Three

White Lotus

Warna lembayung melumuri langit biru diufuk timur, dan embun pagi yang gemerlap seperti mutiara ketika Sunggyu keluar dari rumah besar itu. Dengan langkahnya yang teramat lambat dan pelan dengan pasti menuju kehalaman samping dimana beberapa kursi taman terletak diantara hamparan rumput hijau. Wanginya yang khas menerpa hidung Sunggyu ketika dia duduk menatap sang fajar yang mulai merekah.

Minggu pagi seperti hari itu punya warna tersendiri dalam kehidupan manusia. Tidak perlu bangun terlalu pagi. Mata Sunggyu melayang kearah jendela yang masih tertutup diseberang halaman. Woohyun pasti masih tertidur. Nafasnya turun naik dengan teratur dalam dadanya ketika Sunggyu meninggalkannya tadi.

Sunggyu memejamkan matanya. Namja yang masih tertidur itu adalah suaminya!! Dialah yang membawanya dan menjadikannya salah satu penduduk kota Seoul. Siapa yang pernah mengira? Siapa yang pernah memikirkan bahwa nasib telah merubahnya sedemikian rupa? Siapa yang menduga bahwa bukan Woojoon yang menjadi suaminya? Siapa yang mengira bahwa dia akan meninggalkan semuanya yang ada di Jeonju?

Sunggyu menyadari bahwa dia termasuk beruntung dapat tinggal dirumah sebesar dan sebagus itu ketika menapakkan kaki di Seoul. Song Ahjussi, sepupu dari Tuan Nam sang mertua, merupakan pengusaha sukses. Dan sangat menyayangi Woohyun. Apa yang dipunyainya tidak satu pun yang disimpannya dengan rasa sayang. Woohyun mempunyai hak yang sama dengan anak kandungnya. Dia boleh memakai mobil dan fasilitas lainnya sesukanya.

Dan dia juga tidak perlu tergesa mencari rumah sendiri meski ia telah memiliki seorang tanggungan. Namun jauh disudut hati Sunggyu, dia tetap merasa tidak bahagia. Ada sesuatu yang tidak dimengerti dalam dirinya, bahwa ia merasa hidupnya hampa, dia merasa tidak bahagia.

Masih terbayang dalam ingatannya dua minggu lalu ketika airmatanya runtuh begitu mobil Woohyun melaju meninggalkan kediamannya. Terbayang olehnya bagaimana mata lesu kedua orang tuanya melepas kepergiannya. Saat itu Woohyun memegang tangan Sunggyu dengan sikap hati-hati, dengan mata yang masih fokus menatap jalan dihadapannya.

"Menyesal?" tanyanya, sama hati-hatinya dengan gerakan tangannya.

Saat itu Sunggyu tidak dapat lekas menjawab. Air mata masih terus mengalir di pipinya.

"Apakah sesulit itu menjawab pertanyaan ku?" tanya Woohyun lagi.

Sunggyu menggeleng. Pelan diusapnya airmata yang membasahi wajahnya.

"Rasanya jika aku membubuhkan kata menyesal dikamus hatiku, aku merupakan seseorang yang tidak kenal terimakasih. Tidak Hyun. Aku tidak Menyesal. Kalaupun ada kata menyesal dihatiku, itu hanyalah rasa sesal kenapa nasibku begini.." katanya menyahut.

"Aku mengerti. Maafkan bahwa semua ini adalah usulku" 

"Sama sekali kau tidak bersalah. Justru aku bersyukur tidak terjatuh dalam rasa malu. Cuma.. alangkah enaknya orang yang telah melemparkan tanggung jawab keatas pundakmu itu!"

"Lupakan itu semua. Lupakan juga masa yang telah lalu. Yang kita hadapi adalah masa sekarang dan masa yang akan datang" sahut Woohyun terdengar lembut dan berisikan bujukan dan kali ini dia menatap Sunggyu dan memberikan senyuman setulus mungkin.

Kini, dalam semilirnya angin pagi yang sejuk, Sunggyu kembali merenungkan kata-kata Woohyun dalam mobil. Lupakan segalanya dan lupakan masa lalumu. Tetapi... Dapat kah itu? 

Dapatkah ia melupakan begitu saja bahwa ia telah dibuang begitu saja oleh tunangannya, seakan dia hanya seonggok sampah tak berharga. Dapatkah ia melupakan kegetirannya akibat patah hati yang sudah dua kali ia rasakan? Dan dapatkan ia melupakan bahwa pernikahan yang dijalaninya kini merupakan pernikahan "ajaib".

Sunggyu memejamkan matanya. Masih teringat jelas olehnya sendiri bagaimana dalam ketidaksadarannya karena terlalu dikuasai rasa kecewa dan sakit hati, dia mengucapkan kata-kata tidak perduli mau menikah dengan siapa saja, asal tidak dengan Woojoon. 

Andaikata itu benar-benar terjadi, dia menikah dengan namja mana saja dan bukan Woohyun, apakah pagi itu ia masih dapat tersenyum dan menikmati pagi yang indah seperti ini? Rasanya tidak! Woohyun berbeda dengan namja lain. Hampir tiga minggu mereka terikat pernikahan yang sah, tetapi sekalipun Woohyun tidak berani menyentuhnya.

Baik Sunggyu maupun Woohyun tidak pernah membicarakan hal itu. Namun keduanya seakan telah sepakat lewat sinar mata mereka bahwa pernikahan mereka yang sah belum merupakan jaminan seutuhnya untuk bertindak layak pasangan yang sudah menikah. Ada sesuatu yang sulit diterangkan mengapa perjanjian tak terucap itu seolah timbul dengan sendirinya.

Sunggyu tidak tahu pasti alasan yang ada dalam diri Woohyun, namun ada dugaan dalam hati Sunggyu bahwa itu mempunyai hubungan dengan kata-katanya di saat keputusan akan meneruskan pernikahan yang telah terlanjur diumumkan, bahwa dia membatasi paling lama umur pernikahan mereka hanya sampai setahun saja.

Dan karena itu ia menumbuhkan rasa hormat dan penghargaannya kepada namja yang sebenarnya merupakan suami sah nya itu.

Alangkah mudahnya jika Woohyun ingin mengambil sesuatu yang memang menjadi haknya. Tetapi dia tidak mempergunakannya karena dia menginginkan Sunggyu bebas dari pernikahan dengan dirinya dalam keadaan masih utuh seperti semula.

Sinar lembayung diufuk timur mulai berubah menjadi merah nyala kekuningan. Mentaripun mulai mengambang dilangit biru dengan awan-awannya yang seputih kapas. Sunggyu menahan nafas. Hari baru akan dimulai lagi. Dan melihat apa yang ada di seluruh mayapada pagi ini, Sunggyu menduga bahwa sehari itu cuaca akan cerah.

Tetapi Sunggyu tidak dapat menduga apakah kehidupannya masa datang dapat diramalkan seperti cuaca. Rupanya segala serba gelap dan menggetarkan. Baru sembilan belas hari dia hidup bersama seorang namja yang belum lama dikenalnya, tetapi sudah beberapa kali hal-hal kecil yang untuk orang lain merupakan hal yang wajar tetapi baginya merupakan goresan-goresan dihatinya, yang mengingatkannya bahwa pernikahan dengan Woohyun bukan pernikahan yang wajar.

Hal itu dirasakan benar ketika Woohyun pertama kali masuk kerja kembali. Dia pulang dengan membawa setumpuk hadiah dari teman-teman kantornya. Namun ada salah satu hadiah yang membuat wajahnya merah padam dan air mata hampir runtuh dari matanya. Hadiah itu berupa majalah-majalah dengan gambar-gambar aneka cara berhubungan intim.

"Teman-temanmu kurang ajar sekali!" keluh Sunggyu ketika itu dengan mata berlinang. Kedua pipinya terasa panas.

"Gyu, percayalah mereka tidak bermaksud buruk. Mereka hanya menggoda saja, bercanda. Dan kau harus menyadari.. mereka sama sekali tidak tahu menahu apa yang sebenarnya terjadi dibalik pintu kamar kita!" sahut Woohyun berusaha sabar.

Baru Sunggyu menyadari kekeliruannya. Pelan disodorkan majalah-majalah itu ketangan Woohyun.

"Simpahlah Hyun, barang kali akan berguna kelak bagimu di tahun depan" katanya Sunggyu dengan berusaha tersenyum.

Woohyun membalas senyuman itu dengan senyum hampa dan menyimpan majalah-majalah itu dilemari paling bawah sekali.

Sejak itu Sunggyu tidak lagi terlalu menjadikan hal-hal semacam itu sebagai bahan pikiran, meskipun mengenai perasaaan terhalusnya.

Song Ahjumma begitu perhatian kepadanya. Setiap pagi Song ahjumma membawakan segelas vitamin alias jamu kedalam kamar pengantin baru itu. Tapi begitu Song ahjumma pergi, Sunggyu akan menggerutu dengan wajah cemberut dan menuangkan isi gelas itu ke bak cuci tangan dikamarnya.

"Sarit, sari singset, sariawan!" keluhnya kesal (berasa di korea ada aja ya, mianhe, buat intermezzo aja biar ga terlalu serius ^^)

Sunggyu tahu bahwa setiap kejadian itu berlangsung, Woohyun selalu menyembunyikan senyumnya dengan berpaling ke tempat lain. Memang sesungguhnya orang-orang itu tidak bersalah. Maksud mereka baik. Yang salah adalah kedua pengantin baru itu.

Mau atau tidak mau, secara perlahan Sunggyu harus dapat menguasai diri, belajar menerima keadaan sebagai pengantin baru. Sulit memang, tapi selalu saja wajahnya akan terlihat kemerahan. Baru melihat pandangan penuh arti dari kedua sepupunya saja dia sudah tersipu. Belum lagi jika ada tamu kenalan Woohyun yang datang bekunjung sore hari. Begitu malam tiba, mereka lekas-lekas pamit.

"Kok lekas-lekas pulang Hyung, kita masih belum puas berkenalan" kata Sunggyu. Dan dia menyesal telah mengucapkannya. Tamu-tamu itu tertawa menggodanya.

"Kami cukup tahu diri kok Sunggyu-ssi, ini sudah malam. Jangan sampai kami disesali sebagai perampas waktu yang .... hhmmm... mesraa... " kata salah tamu itu.

Saat itu Sunggyu merasa wajahnya amat panas. Dia tidak berami mengangkat wajahnya. Apa boleh buat, pandangan orang-orang itu tidak dapat disalahkan.

Ah, andaikata mereka tahu bahwa tidak pernah terjadi apa pun antara dirinya dan Woohyun. Dua buah guling telah membatasi tidur merekam dan dia maupun Woohyun selalu memakai pakaian tidur yang lengkap!

Tiba-tiba pikiran tentang Woojoon menghinggapi Sunggyu. Jika saja dia jadi menikah dengan Woojoon, jika saja Key tidak menariknya kembali ke dalam pelukannya, pasti tidak demikian keadaan pernikahannya. Setidaknya godaan orang tidak akan ditanggapinya seperti apa yang dirasakannya sekarang. Hati Sunggyu lantas saja dilumuri rasa dendam yang menyala. Semua yang dirasakan dan dialaminya sekarang adalah karena Woojoon. Dan sebagai biang keladi, namja itu telah menyusahkan orang lain bahkan saudara kembarnya sendiri! 

Bagaimana jika dalam jangka waktu setahun ini tiba-tiba Woohyun jatuh cinta kepada orang lain, sedangkan ia sudah terikat pernikahan yang sah dengan dirinya?

Sekali lagi Sunggyu mengatubkan kelopak matanya. Kasihan Woohyun.

Namun tiba-tiba Sunggyu terkejut. Telinga mendengar suara gemerisik seseorang. Dia menoleh dengan cepat seiring dengan matanya yang terbuka kembali.

Woohyun berdiri di dekatnya dengan piyama yang membungkus tubuh gagahnya. Kedua tangan namja itu tersembunyi di kedua kantung piyamanya. Dia tersenyum manis kearah Sunggyu.

TBC

Mianhe.. Lama update.. Dikarenakan kesibukan yg melanda tenaga & pikiran..

So minta tolong di upvote & comment ya.. Biar semangat lanjutin.. Gomawo..

XOXO Trieriz

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mpreggoland
#1
Chapter 5: aish~
gari_chan #2
Chapter 4: ihh thor keren bgt kata"nya
gari_chan #3
Chapter 4: ihh kata"nya thor keren bgt
imsmlee86 #4
Chapter 4: Bahasanya keren banget sumpah, coba kalau sastra sekolah aku kayak gini xD can't wait for next chappie~!
strawberrymilk_
#5
Chapter 3: Gue jadi kasian sama woohyun huhu
Sabar banget dia hinggg
Yg sabar ya mas woohyun
gari_chan #6
Chapter 3: yak kenapa pas bgt tbcnya begitu, panjangan lagi lah thor penasaran woohyun ngapain begitu
mpreggoland
#7
Chapter 2: aku suka! update lagi~ ^^
gari_chan #8
Chapter 2: kepo sama pas mereka nikah dan setelah nikah, apakah perasaan sunggyu berubah
gari_chan #9
Chapter 2: kepo sama pas mereka nikah dan setelah nikah, apakah perasaan sunggyu berubah
imsmlee86 #10
Chapter 1: Untung yang nyebelin woojoon bukan woohyun, tapi kalau seandainya digantiin woohyun, orang" tetap kenalnya dia sebagai woojoon dong?