengenakan kaos berwarna putih dengan corak hitam. Seperti teratai ternoda percikan lumpur. Dan wajahnya yang manis ternoda oleh derita yang diterimanya.

Mata Sunggyu menatap Woohyun dengan bingung. Sesaat mata segaris itu bersinar tiba-tiba, tetapi kemudian meredup. Dan setelah itu menjadi basah, Sunggyu terisak. Woohyun kaget melihat akibat perkataanya.

"Mianhe.. Mianhe.. Tetapi itulah yang saya pikirkan dan rasakan. Saya ingin bersikap jujur dan saya tidak ingin Anda merasa sebagai benda tak berharga" kata Woohyun dengan suara lembut.

"Sudah Hyun.. Cukup bicaramu" tegur Tuan Nam menyela.

Woohyun menurut. Dia menyandar kekursi lebih dalam.

"Nde.. Keputusan sudah kita ambil. Sekarang tinggal berdoa dan berusaha agar segalanya berjalan dengan lancar" sambung Tuan Nam pula.

"Sekarang masuklah Sunggyu-ya, istirahatlah" kata Nyonya Nam menimpali. Suaranya lembut keibuan menyentuh hati Sunggyu. Dia mengangguk. Kemudian, secara tiba-tiba sebelum pintu kamarnya tertutup dia berbalik.

"Cuma satu hal yang saya harapkan pengertiannya dari semua. Jangan sesali jika saya membatasi umur pernikahan saya, paling lama setahun pernikahan itu akan berjalan. Setelah itu.. Saya akan bebas" katanya. Dan lalu, sebelum ada yang menyahuti kata-katanya, Sunggyu sudah menghilang dibalik pintu kamarnya. Namun dia masih sempat mendengar suara lembut dibelakangnya.

"Saya akan menuruti apa pun keinginan anda. Saya berjanji!"

TBC

Akhirny update juga, setelah perjuangan panjang.. Karena buat ff ini butuh perjuangan lebih, supaya ga keliatan bocah.. 😥
Sepertinya saya ingin menyerah.. 😟

Jadi minta tolong divomment aja ya.. Terimakasih.. Semoga ga ngebosenin ya..

XOXO Trieriz

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mpreggoland
#1
Chapter 5: aish~
gari_chan #2
Chapter 4: ihh thor keren bgt kata"nya
gari_chan #3
Chapter 4: ihh kata"nya thor keren bgt
imsmlee86 #4
Chapter 4: Bahasanya keren banget sumpah, coba kalau sastra sekolah aku kayak gini xD can't wait for next chappie~!
strawberrymilk_
#5
Chapter 3: Gue jadi kasian sama woohyun huhu
Sabar banget dia hinggg
Yg sabar ya mas woohyun
gari_chan #6
Chapter 3: yak kenapa pas bgt tbcnya begitu, panjangan lagi lah thor penasaran woohyun ngapain begitu
mpreggoland
#7
Chapter 2: aku suka! update lagi~ ^^
gari_chan #8
Chapter 2: kepo sama pas mereka nikah dan setelah nikah, apakah perasaan sunggyu berubah
gari_chan #9
Chapter 2: kepo sama pas mereka nikah dan setelah nikah, apakah perasaan sunggyu berubah
imsmlee86 #10
Chapter 1: Untung yang nyebelin woojoon bukan woohyun, tapi kalau seandainya digantiin woohyun, orang" tetap kenalnya dia sebagai woojoon dong?